22. Menghilang

657 20 5
                                    

Perubahan itu kekal, namun hal itu tidak tertulis dalam takdirnya. Matahari sepertinya masih terbit dan tenggelam dari arah yang sama. Namun tidak dengan cahayanya, karena ketika mendung datang maka cahaya itu akan lenyap. Semilir angin mengibaskan anak rambutnya, gadis itu terlihat menyelipkannya ke belakang telinga.

Angin selalu berubah arah dan terkadang hal yang terburuk adalah bisa membawa badai. Leana tersenyum sembari menyusuri koridor untuk menuju kelasnya, hari ini cuacanya begitu cerah namun suasana hatinya? Entahlah, perubahan signifikan seperti itu tidak pernah ia rasakan kecuali dendam yang membara di hatinya.

Hidupnya berjalan stagnan dalam peliknya badai yang selalu menerpa.

"Woi! Leanjing!"

Leana menoleh lalu membuang mukanya dan lanjut berjalan tidak peduli dengan umpatan seorang gadis yang tengah mengejarnya. Dengan nafas yang terengah, Hellena memukul punggung sahabatnya dengan buku di tangannya. Lama tidak bertemu apa sekarang Leana mulai tuli?

"Lo budek apa tuli hah?!" teriak Hellena sambil mengikuti Leana yang berjalan cepat.

"Ah sial pagi-pagi gini gue udah keringetan gara-gara ngejar orang tuli!" sungut Hellena kesal sambil berkaca dan membenarkan make up nya, dan tanpa ia sadari jika Leana telah menghilang dari sampingnya. Gadis pecicilan itu tak hentinya mengomel hingga ia mendengar desas desus yang membuatnya terdiam karena berkaitan dengan nama sahabatnya.

"Katanya Melvian hilang..."

"Orang terakhir bersamanya adalah Leana."

"Lo tau kan Leana itu-"

"WOI!" teriak Hellena sambil berkacak pinggang dan berdelik pada gerombolan seorang gadis dan lelaki yang sedang bergosip.

"Kalian udah kek emak-emak komplek yang lagi gibah! Sana masuk kelas, nggak ada kerjaan apa hah?!"

Sambil berkacak pinggang Hellena berhasil membuat mereka terdiam, namun bibir-bibir monyong yang seolah menyindir dirinya sangat membuatnya kesal. Tatapannya kemudian jatuh pada seorang lelaki yang tingkahnya membuatnya mual.

"Dan lo, sadar gender! Nggak malu hah ngerumpi pagi-pagi bareng emak komplek?" sindirnya dan kemudian Hellena mendekat ke arah telinga lelaki itu dan berbisik, namun sebelum berbisik dengan jahilnya ia meniup pelan telinga lelaki itu yang membuat empunya terdiam. "Anu lo pasti kecil ya..."

Wajah merah padam lelaki itu benar-benar membuatnya puas, dengan gelak tawanya yang memenuhi koridor ia berjalan menuju kelas untuk menyusul sahabatnya. Ia tahu apa yang terjadi, namun bertanya sekarang bukanlah pilihan yang tepat.

***

"Nalendra hilang."

"Apa?! Uhuk uhuk hoekk..."

Hellena memuntahkan kembali ramen yang telah masuk ke dalam mulutnya. Apa kata sahabatnya, pria iblis itu menghilang? Hellena terdiam sejenak sambil membersihkan mulutnya dengan tisu, tidak peduli dengan tatapan atau umpatan dari penghuni Cafetaria yang sedang mengisi perut kosongnya karena kegaduhan yang telah ia buat.

"Nalendra menghilang?" gumamnya pelan sembari menatap intens wajah sahabatnya yang terlihat, sedih?

Brak!

"Woi Hellenaasu! Bisa diam nggak hah?!" teriak salah satu mahasiswa namun tak juga di gubris oleh gadis itu.

"Trus kenapa wajah lo kek gitu hah?! Jangan-jangan..." selidik Hellena dan menatap sahabatnya intens, namun tatapan tajam dari Leana membuatnya menyengir sambil menggaruk tengkuknya dan kembali duduk untuk menyantap ramennya.

"Gue bingung." jawab Leana sambil menghembuskan asap nikotin dari mulutnya.

"Bingung adalah awal dari cinta."

"Cinta tai anjing!" sinis Leana cepat yang membuat Hellena tergelak, "Trus bingung kenapa nona?!" tanya Hellena jengah.

"Entah."

Jawaban singkat itu sungguh membuat darahnya mendidih, gadis itu berdiri dari duduknya dan menatap Leana tajam kemudian menyentil dahi gadis itu.

"Stupid!" sinis Hellena dan berlalu pergi, meninggalkan Leana yang masih terdiam sembari menikmati sebatang nikotin yang ada di tangannya

"Cinta?" gumamnya pelan, sudut bibirnya terangkat sejenak dan membentuk senyuman, kemudian gadis itu berlalu pergi dan membuang asal puntung rokoknya.

tbc.

klo rame lanjottt😫

maapkan ga bisa up konsisten krna sibuk😽

Dendam dan Siksa PerjodohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang