05 - II

2.2K 269 8
                                    

"Ryan Rodriguez Arian." Ujar laki-laki berambut putih yang berusia sekitar 50-an itu.

"Ryan Rodriguez?" Ray menaikkan alisnya bingung.

"Aku ingat bahwa dia adalah salah satu orangku yang kurekrut saat perang di Timur Tengah. Dia cukup berbakat." Jelasnya.

"Ryan Rodriguez Arian? Namanya terdengar asing. Aku tidak mengerti bagaimana anak buahmu yang jauh disana bisa menjadi Ryan Miller di sekolahku?" Ray masih tampak kebingungan.

"Sudahlah Paulo, dia tidak akan mengerti jika tidak dijelaskan secara gamblang." Kata seseorang yang lain.

Paulo yang merupakan pemimpin paruh baya berambut putih itu menatap Ray, "Ryan Rodriguez adalah bawahanku yang kupanggil ke negara ini untuk menculik Terissa. Lalu pasca kejadian itu, keberadaannya menghilang. Kemudian di berkas yang kau tunjukkan tiba-tiba dia menjadi Ryan Miller. Dengan kata lain, dia memutuskan hubungan dengan organisasi kita dan berganti identitas."

Ray menatap tidak percaya, "Bagaimana dia bisa kabur begitu saja?"

Paulo mengusap dagunya sambil berpikir, "Well, dia tidak punya keluarga lagi. Jadi dia tidak takut untuk mengkhianatiku."

"Kalau begitu aku akan mengatasinya sekarang juga." Ray beranjak dari kursinya dan hendak pergi. Namun tangannya dicekal oleh Paulo.

"Tidak perlu terburu-buru. Aku yakin dia masih dapat bermanfaat untuk rencanaku. Jika dilihat dari keadaan Ryan sekarang, dia pasti memiliki suatu hubungan dengan gadis itu. Kalau tidak, tidak mungkin tiba-tiba Ryan muncul di sekolah Lizz." Setelah berkata seperti itu, Paulo melepas cekalannya.

Lalu Paulo memandang Ray dengan tatapan merendahkan, "Lagipula kau bukan tandingannya."

Kepalan tangan Ray mengerat. Dia mencoba mengganti topik pembicaraan, "Kalau Ryan tiba-tiba berpaling dari kalian, berarti bukankah Lizz juga patut dicurigai karena dia terlihat dekat dengan Ryan?"

"Hal itu belum bisa dipastikan karena kita tidak tahu pihak mana yang membantu Ryan. Ray, menurutmu apakah Lizz adalah musuh kita?"

Ryan tampak berpikir keras sebelum menjawab, "Aku tidak bisa memberikan jawaban pasti. Akan tetapi, waktu itu dia pernah membantuku dalam misi. Kurasa dia juga berasal dari organisasi gelap seperti kita."

"Kalau begitu, kau pisahkan Ryan dari Lizz. Namun tidak perlu membunuh Ryan. Pastikan saja dia tidak mengganggu rencana kita." Paulo membuat keputusan akhir.

Semua orang di sana kelihatan setuju. Kemudian rapat itu pun bubar. Satu per satu dari mereka keluar dari bangunan itu. Satu orang keluar, kemudian lima belas menit kemudian seorang yang lain keluar. Ray adalah orang terakhir yang keluar. Dia membereskan ruangan itu sebelum dia pergi.

"Andai saja aku punya pangkat, pasti aku tidak akan membiarkan diriku berada di posisi ini. Mereka merendahkanku dan menganggapku seperti budak mereka." Batin Ray sambil membereskan kursi yang tadi dipakai.

Tiga puluh menit kemudian..

Ray sudah berada di markas Rocky Rock. Di sana banyak anggotanya sudah berkumpul dengan senjata lengkap. Para anggota Rocky Rock itu sedang bersiap-siap untuk melawan Ryan berdasarkan data yang diberikan Ray.

"Guys, wait! Gue punya pengumuman baru. Tidak perlu membunuh Ryan. Leader kita bilang cukup untuk menjauhi Ryan dari Lizz. Jadi tugas kalian adalah menculik Ryan dan membawanya ke tempat yang jauh dari sini." Jelas Ray sambil melepas helm dari kepalanya. Pasalnya dia baru sampai markas dan melihat para anggotanya sudah mau berangkat. Jika Ray terlambat beberapa menit saja, pasti para anggotanya sudah berangkat.

HEROIC GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang