23. Smoke

381 16 3
                                    

"No smoking baby..."

Suara yang penuh intimidasi itu mengalun dingin di telinganya, Leana menoleh dan mendapati Nalendra dengan senyuman di wajahnya namun dengan tatapan dingin. Bukan Leana namanya jika gadis itu langsung membuang rokoknya, gadis itu berdecih dan mengalihkan pandangannya. Memang siapa laki-laki itu datang dan pergi sesuka hati lalu mengatur hidupnya?

"Lea..." desis Hellena menggeram, gadis itu sudah sedari tadi senyum kesana kemari sambil menyenggol kaki sahabatnya itu untuk memperingati sang diktator telah tiba. Namun apa yang ia lihat sekarang, sepertinya Leana ingin melihat murka Nalendra.

"Baby, kau tau aku tidak akan berkata dua kali!"

Suasana Cafetaria yang tadinya sibuk membahas hilangnya Melvian dan hal itu ada hubungannya dengan Leana seketika hening ketika Nalendra datang. Tidak heran jika rumor tentangnya semakin pahit.

"Oh begitu rupanya," desis Nalendra di telinga gadis itu namun tak juga mendapat respon apapun yang semakin membuatnya geram. Lelaki itu merampas rokok itu begitu saja lalu mengambil tangan Leana, dengan senyum tampannya lelaki itu menyulut telapak tangan kekasihnya.

"Le-" teriakannya terhenti kala iris mata biru safir itu menatapnya tajam dan seringai yang mengerikan. Hellena membekap mulutnya sendiri ketika melihat bagaimana sadisnya Nalendra menyiksa sahabatnya itu. "Leana stupid!" lirih Hellena, ia kesal mengapa sahabatnya itu tidak menurut saja? Namun berbeda dari dugaannya, Leana hanya terdiam dan menatap datar Nalendra.

Nalendra mengeraskan rahangnya, ini yang ia benci. Leana yang menyembunyikan rasa sakitnya.

Hellena menyambar tasnya dan berlari keluar dari Cafetaria, menolong tak bisa, menyaksikannyapun ia tak sanggup dan pergi mungkin adalah pilihan yang tepat. Katakanlah ia pengecut.

Bruk!

Hellena mengumpat kesal, kemanapun ia berlari rasanya terus saja menabrak. Gadis itu mendongak dan setelahnya ia hanya membelalakkan matanya. Sungguh pemandangan yang luar biasa. Bagaimana bisa sesuatu yang jarang terlihat sekarang malah lebih sering menampakkan diri?

"Aku sudah berkali-kali memperingatkanmu untuk tidak merokok lagi. Kenapa kau masih terus melakukannya?"

Leana memutar bola matanya malas, tangannya terasa perih dan panas namun ia tidak akan menunjukkan sakitnya karena lelaki itu akan semakin puas.

"Hm..karena suka?" sahutnya santai sembari sedikit meniup tangannya yang telah di lepaskan lelaki itu.

Nalendra terkekeh sambil meraup wajahnya kasar. Ia tak habis pikir, benar-benar tak habis pikir.

"Sakit baby?"

Leana mendongak ketika sebuah tangan yang dingin menyentuh tangannya yang panas sembari mengoleskan salep. Gadis itu terkekeh geli lalu berkata, "Iya sakit by disini..." ujarnya dengan manja yang membuat api di sampingnya semakin menyala.

"Leana gila, dia pasti gila..." Hellena masih saja berdiri di ambang pintu sambil menggelengkan kepalanya tak percaya ketika menyaksikan apa yang terjadi, dan dapat ia simpulkan jika sahabatnya itu gila, sembari memegang kepalanya yang pening ia berjalan pergi.

"Brengsek!" geram Nalendra sembari menarik pelatuk pistolnya dan mengarahkannya ke kepala Defrizal.

Tawa lelaki itu pecah sambil mengangkat tangannya, "Santai brother!" ujarnya dengan santai.

Leana menutup mulutnya, hampir saja tawanya pecah. Raut wajah Nalendra saat ini benar-benar lucu.

"Kau punya rokok baby?" tanya Defrizal lagi pada Leana, mengindahkan Nalendra yang semakin terbakar.

"Bangsat keparat!" umpatnya dan menyeret Leana pergi dari sana.

"Hey baby hubungi aku nanti malam ya..." ujar Defrizal sambil melambai dan mengerlingkan matanya.

"Of course baby..."

Mengindahkan keduanya, Nalendra menyeret Leana keluar dari Cafetaria.

Melihat Leana yang sekarang tidak heran jika desas desus mengenai dirinya semakin buruk, namun apa pedulinya?

***

Bruk!

"Aduh...bisa lembut dikit nggak sih?" sungut Leana ketika ia terlempar di lantai yang dingin. Sedangkan lelaki itu tak menyaut dan mengabaikannya, Leana mengumpat kesal lalu bangkit dan duduk di sofa. Ia memperhatikan tangannya yang telah di olesi salep, ternyata lukanya cukup dalam. Nalendra benar-benar manusia kejam.

"Aww...apa yang kau lakukan?" ringisnya kesakitan kala lelaki itu meraih paksa tangannya dan menggosoknya kasar. "Sakit bangs- awww..." pekiknya lagi ketika Nalendra menekan lukanya.

"Setres!" sungut Leana kesal dan setelah ia diam lelaki itu malah mengobati lukanya kembali setelah menghapus bersih salep yang di olesi Defrizal.

"Jauhi dia."

Setelah diam seperkian detik Nalendra yang tiba-tiba angkat bicara membuat Leana terdiam. Siapa yang harus menjauhi siapa?

Nalendra mendongak lalu mendekat seiring dengan Leana yang memundurkan tubuhnya hingga ia terlentang. Dengan raut wajah yang serius Nalendra menatal Leana lekat, gadisnya benar-benar keras kepala.

"Jauhi Defrizal sayang!"

tbc.

Nalendra gila tapi manis ya arghh😫😫

komen ya ges

g rame g lanjut🤪

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 17 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Dendam dan Siksa PerjodohanWhere stories live. Discover now