Artikel 19: "Solusi Realistis untuk Setiap Masalah"

208 73 3
                                    

DI MANA INI?

Perlahan, aku membuka mata dan mulai mengerjap; mencoba mengenali sekelilingku. Ingatanku sedikit berkabut. Sebetulnya, apa yang terjadi?

Setelah beberapa waktu terdiam, aku pun mengubah posisi tidurku menjadi duduk sambil mengedarkan pandangan ke sekitar. Barulah aku mengerti. Sepertinya aku berada di sebuah taman bunga yang asing. Anehnya, sepanjang yang kulihat, tak ada jenis bunga selain rumpun mawar merah. Bukan mawar merah terang yang biasa kulihat di berbagai buket bunga, tapi mawar merah tergelap yang pernah kulihat—seperti warna darah.

Perlahan, aku berdiri dan mendekati sekuntum bunga mawar dengan tangkai paling menonjol di antara lainnya. Ya, penglihatanku betul. Bunga ini berwarna merah darah. Sangat cantik, tapi menakutkan. Ini jenis apa?

Black magic rose.

Nama itu tiba-tiba saja bergema di kepalaku, dan aku tertegun.

Eh?

Itu nama apa? Apakah itu nama jenis mawar ini? Dari mana aku tahu nama itu? Siapa yang memberitahuku?

Mendadak suasana di taman ini berubah kelam. Langit yang semula cerah tiba-tiba gelap, dan angin berhembus kencang sampai-sampai aku harus menutup mata. Udaranya terasa pekat, dan ketidaknyamanan yang kurasakan semakin membesar.

Aku merinding.

Ini di mana? Kenapa tempat ini mengerikan?

Dan.... Kenapa aku bisa ada di sini?

Detik berikutnya, jantungku seperti diremas oleh sesuatu. Mataku mendelik horor saat indera pendengaranku menangkap sebuah suara yang familier.

Suara napas yang kering, dan berat. Dan suara itu terdengar begitu jelas, begitu dekat, begitu nyata. Jangan-jangan, tempat ini....

Aku membeku.

Waktu di sekitarku terasa berhenti mengalir.

Bunga-bunga mawar itu tak ada yang bergoyang sedikit pun. Semua seperti berhenti begitu saja.

Tahu-tahu, pundakku terasa seperti dibebani oleh sesuatu yang begitu dingin. Dingin yang membuat tengkukku meremang sejadi-jadinya. Aroma harum yang aneh pelan-pelan menyusup memasuki indera penciumanku.

A-apa ini?

Aku menelan ludah, lalu memaksakan diri untuk melirik ke arah bahu. Sekilas kulihat ada jemari pucat bertengger di sana, seperti ada yang memegang pundakku dari belakang. Jangan-jangan.... Ini....

"Halo, Cantik.... Kamu suka mawarku?"

"AAA!!" Aku menjerit keras dan melompat bangun. Keringat dingin membasahi pelipisku. Napasku tersenggal. Kepalaku sedikit pusing karena bangun secara tiba-tiba dan itu membuat perutku mual. Tubuhku menggigil hebat. Di saat aku masih butuh waktu untuk memproses semuanya, mendadak tubuhku seperti dipeluk oleh sesuatu.

Pelukan erat tapi lembut, bercampur aroma minyak kayu putih yang cukup kental.

"SAN! AKHIRNYA LO SADAR!"

Heh?

Satya?

"Sat?" Mataku mengerjap. Apa ini mimpi? Namun pelukan ini terlalu nyata sebagai mimpi. Dan ruangan ini...

Sejenak aku mengedarkan pandang ke sekelilingku. Taman bunga tadi menghilang, berganti dengan apartemen tipe studio yang ditata tanpa tema khusus, tapi rapi dan nyaman. Dapur dengan kitchen set warna putih, sofa tidur tempat Satya tidur semalam, laptop di meja makan mungil untuk berdua...

"Halo, Cantik!" [COMPLETED]Where stories live. Discover now