06 - III

1.3K 190 6
                                    

"Lihat saja, Lizz. Aku tidak akan tinggal diam." Suaranya berubah berat. Ekspresi wajah Ray berubah menjadi gelap.

*******

Luka tembakan di lengan Lizz masih mengeluarkan darah walaupun sudah dibebat dengan kain. Saat jam pelajaran terakhir, Lizz merasa darah dari lukanya sudah merembes menembus kain yang dililitkan di lengannya.

"Padahal tinggal tiga puluh menit lagi sudah jam pulang sekolah. Kali ini tidak ada kain pengganti yang bisa kugunakan untuk membebat lukaku, " sungut Lizz dalam hati.

Darah dari luka Lizz mulai merembes ke lengan baju seragamnya. Lizz yang menyadari hal itu langsung menggerai rambutnya yang tadinya dikuncir untuk menutupi bagian lengan seragamnya.

Teman-teman sekelas Lizz yang melihat itu menjadi terheran-heran. Sebab biasanya Lizz tidak suka menggerai rambutnya. Sejak Lizz masuk sekolah, mereka biasa melihat rambut Lizz yang dikuncir tinggi ke belakang. Namun mereka tidak mencurigai apapun.

Berbeda dengan teman-teman sekelas Lizz, Ryan menyadari apa yang terjadi pada Lizz. Walaupun Lizz belum memberitahunya tentang lukanya, tapi Ryan dapat menduganya dari gerak-gerik Lizz hari ini. Lizz memang tidak menunjukkan ekspresi kesakitan di wajahnya. Tetapi, dia tampak sedikit tidak nyaman saat menggerakkan lengannya. Dan noda darah yang dilihat Ryan sebelum Lizz menggerai rambutnya memperkuat dugaan Ryan.

Tidak lama bel pulang pun berbunyi, pelajaran segera berakhir dan para siswa meninggalkan area sekolah. Begitu pun Lizz dan Ryan, mereka berdua meninggalkan area sekolah walaupun terpisah beberapa menit. Mereka mencoba untuk tidak menunjukkan bentuk kedekatan apapun di publik. Biasanya Lizz akan pulang lebih dahulu dan menunggu Ryan di gang dekat sekolah mereka. Lalu, mereka akan pulang bersama dengan mobil Lizz.

Hari ini seperti hari-hari sebelumnya Lizz keluar dari gerbang sekolah terlebih dahulu. Dia berjalan menuju tempat parkir mobilnya yang agak jauh dari area sekolah, lalu ia menunggu Ryan di sana. Beberapa menit kemudian, Ryan terlihat berjalan keluar dari gerbang sekolah dan berjalan menuju tempat parkir Lizz. Setelah sampai, Ryan menengok ke kanan kiri. Setelah memastikan tidak ada orang yang di sekitar barulah Ryan masuk ke dalam mobil Lizz.

"Kenapa hari ini kau lama sekali? Aku sudah menunggumu di sini lebih dari sepuluh menit, " keluh Lizz yang sedang duduk di balik setir.

"Rasanya kemarin juga sama seperti ini. Bukanlah kita terbiasa menjedakan waktu pulang kita selama setidaknya sepuluh menit? Jadi tentu saja aku memerlukan waktu lebih dari sepuluh menit untuk berjalan ke tempat parkirmu yang tidak dekat sekolah ini."

"....." Lizz memilih untuk tidak menanggapi perkataan Ryan. Lizz malah menginjak pedal gas dalam-dalam dan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Di tengah perjalanan pulang, Lizz tampak sedikit tidak fokus saat mengemudikan mobilnya.

"Arghhh! " Lizz mengerang memengangi kepalanya.

Berbarengan dengan erangan Lizz, tiba-tiba mobil yang dikendarainya melaju keluar jalur ke samping. Hal itu membuat Ryan yang duduk di samping kemudi harus memegangi setir mobil untuk mengembalikan laju mobil kembali lurus.

"Lizz, tepikan mobil ini! Aku perlu bicara denganmu, " kata Ryan.

Akhirnya Lizz menepikan mobilnya sembari sesekali memegangi kepalanya. Setelah mobil berhenti, Ryan memutar badannya menghadap Lizz dan menatap mata Lizz, "Lizz?!! Apa yang terjadi denganmu?"

Lizz menjawab singkat, "Tidak ada apa-apa."

Ryan menghela napas sebelum berkata lagi, "Lizz, aku tahu kau terluka. Aku melihat noda darah di seragammu tadi saat di kelas."

HEROIC GIRLWhere stories live. Discover now