20. Iblis

623 34 22
                                    

Matanya berkedip perlahan berusaha mencari cahaya dalam kegelapan. Nafasnya tersendat, rasanya begitu pengap dengan keadaan yang terikat. Leana berusaha menenangkan dirinya sendiri dengan mengatur nafasnya perlahan, jika semuanya akan baik -baik saja. Namun semua itu hanya ada dalam bayangannya, karena kenyataannya dalam keadaan gelap di ruangan yang begitu pengap ia bisa merasakan kehadiran orang lain di sekitarnya dan juga suara yang tidak asing di telinganya. Suara orang mengasah pisau?

Tidak salah lagi, ia benar-benar mendengarnya karena suaranya yang begitu jelas namun tetap saja ia harus berfikir positif.

"Baby...." suara serak basah yang tidak asing mengalun merdu di telinganya dan seketika Leana begitu merinding. Untuk pertama kali sejak ia mengenal Nalendra ia tidak pernah setakut ini.

"A-al..."

"Why baby? It's okay, i'm here..." jawabnya terkekeh sembari menyelipkan anak rambut Leana ke belakang telinganya.

Cahaya bulan yang memasuki celah jendela memperlihatkan iris mata biru safir yang terlihat semakin menyala. Namun iris mata itu terlihat menatap Leana dengan tatapan kosong. Tidak tajam mengintimidasi seperti biasanya.

"Tenang sayang, aku akan memberimu hadiah seperti janjiku..." bisik Nalendra pelan dan setelahnya Leana bisa merasakan jika lelaki itu bergerak menjauh.

Pikirannya berkecamuk, kali ini ia tidak bisa berfikir positif lagi ketika mengingat kata-kata terakhir dari lelaki itu. Tidak, ia tidak bisa membiarkan hal itu terjadi.

"Al, Lepas! Nalendra!" teriak Leana keras sembari meronta berusaha melepaskan tali yang menjeratnya dan tanpa sadar tali itu seperti memangsa dirinya perlahan, karena terlalu erat ketika ia melawan makan akan menjeratnya lebih dalam.

"Diam sayang atau tali itu akan lebih dulu membunuhmu..."

"Argh..." pekik Leana kesakitan, dadanya begitu sesak ketika tali itu terasa semakin menjeratnya. Namun di tengah rontaannya tanpa ia sadari lampu telah menyala dan seketika Leana lemas dengan tatapan yang kosong. Seharusnya ia tidak pernah melibatkan Melvian dalam urusan apapun dalam hidupnya dan juga seharusnya ia tidak pernah bermain api dengan seorang manusia seperti Nalendra.

Tubuhnya kaku, bibirnya bergetar, dan matanya tidak lepas dari tubuh Melvian yang telah tergantung mengenaskan di hadapannya dan jangan lupakan gelak tawa lepas dan puas dari iblis Nalendra.

"Apa yang kau pikirkan sayang?" tanya Nalendra dengan sorot mata yang penuh kegelapan, pada Leana yang terduduk lemas. Lelaki itu benar-benar menghancurkan mentalnya dengan sempurna.

"Jangan terlalu banyak berpikir nanti kamu sakit."

Kalimat terakhir Nalendra yang terus terngiang sebelum kegelapam menghampirinya, berbarengan dengan kepala Melvian yang menggelinding ke arahnya.

"Ck. Darah sialan!" decak Nalendra kesal ketika darah Melvian yang terciprat ke arahnya ketika ia menebas leher lelaki itu.

"Iblis..." gumam Leana dengan tatapan kosong namun dipenuhi kegelapan. Entah karma apa yang ia lakukan di kehidupan sebelumnya hingga bertemu dengan lelaki seperti Nalendra. Bahkan menyebut namanya saja ia merasa jijik untuk itu.

Nalendra menghampiri Leana yang terkapar tak berdaya, namun mata gadis itu masih terbuka dengan tatapannya yang kosong.

"Aku menepati janjiku sayang..." seringai Nalendra sembari melepaskan tali yang menjerat tubuh Leana kemudian mencium kening gadis itu lembut.

Ternyata telinganya tidak salah dengar, pisau yang terdengar terasah itu adalah pisau untuk memotong leher Melvian.

tbc

klo rame lanjuttt



Dendam dan Siksa PerjodohanWhere stories live. Discover now