Pulang + End Credit

35.5K 2.2K 378
                                    

Aku berdiri di depan gerbang perumahan. Suasana begitu sepi. Di pos satpam pun tak ada siapa-siapa. Aku melangkah masuk ke area perumahan.

Duk! Duk!

Terdengar suara langkah, aku menoleh ke kanan. Ada Pak Ayman sedang berlari ke arahku. Namun seperti wujudnya seperti manusia biasa, tidak semenyeramkan dulu.

"Lang," panggilnya, sembari melambaikan tangan.

Aku terdiam, bingung harus merespon apa. Dengan canggung, membalas lambaian tangannya. Kemudian, berlalu menuju rumah.

Suara langkah kaki terdengar mendekat. Puk! Seseorang menepuk pundakku. HUA! Aku berteriak saat melihat Pak Ayman sudah ada di samping.

"Kenapa teriak?" tanyanya.

"Kaget, Pak."

"Bapak cuman mau ucapin terimakasih."

"Terimakasih kenapa, Pak?"

"Kamu udah bebasin bapak."

Aku mengerutkan dahi. Apa maksudnya dibebaskan dari jerat Siluman Anjing?

"Sama-sama, Pak," balasku, tak mau mengobrol terlalu lama dengannya — agak trauma.

Sayup terdengar suara musik senam dari arah lapangan. Dari kejauhan terlihat ada empat orang sedang senam. Aku mempercepat langkah, menghampiri mereka.

"Lang," sapa Bu Wariah. Ternyata ia sedang senam bersama bersama Bu Salmah, Bu Gina — istri Pak Didit, dan satu orang yang tak kukenal.

"Permisi, Bu." Aku melewati mereka.

"Makasih ya, Lang."

"Iya, Bu."

"Bu Anisa lagi nunggu kamu di rumah," ucap Bu Salmah.

"Makasih, Bu." Aku setengah berlari menuju rumah.

Di tengah jalan berpapasan dengan mobil milik Pak Dika. Mobil itu berhenti tepat di sampingku. Kemudian, kaca jendela depannya terbuka. "Lang, makasih ya," ucap Pak Dika.

"Iya, Pak."

Mobil melaju. Kini aku akan berbelok ke blok D. Sudah siap dengan kehadiran Pak Didit dan Delia. Mereka pasti akan mengucapkan terimakasih.

Benar saja, Delia sedang berlari-lari di depan rumahnya. Sementara Pak Didit berdiri di depan pagar, mengamati anaknya.

"Kak Gilang!" teriak Delia seraya berlari menghampiri. Aku melemparkan senyum. Ia malah menarik tanganku. "Main yuk!"

Aku sedikit menunduk, menatap wajahnya yang lucu. "Kakak harus cepet-cepet pulang ke rumah," balasku.

"Iya, Del. Kak Gilang udah ditunggu ibunya," sahut Pak Didit.

"Yahhh ... aku gak ada temen main." Delia cemberut.

"Makasih ya, Lang," ucap Pak Didit.

"Sama-sama, Pak." Aku melangkah ke rumah. Tiba di depan rumah, terlihat pintu depan sudah terbuka lebar. "Bu," panggilku, seraya masuk rumah.

"Akhirnya kamu datang juga," sahut Ibu yang sedang duduk di sofa kesayangannya.

Meong!

Samson berlari dari dapur, menghampiriku. Kuelus bulunya yang halus. Kemudian duduk di sofa dekat ibu. Aku tertegun dengan wajahnya yang begitu bersih dan cantik. Ah, aku sangat merindukannya.

"Udah ketemu yang lain, Lang?" tanya Ibu.

"Udah, Bu."

"Ibu juga mau ucapin terimakasih sama kamu."

Tujuh Hari Setelah Ibu Pergi [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang