17. Nekat

892 30 6
                                    

"Wtf, kenapa lo harus secantik ini Lea?" gumamnya sendiri sembari memperhatikan dirinya di cermin, lekukan tubuhnya terpahat sempurna dalam balutan one shoulder dress hitam yang terlihat kontras dengan kulitnya yang putih.

Gadis itu terkikik geli seraya memutar tubuhnya perlahan, sudah lama ia tidak memakai dressnya dan tidak disangka jika balutan dress ini mampu membuatnya terlihat lebih dewasa. Leana menyisir rambutnya perlahan, sepertinya disisir biasa tidak akan sepadan dengan dressnya. Gadis itu tampak berpikir sejenak, dan ekor matanya melirik catokan curly di meja riasnya dan ia tahu apa yang harus di lakukan.

"Kencan, kencan, kencan lalalala..."

Senandung kecil terus mengalun indah, tangannya dengan lihai memberikan sentuhan make-up di wajahnya. Leana memperhatikan dirinya sejenak di cermin, satu kata yang dapat ia berikan. "Sempurna!"

"Ayo Lea, tunjukin pesona lo pada si Melvian!"

Tangannya mengambil ponsel untuk membalas pesan dari Melvian yang katanya akan menjemputnya langsung sembari memasang sepatu hak tinggi. Dengan anggun gadis itu berjalan untuk mengambil tasnya dan berjalan keluar. Namun seketika ia menghentikan langkahnya ketika mendengar ada yang menyapanya.

"Lea sayang, kamu mau kema-?

"Bunda, Lea mau pergi keluar sebentar."

Tanpa menatap bundanya yang berdiri dengan raut wajah datar menatap putrinya yang berpakaian minim, Leana melenggang pergi begitu saja. Bukan tanpa alasan hanya saja ia merasa muak jika harus ditanya akan banyak hal.

"Leana! Berhenti!"

"Leana berhenti kamu!" teriak Emely nyaring yang memenuhi seisi mansion. Wanita paruh baya itu mengepalkan tangannya erat sambil berlari mengejar putrinya. Satu hal yang ia takutkan sepertinya akan benar-benar terjadi, jika putrinya mengambil jalan yang salah.

"Ada apa nyonya?"

"Kejar anak itu sekarang!" teriak Emely pada bodyguardnya yang segera diangguki empunya. Wanita paruh baya itu semakin cemas ketika mendengar suara deru mobil yang terdengar menjauh. Suaminya sedang tidak ada di rumah, dan ia takut jika Rafa dan Nalendra akan mengetahuinya.

"Kau membuat kesalahan Leana..." gumamnya dan berlari memasuki rumah.

***

"Aku hanya tau, jika seorang Kerleeanna Alina itu cantik. Tapi sekarang definisi cantik saja tidak cukup, kau lebih dari itu." ujarnya sembari mendekatkan wajahnya, lalu mengambil sehelai anak rambut di wajah cantik Leana dan menyampirkannya ke belakang telinganya. "So sexy baby..." bisik Melvian parau dan mengecup lembut pipi tirus yang nampak bersemu merah.

Leana terkekeh, lalu tangannya terangkat dan membelai lembut rahang tegas Melvian, lelaki di hadapannya ini begitu menantangnya. "I know, and it's yours dear..." bisiknya dan membalas mengecup rahang tegas Melvian yang membuat empunya memejamkan matanya, seolah menikmati apa yang dilakukan gadis liar dihadapannya itu.

"I love you!"

"I love you so much Kerleeanna Alina!"

"Kita jalan sekarang?" tanya Leana sembari terkekeh geli, setelah mendengar pernyataan cinta Melvian.

Melvian terdiam dan mengambil tangan mungil itu dan menggenggamnya erat. "Kau belum menjawabku sayang."

"Apa diriku saja disini tidak cukup untukmu?"

"Sure, very enough!" jawab Melvian tegas sembari menatap iris mata hitam legam itu dalam. Benar, Leana saja cukup untuknya. "Aku tau kau memikirkan apa tentang diriku Leana, tapi satu hal yang harus kau tau," ujarnya sembari mengeratkan tautan tangannya dengan Leana, gadis pujaannya. "Tidak peduli kau percaya atau tidak, tapi kau adalah gadis pertama yang aku cintai dalam hidupku!" lanjutnya lagi yang membuat Leana terdiam untuk itu.

Leana tersenyum, dan mengangguk samar. Ia tidak tahu harus menjawab apa, karena dirinya tidak tahu definisi cinta yang sesungguhnya. Karena hatinya, belum pernah merasakan hal seindah itu. Memang, apa masih ada sisa kebahagiaan dalam hidupnya?

"Ayo jalan."

Melvian tersenyum dan segera melajukan mobilnya, tidak peduli apa jawaban dari gadis pujaannya, karena yang terpenting adalah pernyataan cintanya itu tulus.

Angin malam berhembus perlahan, langit kelabu yang dipenuhi bintang semakin memanjakan mata dari gadis pemilik rambut hitam legam itu. Sungguh, rasanya ia seperti burung yang baru keluar sangkar. Leana menumpu kedua dagunya sambil menatap keluar jendela, ternyata dunia seindah ini namun sayang dirinya tidak pernah merasakan hal itu.

"Sudah sampai?" tanya Leana ketika mobil berhenti di tengah hutan yang gelap.

Melvian tersenyum lalu ia segera turun dan membukakan pintu untuk Leana. "Cuaca disini dingin." ujarnya lembut sembari menyampirkan jas nya di pundak Leana.

"Thank you." balas Leana tersenyum.

"Tapi ini dimana?"

"Ayo kau akan tau nanti." jawab Melvian sembari menggandeng tangan Leana, namun setelahnya ia menutup mata gadis itu dari belakang menggunakan tangannya yang membuat empunya sedikit terkejut, namun setelahnya Leana tertawa lepas.

"Aku akan menunjukkan sesuatu yang indah..." bisiknya lembut yang membuat Leana semakin mengembangkan senyumnya, entahlah ia rasa hatinya mempercayai lelaki ini.

"Aku akan melihatnya ketika kau membuka penutup mataku."

Melvian tertawa, gadis pujaannya ini begitu tidak sabaran. "Sebentar lagi sayang."

"Wow fuck!" umpatnya seraya berteriak histeris ketika Melvian menyingkirkan tangannya dari matanya. Pemandangan yang begitu indah, dengan bintang-bintang yang menghiasi langit malam dan terlihat lebih jelas dari atas bukit.

"Ini sangat indah..."

"Tidak lebih indah dari dirimu sayang..." bisik Melvian seraya memeluk Leana dari belakang, berusaha menyalurkan kehangatan di tengah dinginnya angin malam yang menyapa keduanya.

Leana terkikik geli, mulut Melvian lebih manis dari yang ia duga. "Terimakasih." gumamnya sambil membalas pelukan hangat itu sembari menatap rembulan yang dikelilingi oleh banyak bintang.

"Jika kau bahagia, itu sudah cukup bagiku."

Kalimat sederhana yang berhasil membuat dirinya merasakan kehangatan di hatinya. "Aku bahagia, sangat." lirihnya sembari membalas genggaman tangan Melvian yang cukup hangat ditangannya. Kebahagiaan ini sejenak membuatnya lupa akan Nalendra, yang membuat dirinya merasa mati setiap saat.

"Memikirkanku baby?"

tbc.


Dendam dan Siksa PerjodohanWhere stories live. Discover now