Chap 2

9.2K 235 1
                                    

Hidup atau mati, hanya itu pilihannya.

////////////////////////

06 Apr 2022
Sungai Thames, London.

"Diam!" Bentak Daniel.

Anna menahan erangannya. Dia menatap nyalak Daniel yang saat ini tengah berdiri dengan dompet di tangannya. Dompet itu adalah milik Anna, yang Daniel ambil secara paksa.

"Kenapa kau pelit sekali pada pamanmu? Aku butuh minuman, kau tak tahu?" Ucap Daniel lalu tangannya langsung mengambil semua uang Anna yang ada di dompet. Melempar Dompet itu ke lantai dalam keadaan kosong.

"Kau tidak malu, selalu meminta uang dariku paman?" Tanya Anna miris melihat kelakuan pamannya yang tak tahu diri itu.

"Omong kosong. Kau adalah keponakan ku dan kau tinggal bersamaku. Anggap saja ini sebagai uang sewa selama kau di sini."

Anna tersenyum miring. "Di saat aku pemiliki rumah ini?" Tanyanya sarkas. Ya, faktanya pemilik asli rumah yang mereka tempati adalah Anna. Ayah Anna yang pemilik sah dan seharusnya sekarang menjadi milik Anna tapi keluarga Daniel malah menguasai semua asetnya itu.

Anna melihat Daniel yang hanya tersenyum, "Kau tak akan bisa pergi dari gengamanku, jika ada jalan pun, itu hanya kematian." Ucap Daniel bahagia lalu berjalan meninggalkan Anna yang hanya terdiam.

Anna mencengkaram dompet yang sudah kosong itu. Persetan dengan rasa hormatnya pada orang tua, saat ini rasanya ia ingin langsung mencabik-cabik wajah Daniel. Bagaimana bisa tanpa rasa iba mengambil semua uang yang Anna kumpulkan setiap bulannya mengambilnya hanya untuk berfoya-foya? Apa ada orang yang lebih tidak tahu diri dari pada Daniel?

Anna melihat pakaiannya yang kotor. Kuah
sup ayam yang pagi ini jadi makanannya sudah membuat basah separuh pakaiannya. Akibat aksi perebutan dompet itu saat ini tubuhnya menjadi bau kaldu ayam. Anna duduk di kursi kayu, matanya menatap sekeliling, saat ini meja makannya juga sudah berubah seperti kandang ayam. Ada banyak potongan wortel dan kentang yang berserakan di lantai.

Anna menghela nafas kasar. Jika ini dibiarkan
Terus menerus, maka tidak ada harapan lagi baginya. Dia akan terus terjebak dengan keluarga ini. Anna sudah mencoba untuk kabur. Beberapa kali Anna pergi dan membuat rencana, tapi Daniel selalu bisa menangkapnya dan membawanya kembali ke rumah ini. Terakhir kali Anna ketahuan kabur, Daniel mengancamnya akan menjualnya ke club malam dan menjadikannya wanita pemuas nafsu. Dengan semua Ancaman itu pun, mau tak mau Anna mencoba mencari jalan lain.

Uang yang Daniel ambil Anna kumpulkan untuk kehidupan dirinya setelah berhasil kabur dari Daniel tapi bahkan sekarang uang itu sudah lenyap. Maka Anna harus mengumpulkan semuanya dari awal.
Entah apa dosa yang sudah ia lakukan, kenapa bisa mendapat takdir seperti ini?

"Iya, aku segera kesana." Ucap Delina, anak satu-satunya Daniel. Perempuan berhati iblis dengan wajah malaikat.

Delina mematikan sambuangan teleponnya. Matanya menatap kesap pada sekelilingnya.

"Apa kau tidak bisa bebenah? Kenapa rumah bisa sampai seburuk ini?" Ucapnya sarkas.

"Kenapa tidak kau saja yang rapikan, bukankah kau senggang, tidak punya pekerjaan?"

Delina tertawa, tawa yang sangat menyebalkan bagi Anna. "Aku sudah cukup sibuk, kenapa tidak kau saja? Lagi pula dandanan kau lebih cocok untuk pekerjaan itu."

"Ya, dan kau memilik tampang yang cocok dengan club yang selalu ayahmu sebutkan." Jawab Anna.

Mendengar itu membuat Delina baik pitam. Seketika wajahnya memerah. Delina langsung mendekati Anna dengan kesal. Tangannya baru akan meraih rambut panjang Anna tapi lebih dulu di tahan.

"Bukankah kau harus pergi? Kau tak ingin
kan, aku merusak riasan yang sudah kau rangkai satu jam lebih itu?"

Delina langsung terdiam. Perkataan Anna jelas membuatnya semakin kesal. Anna sangat tahu jika Delina pasti akan berpikir sekali lagi, tidak mungkin dia membiarkan riasannya rusak akibat perkelahian. Tapi jika Delina tidak peduli akan itu, maka akan bagus untuknya, tangannya juga sudah tak tahan, ingin sekali mengacak-ngacak dandanan Delina saat ini.

Dengan perasaan dongkol Delina pun
berjalan keluar rumah. Anna hanya tersenyum melihat Delina yang sudah kesal setengah mati.

————

"Sir, aku sudah menemukan wanita itu." Ucap Matt, salah satu penjaganya. Matt adalah salah satu orang terlama yang bekerja dengan Armand. Dia sangat bisa diandalkan, makanya Armand sering kali menyuruh Matt untuk mengurusi segala hal penting yang bersangkutan dengannya.

Armand langsung menatap layar persegi panjang yang Matt letakkan di hadapannya.

Di sana terpampang jelas foto seorang wanita yang memakai dress sedengkul berwarna cokelat dengan tangan 3/4. Rambutnya ikal dan berwarna hitam legam. Walaupun sedang tidak tersenyum tapi Armand bisa melihat kalau wanita itu memiliki lesung pipit di pipinya, yang terlihat sangat menarik baginya. Armand menelisik, tapi di foto wanita itu terlihat tidak bahagia.

"Dia Anna Bennet." Ucap Matt. Armand mendongak.

"Anna?"

"Yes sir, pamannya mengubah nama depannya. Dari Arabella menjadi Anna."

"Pantas kita kesulitan menemukannya."

Matt mengangguk, lalu melanjutkan ucapannya. "Saat ini dia tinggal bersama pamannya Sir, namanya Daniel. Mereka tinggal disebuah kota di sebelah barat sungai Ari. Anna tinggal dengan paman, bibi dan saudara sepupunya."

"Bagaimana kepribadian paman dan bibinya?"

"Sangat buruk. Wanita itu diperbudak."

Armand menatap Matt, "Dengan semua harta peninggalan orang tuanya?"

"Yes sir, terakhir kali pamannya mencoba untuk menjual wanita itu ke sebuah club di kota itu."

Armand tidak terlalu terkejut dengan fakta yang Matt ucapkan. Armand sudah sering mendengar hal tersebut. Bukan hanya paman, bahkan Orang tua kandung pun bisa menjual anak mereka hanya demi uang. Tapi yang membuat Armand tak mengerti, kemana semua harta peninggalan orang tua wanita itu?

"Mereka jatuh miskin?" Tanya Armand

"Setelah orang tuanya meninggal, seluruh aset peninggalan digantikan atas nama Arabella tapi karena gadis itu masih terlalu kecil maka pamannya lah yang menggantikannya. Lalu pamannya mengubah nama Arabella menjadi Anna dan mengubah seluruh aset atas namanya."

"Satu-satunya harta yang tersisa hanya rumah itu. Pemilik hak rumah itu masih belum diubah."

Armand diam mendengar semua penjelasan Matt. Sekali lagi dirinya menatap foto itu.

"Segera kirim orang untuk menetap di kota itu untuk mengawasi setiap pergerakannya. Aku tidak ingin ada orang yang mengetahui tentang identitas asli dari wanita itu." Titah Armand.

"Apa kami harus selalu menjaga Anna Sir? Bahkan jika pamannya itu melakukan hal buruk?"

"Tidak perlu, aku hanya perlu memastikan ia hidup. Tidak peduli bagaimana ia diperlakukan, dia hanya perlu hidup. Kalian tidak perlu mencampuri apapun yang terjadi padanya, tugas kalian hanya perlu mengawasi. Kau paham?"

"Yes sir." Setelah menjawab Matt ingin langsung pamit, tapi baru sekali melangkah Armand kembali menghentikannya.

"Dan Matt, aku tidak ingin semua hal yang berhubungan dengan wanita itu sampai ke telinga ibuku."

Matt langsung memgangguk lalu kemudian pergi menghilang dari balik pintu.

Setelah Matt pergi, Armand kembali terdiam. Matanya kembali fokus pada Anna. Wanita yang ia cari selama ini telah ia temukan. Dan sekarang yang perlu ia lakukan adalah melanjutkan semua rencana awalnya.

The Billionaire PrisonWhere stories live. Discover now