Sekte

26.4K 2.3K 246
                                    

Siluman Anjing menyeret tubuhku hingga ke pinggir jalan, yang merupakan area seperti hutan. Aku berusaha melepaskan lilitan rantai di kaki, tapi tak bisa. Lilitannya begitu kuat. Sementara punggung ini terasa perih karena bergesekan dengan aspal.

Sampai di pinggir jalan, terlihat banyak orang dengan wajah pucat dan penuh luka. Mereka berdiri seakan menyambut kedatanganku. Siluman Anjing itu terus menyeret tubuh ini ke dalam hutan. Di sana, semakin banyak orang berkumpul.

Ada sebuah portal berwarna hitam. "Sekarang kamu akan berkumpul bersama keluargamu!" ucap Siluman Anjing itu sebelum menarikku ke dalam portal.

ARGH!

Aku berteriak. Karena tubuh ini seperti berputar-putar di ruangan gelap. Tak lama kemudian, kami sudah ada di dasar jurang. Kali ini pemandangannya lebih menakutkan. Banyak potongan organ tubuh berserakan di tanah. Yang membuatnya lebih menakutkan adalah ... potongan organ itu masih bergerak-gerak.

Lilitan rantai di kaki terlepas. Sontak aku bangkit dan berniat untuk melarikan diri. Namun, dua anak buah Siluman Anjing itu menahanku. Kemudian, mereka mengikatkan tali di leherku, layaknya seekor anjing.

Setelah itu aku dipaksa melangkah melewati potongan organ itu. Teriakan kesakitan terdengar bersahutan.

ARGH!

Aku berteriak saat potongan tangan menggenggam kakiku. Dua sosok yang mendampingiku menginjak potongan tangan itu, hingga tak bergerak. Aku dibawa ke dalam hutan.

Ada sebuah lapangan kosong berpasir hitam. Tak ada satupun tanaman yang terlihat. Yang ada, hanya sebuah meja besar yang terbuat dari batu.

Di sampingnya terlihat seorang nenek mengenakan kebaya merah. Ia berdiri sambil menatapku. "Tumbal baru lagi?" tanyanya.

"Bukan," balas Siluman Anjing.

"Lantas, untuk apa kamu bawa dia ke sini?"

"Bersihkan dia! Saya ingin memakannya."

Makan? Tubuh ini langsung gemetar mendengarnya. Apa Siluman Anjing benar-benar akan memakanku atau ini hanya sebuah ancaman saja?

Tubuhku diangkat oleh dua sosok yang dari tadi mendampingi. Kemudian, aku dibaringkan di atas meja batu. Saat kulit ini bersentuhan dengan permukaan meja, hawa dingin langsung merambat ke sekujur tubuh. Membuat tubuh ini kaku, tak bisa bergerak.

Nenek itu berdiri di sampingku. Tangannya yang kasar mengusap-usap wajah dan rambutku. "Kamu ini dikasih kesempatan hidup, malah datang ke sini," gumamnya.

Sayangnya, lidahku sudah terlanjur kelu. Tak bisa menjawab ucapannya. Hanya bisa pasrah saat ia mulai melucuti pakaianku satu persatu. "Kalian itu terlalu meremehkan kami. Kami sudah ada sebelum nenek moyang kalian lahir. Kalian malah akan datang ke sini dengan sikap angkuh," ucap Nenek itu, sembari membersihkan noda darah di kakiku.

"Sudah! Jangan ajak ngobrol makanan saya!" omel Siluman Anjing. Kini aku hanya bisa menutup mata dan pasrah.

"Anak tampan. Jangan mengambil keputusan yang salah," bisik Nenek itu, sebelum tubuhku digotong ke sebuah tempat yang lebih menyeramkan.

Tempatnya masih berupa lapangan kosong, tapi ... tanahnya berwarna merah. Aku dibaringkan ditanah. Kemudian, Siluman Anjing itu menggonggong sangat keras. Tiba-tiba suasana menjadi riuh dengan gonggongan. Mata ini berputar melihat sekitar. Ada banyak Anjing Hitam berdatangan.

Tubuhku diseret menjauh. Puluhan Anjing Hitam terlihat mengitariku. "Nikmati hidangan kalian! Balaskan dendam kalian! Buat dia menderita, sebagaimana dia membunuh teman kalian!" ucap Siluman Anjing.

Tujuh Hari Setelah Ibu Pergi [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang