Zombie

28.3K 2.2K 159
                                    

"Gimana ini, Lang?" Ega sama paniknya denganku.

"Gua juga baru pertama liat orang kesurupan," sahutku, sambil mengawasi pergerakan Reyhan dengan mengarahkan flashlight ke tubuhnya.

"Sama, gua kira kaya yang di youtube. Aing maung gitu. Ini sih beda! Ramean pula!"

"Ini gara-gara ada yang gak suka kita ngirim doa ke para korban."

"Siapa?"

"SAYA!" sahut Reyhan.

"Nah loh dia nyaut," balasku.

"Han, nyebut Han."

"Nyebut apaa, Ga?" tanyaku.

"Apaan kek!"

Tek!

Dua lampu di depan lapangan menyala. Kini aku dapat menyaksikan beberapa orang sedang kesurupan. Ada pula warga yang memilih berlari ke rumah. Pak Ustad dan beberapa warga terlihat kewalahan untuk menyadarkan orang yang kesurupan.

"Pak tolong!" teriakku memanggil Pak Ustad. Ia sempat melihat sebentar, setelah itu kembali menyadarkan seorang wanita yang sedang menangis meraung-raung.

Kutatap Reyhan, kulitnya yang putih terlihat memerah. "Han." Kuraih tangannya. Ia malah menggenggam tanganku. Kemudian, mengembangan senyum yang begitu menakutkan. "Sakit, Han." Genggamannya semakin kencang. Kucoba menarik tangan ini tapi tidak bisa.

Aku merasakan ada hawa dingin merasuk ke tubuh ini. Hawa itu menjalar dengan cepat ke seluruh tubuh. Diikuti bulu kuduk yang meremang. Kepalaku mulai terasa pusing. Tak lama kemudian pandangan ini menjadi gelap.

Saat penglihatanku kembali, aku sudah berada di tengah lapangan. Berdiri sendirian. Sementara di hadapanku ada banyak orang sedang berdiri berjejer, menatapku. Kuedarkan pandangan. Ternyata bukan hanya di depan. Orang-orang dengan wajah pucat itu berdiri mengelilingi lapangan. Aku pun melangkah mundur.

HAHAHAHA!

Suara tertawa yang memekakan telinga sukses menghentikan langkah ini. Sontak aku menghadap ke belakang. Melihat makhluk setengah anjing berdiri dengan tegap sembari memegang rantai.

"Kamu mencari orang ini?" Ia menarik rantai itu dengan kecang, hingga membuat tubuh seseorang terbang dan mendarat tepat di depanku.

Ibu. Aku menatap orang yang sangat kusayangi itu. Wajahnya kini terlihat normal, namun sangat pucat. Ada sedikit noda darah di keningnya, akibat benturan tadi.

"Ibu," gumamku, seraya menundukan badan. Menatap wajahnya lebih dekat. Aku sungguh merindukan wajah ini. Wajah yang selalu menemaniku dari lahir sampai sebesar ini.

"SUDAH CUKUP!" Makhluk setengah anjing itu menarik tubuh ibu hingga ke sampingnya.

"Ibu!" teriakku.

"Jika ingin menyelamatkan ibu kamu, maka datanglah ke tempatku!"

"Jangan, Lang!" ucap Ibu. Seketika itu ia diinjak oleh makhluk menjijikan itu. "Argh!" Ibu berteriak.

"Jika kamu tidak segera menjemputnya. Saya bisa memakan ibu kamu kapan saja!"

Aku tak tega melihat ibu disiksa olehnya. Di sisi lain, tak tau bagaimana harus menolongnya.

"Lang! Gilang!" Terdengar suara Ega. "Bangun, Lang."

HAHAHAHA

Tujuh Hari Setelah Ibu Pergi [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang