02- II

5.5K 465 19
                                    

Ray mengamati Lizz dan Amy yang sedang bertarung.

"Untuk mengalahkan seekor singa, tidak perlu berubah menjadi seekor singa. Cukup dengan menyuruh singa lainnya bertarung satu sama lain." Gumam Ray sambil mengulum senyum.

******

Lizz bertarung dengan sengit dengan Amy. Setelah 5 menit saling menembak, kedua belah pihak mulai kehabisan peluru.

Dor Dor

Lizz menarik pelatuk pistolnya ke arah Amy, gadis yang mengaku berasal dari MI6 itu bersembunyi di balik pohon menghindari peluru yang melesat ke arahnya.

Setelah itu, Amy balas menembak dengan Glock 17 di tangannya.

Dor

Lizz dengan cekatan menghindari tembakan Amy dengan berguling di tanah. Tidak hanya menghindari tembakan Amy saja, Lizz kemudian bersalto ke atas dan menendang Glock 17 milik Amy hingga terlempar jauh.

Amy yang tidak terima kehilangan senjatanya berusaha menerjang Lizz dan mengambil pistol Lizz. Keduanya berhadapan dalam pertarungan jarak dekat. Amy mengunci lengan Lizz dan membuang pistol Lizz jauh-jauh.

"Sekarang kau tidak punya senjata lagi." Ujar Amy puas.

Lizz mengangkat alisnya dan tersenyum miring. Lizz melepaskan cekalan Amy di lengannya dengan mudah. Amy yang tidak dalam posisi siaga jadi kewalahan dengan perlawanan tiba-tiba Lizz. Ditambah lagi, Lizz memasukkan satu tangannya ke dalam saku dan mengeluarkan sebilah pisau tajam nan mengkilat.

Lizz menghentikan semua gerakan Amy dengan menempelkan pisau itu ke leher Amy. Amy terbelalak ngeri melihat pisau di lehernya.

"Move and I'll kill you!" Ancam Lizz.

Amy terdiam dan kelihatan pasrah tanpa perlawanan.

"Soal MI6, itu bohongan kan?" Tanya Lizz sambil menekankan pisau itu sedikit ke leher Amy.

Amy langsung menjawab dengan ketakutan, "ya, itu bohongan. Sekarang biarkan aku pergi!"

Lizz melihat ke arah Ray yang mengawasi dari kejauhan. Lizz bertanya apa yang harus dia lakukan. Ray memberi perintah kepada Lizz dari jauh untuk segera membunuh Amy. Lizz melemparkan pertanyaan ilang untuk memastikan. Namun, perintah Ray tetap tidak berubah. Akhirnya, Lizz menekan pisau itu di leher Amy dan menebas leher Amy dengan satu tebasan. Lalu, Amy jatuh ke tanah. Denyut nadinya lama-kelamaan menghilang dan darahnya mengalir mengubah warna tanah menjadi merah.

Setelah memastikan Amy benar-benar sudah meninggal, Lizz kembali ke tempat dimana Ray menunggunya.

"Kelihatannya lo lebih cocok jadi pembunuh bayaran daripada pahlawan deh." Ray mengamati pisau yang berlumuran darah di tangan Lizz. Tanpa mencuci pisau itu, Lizz dengan santainya memasukkan kembali pisaunya ke dalam saku.

"Kenapa tiba-tiba ngomong gitu?"

Ray tersenyum, "Habis gue ngeliat penampilan lo sekarang, jadi keinget cewek-cewek assassin yang psycho di film-film."

Begitu kembali ke markas, Lizz masuk ke kamar mandi dan menemukan jawaban dari perkataan Ray di cermin. Dia melihat dirinya di cermin dengan rambut tergerai yang bercampur darah, pakaian kotor dan terdapat noda darah di beberapa tempat, dan sepatu yang berlumuran darah.

Lizz merapikan penampilannya yang terlihat kacau itu. Saat melihat darah di tangannya, Lizz kembali mengingat pengalamannya di medan perang ketika tangannya selalu berlumuran darah. Entah itu karena membunuh musuh atau membantu temannya yang terluka dan terkena noda darah. Bau darah yang seperti karat itu seperti tak asing di hidungnya.

HEROIC GIRLWhere stories live. Discover now