Daun Bidara

25.8K 2.3K 309
                                    

Siluman Anjing itu menghilang, menyisakan rasa takut yang mendalam di diri kami masing-masing. Sehingga membuat suasana kamar begitu hening, tak ada yang bersuara.

"Ini pertama kalinya gua liat makhluk kaya begitu." Ega memecah keheningan. "Lu berdua udah pernah liat, ya?"

"Iya," balasku, singkat.

"Dia itu sosok Jin Pesugihan," jelas Reyhan.

"Ngapain dia dateng ke sini? Jangan-jangan ...."

"Jangan-jangan apa?" tanya Reyhan.

"Jangan-jangan dia bakal numbalin kita!"

"Hus! Jangan ngomong gitu."

"Dia gak bakal masuk rumah, kan?" tanya Ega.

"Insya Allah sih enggak. Soalnya di depan rumah ada daun bidara dari Pak Nasir," balas Reyhan.

"Besok-besok gua beli ah daun bidara buat di dalem kamar. Biar tetangga gua kagak berisik lagi."

"Kagak bisa sembarang beli juga, Ga. Kan itu emang udah dibacain doa, buat penangkan makhluk halus."

"Duh, gagal dong rencana gua."

Malam ini pun dihabiskan dengan mengobrol di dalam kamar. Sekalipun ada di antara kami yang mau ke kamar mandi, pasti kami pergi bertiga.

"Gak ada yang mau tidur di kasur?" tanya Ega.

"Di lantai aja biar kompak," balasku.

"Gua aja deh yang tidur di kasur."

"Oh gitu!" sahut Reyhan.

Ega langsung mengurungkan niatnya. Kami pun tidur berjajar di lantai, seperti deretan ikan di pasar.

"Ini AC-nya nyala, kan?" tanya Reyhan.

"Nyala kok."

"Kok gerah, ya."

Aku meraih remote AC di dekat kasur. "Tuh liat! 18 derajat."

"Coba dibikin -10 derajat biar dingin," sahut Ega.

"Ntar pas pagi-pagi kita udah kaya nugget di mall."

"Tapi emang bener, Lang. Kaya gerah gitu."

"Kayanya AC-nya emang perlu di servis, Lang. Kurang dingin," ucap Reyhan.

"Atau pasang dua biji aja," timpal Ega.

"Emangnya gua Reyhan, ampe kamar mandi aja di AC-in. Kurang kerjaan amat," balasku.

"Itu, Exhaust Fan, Gilang!" sahut Reyhan.

"Ya sama aja, lah!"

"Beda!"

DEP!

Listrik tiba-tiba mati. "Kenapa lagi ini, Lang?" tanya Ega.

"Mati lampu!" sahutku.

"Gua juga tau."

"Terus napa nanya."

"Kan gua nanya kenapa bisa mati lampu."

"Coba lu tanya PLN."

"Ini mati lampu di rumah ini doang atau satu komplek?" tanya Reyhan.

"Bentar gua cek." Aku bangkit dan berjalan menuju jendela.

AW!

Ega berteriak. "Sorry, Ga." Ternyata aku tak sengaja menginjak tangannya.

Rumah di depan terlihat terang benderang, begitu pula rumah Pak Ryan. Berarti yang mati lampu hanya rumah ini saja.

Tujuh Hari Setelah Ibu Pergi [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang