23- Leads to Difference

20 2 0
                                    

Happy Reading
Don't forget vote and coment baby🍒
___

Laki-laki itu langsung membawa mantan kekasihnya dulu - Ah lupa! Ziva kerumah sakit dan memanggil dokter dilorong koridor rumah sakit saat itu. Sebut saja laki-laki itu nyaris sangat panik sekarang. Wajahnya sudah dihiasi peluh yang membanjiri pelipis hingga lehernya.

"Dokter!" Teriak nya saat Ziva masih berada dalam gendongan nya.

Tiba-tiba dua suster membawa brankar dorong dan menghampiri laki-laki yang meminta tolong tadi. Saat itu juga Brama langsung menaruh Ziva di brankar itu. Dan kedua suster itu membawa sosok Ziva keruangan agar segera ditangani.

"Maaf Pak- Eh Mas, pacarnya kenapa yah?" tanya Suster saat sudah keluar dari ruangan Ziva dirawat. Suster itu agak lawak kawan, Brama saja hampir memelototkan matanya.

Dalam hati ingin mensumpahserapahi suster didepannya itu tetapi dia hanya menghela nafas kasar. "Dia bukan pacar saya Sus," Brama memandang suster itu keki.

"Ah bukan ya, maksudnya itu adiknya kenapa?" tanya Suster itu sekali lagi.

Kan sialan emang! Brama menarik nafas sedikit lalu menghembuskan ya secara perlahan, Bagaimana bisa suster itu bilang kalau Ziva adiknya sudah jelas-jelas kalau pakaian mereka menunjukkan bahwa mereka satu sekolah. Dan malah mengatakan bahwa mereka berdua adik-kakak.

"Ck Sus dia bukan adik saya," ucap Brama menyolot lagi.

"Ya, terserah Masnya lah, itu temennya kenapa?" tanya Suster itu jengkel karena kata-katanya tidak ada yang benar. Suster itu mulai melihat sembari mencatat apa keluhan yang remaja itu ucapkan. Lantas suster itu mencatatnya di kertas yang yang sudah tertempel dipapan itu.

"Tadi saya liat cewek itu terjatuh ditengah jalan. Gatau juga gara-gara apa. Yang saya liat dia berjalan sambil terseok-seok langkahnya. Dan saya melihat ada darah yang sudah merembes dibalik roknya. Mungkin ada beberapa luka juga dibagian tubuhnya. Tapi, saya gak tau ya sus, kayaknya sih begitu. Mangkanya pas saya mau tolong cewek itu langsung tidak sadarkan diri." jelas Brama lalu suster itu mengangguk mengerti sembari selesai mencatat semua hal yang keluar dari mulut remaja itu.

"Tunggu sebentar Mas, temennya lagi ditangani dokter didalam. Mungkin kalau sudah selesai nanti dokter sendiri yang nyampein keluhan-nya secara detail dengan Masnya." Ujar suster lalu tersenyum.

"Oh iya Sus inget yah saya bukan Mas-mas, dikira saya penjual jajanan pinggir jalan apa dipanggil Mas-mas. Gak lihat saya kan masih anak SMA." ucap Brama lalu suster itu pun tampaknya ingin tertawa tetapi masih tertahan setelah itu langsung pergi dari tempatnya.

Tidak berapa menit kemudian pintu ruangan terbuka dan sosok dokter muncul didepannya sambil membenarkan kaca mata bening yang bertengger manis diujung hidungnya. Ngomong-ngomong nih dilihat-lihat dokter itu masih sangat muda dan sangat-- tampan. Sungguh. Brama melihat dokter itu tampan. Mana masih muda lagi.

Biasa itu! Kan emang biasanya yang mengurus masalah beginian dokter-dokter yang sudah rentan umur tapi masih sehat. Maksud nya yang sudah tua-tua.

Setahu Brama.

Dokter itu berjalan hingga sosoknya berdiri tepat didepan seorang remaja SMA sambil tersenyum. "Pasien mengalami gejala demam dan darah rendah pada kepalanya. Tetapi, akibat luka yang dia dapat dari lutut serta sikunya membuat pasien langsung jatuh tidak sadarkan diri. Gejala itu emang sudah biasa akan dialami pasien ketika ada luka dibeberapa tubuhnya. Entah luka itu dititik dimana saja." jelas dokter itu. "Tapi, sekarang sudah tidak apa-apa. Dan pasien masih belum sadar dari pingsannya. Oh iya kamu siapanya pasien?" tanya dokter itu kepo.

SYAKILLAWhere stories live. Discover now