☀️AlRa-23☀️

14.6K 2.5K 149
                                    

Halo, tekan vote dan tembuskan 60 komen.

~~~~~~

Haira tersenyum tipis melihat damainya Alam tertidur siang ini, Haira sudah bisa keluar dari kamar Alam setelah ini.

"Tante, Haira pulang ya." pamitnya pelan pada Dira yang sedang menyuapi Zavran makan siang.

"Ih, kakak cantik jangan pulang. Nanti abang Alam menggila." larang Zavran.

"Haha, bentaran doang. Ntar aku balik lagi kok."

"Yaudah Haira, pulang aja gak papa." Haira mengangguk pelan, dia bangkit dan bersiap untuk pulang.

Karena, Jamal dan yang lainnya sudah bersiap ikut bersama Haira menemui Aro.

"Abang tau rumah Aro dimana." celetuk Rehan.

"Tau darimana?" tanya Haira.

"Abang pernah ngikutin Aro sampai ke rumahnya, dan asal kamu tau rumah Aro itu auranya hitam banget. Banyak yang jahat disana, percaya deh sama abang."

Ini semakin menarik, Haira tak sabar jadinya.

"Jangan macam-macam Haira, ada 1 roh perempuan yang bisa mempengaruhi isi pikiran orang, kamu hati-hati. Jangan terlalu menantang." tegur Jamal.

Haira mengangguk pelan, memangnya apa sih yang mau dipengaruhi dari Haira.

Isi otaknya kan cuma Alam doang.

Haira berjalam cepat keluar dari rumah sakit, dimatanya saat ini memang ramai sekali roh-roh yang sudah dicabut dan yang sedang dicabut.

Teriakan penuh kesakitan sakaratul maut membuat Haira merinding, terkadang Haira suka takut melihat sosok hitam disebelah orang yang sakaratul maut.

"Dulu abang gak ngerasain sakit ya, langsung mati, eh enggak deh. Abang Jamal ngerasain sakit, abang Mahen juga."

Hanya Rehan dan Haikal yang tidak merasakan sakit, mereka langsung mati seketika.

....

Benar kata abangnya, suasana rumah Aro sangat gelap dan suram, Haira jadi parno. Masalahnya saking gelapnya aura rumah Aro, burung pun tak berani lewat.

Sedari luar saja, Haira sudah melihat sosok perempuan berbaju merah kehitaman yang berdiri di balkon kamar lantai 2 dengan payuk hitamnya.

Wajahnya cantik, hanya saja sedikit menyeramkan karena darah yang ada di kedua pipinya.

"Eum? Kenapa ada suara nyanyian."

Bukannya merdu, nyanyian itu malah membuat kepalanya sakit. Haikal dengan sigap berdiri di depan kembarannya itu.

"Gadis itu roh kembarannya Aro, maka dari itu Abang lah yang harus menghadapi nya." ujar Haikal tenang.

Kepala Haira semakin sakit, dia menunduk dalam baru mulai bernapas perlahan.

"Haira.." Haira mendongak, Aro berjalan mendekatinya dengan tatapan mata sendu.

Haira kembali merasakan sakit dijantungnya, apa ini..apa Aro bisa mengutuk orang?

Apa Aro ini si pahit lidah? Ah tapi itu tidak mungkin.

Aro berjalan semakin dekat, Jamal dan yang lain sudah sibuk menghadapi saudara Aro.

Tubuh Haira seolah membeku, dia gabisa bergerak sama sekali. Aro tersenyum tenang, dia sampai di depan Haira dan menatapnya dalam.

Perlahan Aro menangkup wajah Haira dan mengelus pipinya.

"Lepas! Jijik anjir!" sentak Haira.

Aro tertawa pelan, dia mencium pipi Haira lamat. "UGHH LEPASIN GUE BRENGSEK! ANJIR LO MAINNYA UDAH KEJAUHAN YA BANGSAT!" jerit Haira marah.

Aro menjilat pipi Haira dan menggigitnya sampai berdarah. "ARO BRENGSEK!"

BUAGH!

Aro mundur beberapa langkah saat Haira memukul perutnya kuat.

"Uhuk! hahh..loh? Haira lo ngapain disini?"

Haira geram, dia mendekati Aro dan tanpa menunggu lebih lama lagi dia menghajar Aro habis+habisnya.

"LO GAUSAH PURA-PURA YA BAJINGAN! GUE UDAH TAU KENYATAAN KALAU LO YANG NENGGELEMIN ALAM DI LAUT!"

Aro tak melawan pukulan Haira, dia sadar jika memang dia lah penyebab Alam hampir mati.

Aro menerima pukulan Haira, tapi saudara kembar Aro tidak.

"Berani sekali kau menghajar saudaraku!"

Haira mendongak, dia segera menghidar saat ujung payung hitam gadis itu hampir mengenai lehernya.

"Cih," decih Haira pelan.

Roh itu membantu Aro bangun.

"Jangan usik dia Ara, dia gak salah. Aro yang salah."

"TAPI DIA UDAH NGEHAJAR ABANG!"

"SALAH GUE ARA!! ITU KARENA GUE SALAH MAKANNYA DIA HAJAR GUE!"

Haira mendecih malas, dia memilih pergi, belum puas ngehajar Aro sebenarnya, tapi masih ada lain hari.

Jadi tenang aja.

🕶❤🕶

Bersambung😾


Alam Haira [Selesai]Where stories live. Discover now