Artikel 17: "Berbagai Cara Untuk Mengatasi Kutukan"

210 76 5
                                    

"KAMU yakin ini cara yang tepat?" tanyaku memastikan sambil mengamati lagi apa yang tertulis di laptop Satya.

Ada jeda beberapa detik yang tercipta, tapi tak ada jawaban yang terdengar. Rupanya Satya lebih dulu menguap tertahan dan sedikit meregangkan tubuhnya. Baru setelah itu dia bersuara.

"Humm," Satya kembali menguap. Sepertinya dia betul-betul mengantuk. "Gue udah riset dari berbagai sumber, mulai dari blog bahasa Inggris, blog lokal, ngubek-ubek wikihow, bahkan sampai nontonin youtube horor—dan semua hasilnya gue rangkum di sana." Laki-laki itu menunjuk file yang sedang kubaca. "Dan, iya, kalau lo bingung, di wikihow ada cara mengatasi kutukan ilmu hitam."

Sekilas aku membaca judul yang tertulis di bagian atas file: Berbagai Cara untuk Mengatasi Kutukan. Oh, wow! Aku ternganga. Rupanya semalaman Satya mencari cara mengatasi kutukan sampai-sampai dia nggak tidur. Pantas saja pagi ini dia keliatan mengantuk sekali.

"Lho, tapi aku, kan, bukan dikutuk, Sat?" tanyaku heran. "Apa, ya? Mungkin lebih tepat diincar hantu?"

"Prinsipnya sama aja, kan?" balas Satya sambil menguap lagi. "Intinya lo sama-sama berurusan sama hal gaib karena kesalahan lo sendiri. Udah, baca aja dulu. Gue udah masukin beberapa analisis juga."

Ugh!

Aku tertohok saat mendengar frasa karena-kesalahan-lo-sendiri yang diucapkan secara gamblang. Namun, memang kenyataannya seperti itu. Jadi, ya sudahlah. Lebih baik aku diam saja.

"Oke bentar, aku baca dulu ya...."

Baru saja akan menarik laptop itu mendekat ke arahku, terdengar bunyi bruk pelan. Saat menoleh, kulihat Satya sudah menyurukkan kepalanya di atas meja. Wajah terlihat sangat lelah.

Melihat dia seperti itu, aku jadi tak tega. Walau dia sering membuatku kesal, marah, dan sejenisnya, tetap saja... Harusnya aku tidak boleh merepotkan Satya. Harusnya aku tak melibatkan orang lain untuk mengatasi masalahku sendiri, kan?

Karenanya, kutepuk lembut pundak Satya.

"Sat, sana pindah ke kasur," kataku setengah berbisik. "Kalau di sini nanti masuk angin, lho."

"Ngg...."

"Sana, tidur!" Aku sedikit menaikkan volume suaraku. Cara ini berhasil karena Satya akhirnya menggeliat pelan dan beranjak bangun.

"Satu jam...." gumamnya sambil menguap panjang. "Bangunin gue satu jam lagi. Abis itu—"

"Udah sana!" semprotku sok galak.

Namun Satya malah terkekeh dan mengusap kepalaku, sebelum akhirnya mengempaskan tubuhnya ke kasur. Tak lama terdengar bunyi dengkuran halus yang menandakan kalau laki-laki itu sudah mulai bertualang ke alam mimpi.

Detik berlalu, aku masih berdiri mematung. Tanpa sadar tanganku bergerak meraba ujung kepalaku, dan tiba-tiba saja jantungku berdegup tak keruan. Wajahku memanas.

Eh? A-aku kenapa?

* * * * *

GHASSANI FARANISA, pikir, pikir, pikir!

Setengah mati aku mencoba memusatkan perhatian pada file yang tengah kubaca, tapi gagal. Akhirnya aku kembali menyeruput kopi yang sengaja kuseduh dan menepuk-nepuk wajah, berharap cara ini bisa membuatku kembali fokus. Sayang lagi-lagi tak berhasil. Yang terbayang olehku malah usapan di kepalaku tadi, dan kata-katanya semalam.

....dari semua cowok yang lo kenal, cuma gue yang nggak bakal bisa bikin lo jatuh cinta.

Blush!

"Halo, Cantik!" [COMPLETED]Where stories live. Discover now