19. Darah

1.6K 64 41
                                    

Suara tembakan revolver itu menggema di keheningan malam, dan detik itu juga seorang lelaki melompat dari bukit tersebut. Meninggalkan seorang gadis yang baru saja ia nyatakan cintanya, tengah merintih kelu sembari mencengkram erat lengan kanannya yang terkena timah panas.

"Arghh..." rintih Leana terduduk sambil menutup lukanya dengan jas pemberian Melvian, dan tanpa ia sadari ada sepasang mata yang menatapnya tajam penuh intimidasi.

Nalendra tersenyum smirk dan menaruh revolvernya kembali, setelah menyelamatkan lelaki itu dengan beraninya gadisnya memeluk jas dari lelaki lain. "Bitch!" desis Nalendra tajam dan merampas kasar jas tersebut lalu membuangnya asal.

Tangannya terangkat menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah cantik yang tengah merintih itu, namun tak ada setetes liquid bening yang jatuh. Harus ia akui, jika Leana seorang gadis yang tangguh. "Why baby?" bisik Nalendra rendah sambil mengelus puncuk kepala gadisnya lembut, nafasnya yang hangat dan teratur menerpa permukaan wajah Leana yang membuat empunya memalingkan wajahnya.

"Kenapa diam hm?" tanya Nalendra lagi dengan nada yang lembut, "Sakit tidak? Maaf aku tidak sengaja menyakitimu..."

Leana menoleh dengan tatapan yang sulit diartikan, dan detik selanjutnya ia mendorong Nalendra dengan sisa tenaganya hingga lelaki itu tersungkur. "Gila!" desis Leana sembari memundurkan tubuhnya, mencoba berdiri namun tidak bisa karena kakinya yang bergetar hebat tidak mampu menopang tubuhnya.

Nalendra terkekeh sinis, sambil merapikan jasnya ia berdiri dan menatap Leana datar. Melihat penampilan gadisnya, sungguh membuat hatinya teriris terlebih itu bukanlah untuknya. Lelaki itu berjongkok dan mengulurkan tangannya untuk menyentuh luka di lengan gadisnya. "Aku sedih by, kau menyelamatkan selingkuhanmu..." ujarnya sambil menengadahkan wajahnya ke atas, menatap langit yang kian gelap. Tidak, langit memang sudah gelap namun cahaya dari penghuni angkasa sudah tidak ada lagi karena tertutup kabut yang tebal, sepertinya sebentar lagi hujan akan turun.

"Dia nggak berhak mati di tangan iblis kek lo!" desis Leana sembari menatap lelaki itu nyalang.

Nalendra terkekeh, seperti biasa nyali Leana tidak pernah ciut. "Padahal tadinya aku berniat memaafkanmu by, tapi sepertinya kau masih membela lelaki itu." bisiknya lembut sambil mendekatkan wajahnya dan membelai lembut pipi gadisnya

"Fuck off!"

PLAK!

Wajah Leana tersungkur ke samping dan ia menatap Nalendra nyalang. "Bajingan suka mukul cewek kek lo emng ga pantes dicintai!"

PLAK!

Leana terkekeh sambil mengelap darah di ujung bibirnya menggunakan punggung tangannya. "Puas lo?!"

"Hmm." smirk Nalendra sambil mengelus pipi Leana yang memar, sungguh tamparannya tidak main-main. "Belum puas by, jalang sepertimu pantes dapetin yang lebih dari ini!" desisnya dengan seringai yang mengerikan.

"NALENDRA!" teriak Leana keras, sungguh dirinya tidak terima dengan perkataan lelaki itu yang mengatainya seorang jalang.

"Jaga mulutmu bitch! Jangan berteriak padaku!" balas Nalendra tak kalah keras sembari menekan luka tembakan itu hingga darah segar terus mengalir deras.

"Gue bukan jalang bangsat!"

Iris mata biru safir itu semakin menatap Leana tajam, seolah menelannya hidup-hidup. "Bukan jalang hah?!" desisnya tajam sembari mencekik leher Leana.

"Bahkan jalang di luar sana lebih terhormat dari pada lo! Murahan! Udah berapa kali lo di pake orang hah?! Sampah!"

Bersamaan dengan itu hujan turun dengan deras membasahi bumi, dan air mata Leana yang tidak terlihat di bawah rintikan hujan. Sungguh, perkataan Nalendra benar-benar merendakan dirinya sampai titik terendahnya.

"Uhuk uhuk uhuk..."

Leana terbatuk sambil memegang lehernya ia menghirup udara sebanyak mungkin, ditengah dadanya yang semakin sesak. "Jaga mulut lo Al!"

"Dibayar berapa lo hah? Gue beli lo sekarang juga!" teriak Nalendra lagi sambil menjambak rambut Leana dan mencium paksa gadis itu.

"AL!"

PLAK!

"Jaga tingkah lo! Gue masih punya harga diri!"

Nalendra terkekeh sambil menelusuri leher Leana ia pun berbisik, "Berapa harganya, cuma harga diri doang. Bahkan harga diri Ayah lo bisa gue beli bitch!"

BUGH!

Dengan sisa tenaganya, Leana membogem mentah rahang Nalendra menggunakan tangan kirinya. Meskipun hubungannya dengan ayahnya tidak baik, namun ia tidak akan pernah terima jika ada yang menghina ayahnya.

"Leana, hidup lo emang miris. Lo dijual sama si Rafa dan lo masih ngebelain si tua bangka itu?!"

"Diam Nalendra!"

BUGH!

"Ini balesan buat bogeman lo tadi, dan jangan pernah teriak sama gue atau gue telanjangi lo disini!"

"Brengsek!" teriak Leana sembari mengelap darah segar yang keluar dari hidungnya. Bogeman Nalendra serasa meremukkan rahangnya. Ditengah derasnya hujan ia menyeka air matanya sembari menahan sakit disekujur tubuhnya. Entah apa yang terjadi pada Melvian, setelah ia mendorong lelaki itu dari atas bukit. Ia tidak tahu apa yang ia lakukan, tapi satu hal yang pasti. Ia ingin menyelamatkan Melvian.

"Cukup dramanya, ayo pulang!"

Leana mendongak dan menatap tajam lelaki itu, ia pun berusaha berdiri sambil menutup lengan kanannya yang terus mengeluarkan darah. "Nggak sudi gue!"

"Pulang atau gue seret lo!"

"Gue bisa pulang sendiri!" balas Leana tak kalah keras.

Nalendra tersenyum lalu mendekat, sambil bersedekap dada ia memandang remeh Leana yang tengah merintih kesakitan. Tubuhnya menggigil dan tangan kanannya yang mati rasa.

"Arghhh..." pekiknya nyaring kala tangannya menghantam batu dengan keras setelah Nalendra mendorongnya begitu saja.

"B-bunda..." isak Leana pilu, tangannya serasa patah dan kepalanya yang berdenyut nyeri karena kehilangan banyak darah. Di ambang kesadarannya ia teringat akan perkataan Nalendra jika ia telah dijual oleh ayahnya. Leana tersenyum miris, sambil menikmati tiap tetesan hujan yang membasahi bumi. "Aku anak siapa bunda?" lirihnya sebelum kesadarannya tersenggut begitu saja, ia benar-benar gadis yang bodoh.

Kenapa ia tidak menyusul Melvian saja setelah ia mendorong lelaki itu tadi?

"Bangun Leana! Jangan pura-pura pingsan lo!" teriaknya sambil menendang tubuh Leana, yang telah terkulai lemas.

"Leana!"

"Bangun bitch!"

Ditengah derasnya hujan dan petir yang saling bersahutan di langit, Nalendra mengguncang tubuh Leana kasar ketika tidak melihat reaksi apapun dari gadis itu. Seketika matanya berkilat tajam ketika melihat kembali pakaian yang digunakan Leana.

"Arghhh!!" teriaknya sambil merobek kasar gaun itu. Jika ia bisa, atas pengkhianatan tunangannya sendiri ia akan mencabik-cabik tubuh itu hingga hancur. Namun sayangnya, ia tidak bisa. Tangannya pun bergetar ketika menyelimuti tubuh gadisnya dan memeluknya erat.

"Baby..."

"Apa cintaku kurang untukmu?" lirihnya sambil mendekap erat tubuh Leana lalu membawanya ke mobil. Dengan hati-hati ia meletakkan Leana, lalu mengambil ponselnya untuk menghubungi tangan kanannya, Barnard.

"Cari sampah itu, hidup ataupun mati!"

"....."

Tut!

"Fuck!" umpatnya sambil melempar ponselnya asal. Berani sekali bocah ingusan itu mencari masalah dengannya.

Nalendra menoleh dan tersenyum smirk, "Aku akan mengirimkan kepalanya padamu by, aku janji!" bisiknya sambil mencium lembut wajah Leana yang penuh dengan memar. Nalendra terkekeh, "You look more beautiful baby..."

Wajah yang dipenuhi luka memar, membuat gadisnya terlihat semakin cantik.

tbc
voment

Apa kabar kalian?

Adakah yg nunggu kelanjutan kisan Leana?🤔

Dendam dan Siksa PerjodohanOù les histoires vivent. Découvrez maintenant