Sebuah Penyesalan

28.4K 2.2K 77
                                    

Semua potongan Pizza sudah habis dimakan. Kini tinggal menunggu Reyhan bercerita. "Ayo, Han!" tagihku.

"Oke, bentar." Reyhan meneguk minuman soda, kemudian mulai bercerita. "Semuanya gara-gara si Haji Rofi itu bikin toko bangunan gak jauh dari tempat bokap gua. Itu ... bikin toko bangunan bokap jadi sepi. Banyak pelanggan-pelanggan bokap yang pindah juga. Ternyata, si Haji Rofi sengaja ngasih harga murah gitu."

"Itu bukannya udah biasa dalam persaingan bisnis ya, Ha," balasku.

"Iya sih."

"Terus tentang pesugihannya mana?" tanya Ega.

"Sabar dulu napa. Kan baru prolognya."

"Langsung aja ke intinya, Han," pintaku.

"Nah, bokap gua juga ikut nurunin harga. Pelanggan lama sempet pada balik lagi, tapi usaha bokap gua jadi kacau."

"Kacau gimana?"

"Banyak pekerja toko yang kecelakaan. Kecelakaannya kaya gak wajar gitu lah. Akhirnya, bokap konsultasi lah ke Kyai gitu, katanya emang dikerjain seseorang. Terduga pelakunya udah pasti si Haji Rofi," ucap Reyhan.

"Terus bokap lu gimana?" tanyaku.

"Ya bokap gua sih ngikutin saran Kyai."

"Gimana sarannya?"

"Gua gak tau."

"Pokoknya setelah ngikutin saran itu, toko bokap gua jadi lebih aman. Sementara tokonya si Haji Rofi itu yang malah tertimpa banyak musibah. Ampe ada beberapa karyawannya yang meninggal dan gak lama tutup."

"Parah banget sih dia," ucapku.

"Itu belum ditambah korban kecelakaan di acara Ziarah Kelilingnya, kan?" ucap Ega.

"Belum."

"Kata nyokap gua, dari sebelum pandemi acara Ziarah Kelilingnya sering banget kecelakaan. Tapi, yang paling parah yang tahun ini. Gua sempet panik gara-gara Gilang."

"Gara-gara gua?" tanyaku.

"Iya, pas hari kejadian lu kagak bisa dihubungi. Gua kira lu ikut di mobil itu."

"Gua ketiduran terus HP-nya di-silent. Perasaan gua abis begadang sama lu deh."

"Iye! Kan lu yang bilang mau pergi sama nyokap lu."

"Gua tuh kadang nyesel, Ga."

"Nyesel kenapa?"

"Kenapa pas hari itu kagak ikut sama nyokap."

"Bah! Kalau lu ikut, gak bakal kita bisa ngobrol kaya gini."

"Biarin, yang penting gua gak hidup sendirian kaya gini."

"Kan masih ada kakak lu. Masih ada kita juga."

"Tetep aja gak ada yang bisa gantiin nyokap gua."

"Duh, kenapa suasananya jadi SAD (sedih) gini," ucap Reyhan.

"Tau nih sih Gilang!" sahut Ega.

"Sekarang mending lu anterin gua ke rumah, Ga," ucapku.

"Pake apaan?"

"Pake motor gua aja tuh," sahut Reyhan.

"Emang cuman Reyhan yang baik," ucapku.

"Nanti kalau ada selokan lempar aja si Gilang."

"Jahat!"

"Itu kuncinya di atas meja."

"Tengkyu, Han," ucapku.

Tujuh Hari Setelah Ibu Pergi [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang