05 - IV

1.9K 229 16
                                    

Lizz duduk sambil menopang dagunya bosan menunggu para anggota Rocky Rock untuk bangun. Sudah lima belas menit berlalu, tetapi para anggota Rocky Rock belum ada satupun yang siuman.

Lizz bangkit berdiri dan melangkah ke arah anggota Rocky Rock yang masih pingsan dan membuka tudung kepala mereka satu per satu. Begitu dibuka, Lizz memicingkan matanya. Dia kenal semua penyusup di rumahnya ini. Mereka adalah anggota Rocky Rock. Lizz pernah bertemu mereka beberapa kali saat berujung ke markas Rocky Rock.

"Kenapa mereka mengincar Ryan?" batin Lizz bertanya-tanya.

Lizz sibuk memikirkan perkiraan terburuk yang terjadi, "Apakah mereka mengetahui hubungan antara dirinya dan Ryan? Atau jangan-jangan mereka ada kaitannya dengan organisasi mafia dimana Ryan pernah bekerja?"

Tangan Ryan menepuk bahu Lizz pelan, "What's wrong? You don't look well."

Lizz kembali tersadar dari lamunannya, "Ah, tidak apa-apa."

"Aku tahu apa yang kau pikirkan. Jangan khawatir, mungkin kejadian yang sebenarnya tidak seburuk perkiraanmu," kata Ryan menenangkan Lizz.

"Kau juga mengenali wajah mereka?" tanya Lizz.

"Tentu saja. Walaupun aku baru masuk ke sekolah itu, tetapi aku pernah melihat foto mereka. Sewaktu aku mendapat misi untuk menculik Terissa, aku diberi informasi tentang para murid di sekolah termasuk foto-fotonya."

"Jadi, apakah kau tahu penyebab mereka mengincarmu?" tanya Lizz.

Ryan mengusap dagunya dan berpikir sejenak, "Aku memikirkan beberapa kemungkinan. Yang pertama, mereka mengincarku dekat denganmu. Kedua, mereka mengincarku karena memiliki hubungan dengan organisasi tempatku dulu bekerja."

"Apa mungkin organisasimu merekrut anak-anak seperti mereka?"

"Mungkin saja, sepengetahuanku organisasiku juga merekrut beberapa orang lokal di sini. Anak-anak seperti mereka sangat disenangi petinggi organisasiku karena mudah dikendalikan. Biasanya mereka diberi pekerjaan untuk membereskan pekerjaan kecil," jelas Ryan panjang lebar.

Lizz menyandarkan punggungnya ke tembok, "Jadi apa yang harus kita lakukan pada mereka?"

"Lebih baik kita pindahkan saja mereka ke tempat yang jauh," usul Ryan.

"Kau tidak ingin membereskan mereka di sini saja?"

"Aku tidak ingin membuat kasus di negara ini. Jika mereka sampai hilang pasti pihak berwajib akan datang ke sekolah dan itu akan merepotkan jika sampai mereka mengecek latar belakangku."

Lizz melengos pergi ke kamar dan berkata, "Aku tidak ingin memindahkan mereka. Itu pekerjaan yang melelahkan. Jika kau mau, lakukan saja sendiri!"

Tidak berapa lama, Lizz kembali menghampiri Ryan yang hendak berjalan keluar. Lizz melempar kunci mobil van miliknya pada Ryan.

Sudut bibir Ryan tertarik ke atas membentuk senyuman kecil.

"Thanks, Lizz." Ujar Ryan.

Ryan pun memindahkan anggota Rocky Rock satu per satu ke dalam mobil van. Setelah itu, ia masuk ke kursi pengemudi dan melajukan mobil keluar dari pelataran parkir.

Lizz hanya memandangi mobil van yang dikendarai Ryan kian menjauh.

Lizz berjalan ke dalam kamar dan meloncat ke atas kasur, "Finally I can get some sleep. Para berandalan itu benar-benar mengganggu waktu tidurku. Harusnya aku sudah tidur lebih dari dua jam."

Tidak sampai lima menit kemudian, Lizz sudah tertidur nyenyak.

Di lain tempat....

Ryan memacu mobilnya menuju tempat terpencil di pinggiran kota. Tempat terpencil itu ditemukan Ryan saat dia pertama kali mengunjungi negara ini. Menurut Ryan, ini adalah tempat yang tepat untuk mengasingkan para anggota Rocky Rock.

Suasana di tempat itu sangat sunyi. Tempat itu dikelilingi oleh gedung-gedung tua yang tidak terurus. Kebanyakan dinding bangunan memiliki cat yang sudah pudar. Sebuah papan jalan terlihat di samping pertigaan jalan bertuliskan Jalan. Jingga.

Ryan menghentikan mobilnya saat melihat papan nama itu. Kemudian dia keluar dari mobil dan menyeret keluar satu per satu anggota Rocky Rock untuk dipindahkan ke salah satu bangunan kosong di sana.

"Hah hah hah" Ryan mengatur napasnya yang tidak beraturan setelah memindahkan semua tubuh anggota Rocky Rock dari mobilnya. Setelah mengawasi keadaan sekeliling dan memastikan bahwa tidak ada yang mengawasi dari jauh, Ryan kembali ke dalam mobil untuk bergegas pulang.

Saat Ryan pulang, ia mendapati rumah sudah terkunci. Untung saja ada pintu masuk lewat jendela yang dipecahkan oleh anggota Rocky Rock. Kalau tidak, Ryan mau tidak mau harus membobol masuk secara paksa.

Setelah masuk, Ryan mencari keberadaan Lizz. Ryan menemukan Lizz di kamarnya sedang tertidur pulas.

"Dia benar-benar tidak menungguku pulang sebelum mengunci pintu," sungut Ryan sebelum berjalan menuju kamarnya.

****

Di pinggiran kota....

Anggota Rocky Rock yang pingsan mulai sadar satu per satu. Mereka bingung bukan main saat melihat keadaan di sekeliling mereka.

"Di mana kita berada? Kenapa kita ada di sini?" Alex melihat bangunan sekelilingnya dengan tatapan asing.

"Awas!!" Gino yang baru siuman berteriak tiba-tiba. Hal itu membuat anak buah Rocky Rock yang lainnya panik.

"Ada apa?" Alex bertanya pada Gino sambil menatap was-was.

Gino mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum berkata, "Hah?! Ada apa? Kita dimana?"

Gino kelihatan sangat linglung. Tampaknya dia berteriak karena mengigau.

Anak buah Rocky Rock lain menatap Gino kesal.

"Gin, kita sedang berada dalam misi. Apa kau tidak bisa lebih serius?!!" seru Alex marah.

Gino menatap Alex dengan kaget. Dia yang baru saja siuman tidak menyadari apa yang terjadi di sekelilingnya. Lalu, tiba-tiba saja Alex mengomelinya. Hal itu membuat Gino sangat bingung.

Sebenarnya Gino sudah terkenal sebagai orang yang kerap melontarkan candaan dan meramaikan suasana di Rocky Rock. Jadi kejadian Gino melakukan hal konyol bukan merupakan suatu keheranan lagi. Namun, Alex marah karena dia sangat terpukul dengan kejadian saat ini.

Mereka diberi misi untuk menculik Ryan dan menyingkirkannya, namun kenyataannya malah mereka yang diculik dan dibuang di entah berantah.

"Arrghhhh!" Alex meninju tembok di depannya dengan frustasi. Dia telah berkeliling ke sekitar dan menemukan fakta bahwa kawasan mereka ini sangat jauh dari pusat kota dan merupakan kawasan terbengkalai. Ditambah lagi sinyal ponsel tidak dapat berfungsi di sini.

"Kita tidak boleh berlama-lama di sini. Untuk sementara, kita akan coba berjalan kaki sampai ke jalan raya yang ramai dan menemukan kendaraan untuk pulang." Phil mengusulkan saran pada Alex yang terlihat pasrah.

Alex menegakkan badannya dengan setengah hati. Saat menyisir kawasan tadi, Alex memasuki bangunan lama dan pergi ke atap bangunan. Dari sana Alex mengamati kawasan itu dari atas. Ia tidak dapat melihat gemerlap lampu jalan raya sepanjang penglihatannya. Hal itu berarti mereka harus menempuh jarak yang jauh sebelum menemukan jalan raya.

"Baiklah, sebaiknya kita mulai berjalan. Kita beruntung mungkin kita bisa mencapai jalan raya besok," ucap Alex.

Alex menyembunyikan fakta lokasi mereka saat ini dari anak buah Rocky Rock yang lain agar tidak menyurutkan semangat mereka. Mereka tidak perlu tahu seberapa jauh jarak yang akan mereka tempuh jika itu hanya akan membuat mereka menyerah.

"Let's go!" Gino bersorak riang sambil berjalan cepat mendahului teman-temannya.

To Be Continue

Hai, readers!! Ini part nya sebenernya udah lama ada di draft cuma karena belum mencukupi jumlah words nya jadinya belum author upload. Akhir-akhir ini author bener-bener sibuk dengan tugas sekolah dan belajar untuk tes. Mohon dimaklumi yaa. Maaf gak bisa update rutin.🙏🙏

HEROIC GIRLWhere stories live. Discover now