Chap 12

3.5K 112 0
                                    


Aku berlari, menelusuri sebuah jalan tanpa cahaya. Nafas ku terengah, semakin menipis, terasa menyesakkan. Lalu tiba-tiba kau muncul, lalu mengulurkan tangan dan aku pun tertipu. Kau tidak datang untuk menyelamatkan ku melainkan membawaku semakin dekat dengan kematian.


____________





Dengkuran nafas halus nan teratur terdengar jelas di indra pendengaran seorang lelaki. Tak ada kegiatan yang dia lakukan, hanya sibuk mengamati seorang wanita yang saat ini tengah terlelap di kasurnya. Dibalik cahaya kamar yang temaram, Armand menatap lurus dengan rahang yang sudah mengeras. Giginya gemeletuk, menahan kekesalan dalam hatinya yang segera meminta penuntasan. Tapi lihat, sang pelaku utama terlihat begitu tenang seperti itu, seolah tidak melakukan dosa besar.

Di tangannya ada segelas wine yang baru ia tuangkan sedikit demi sedikit dari botol wine yang yang dia bawa. Armand menyesapnya sedikit, merasai campuran rasa yang memabukkan itu. Lalu dengan sengaja melepaskan genggaman tangannya hingga membuat gelas itu pecah berkeping-keping, menimbulkan suara bising hingga membuat wanita di kasur terbangun.

Betapa terkejutnya Anna melihat saat ini Armand berada di kamarnya. Dalam kegelapan, duduk di sebuah sofa mini, bertumpu kaki dengan mata hitam yang menatap tajam. Matanya membola, dalam sekejap langsung terduduk dari tidurnya, menarik selimut yang semula hanya di pakai sebatas paha dan membawanya naik hingga menutupi leher.

"Apa yang kau lakukan di sini? Mengamatiku?"
tanya Anna yang sudah parno, suaranya sedikit terbata-bata.

Anna melihat Armand yang hanya diam memandanginya. Tak menjawab dan tak juga bergerak dari sana. Matanya terlihat kelam dan juga lelah di saat yang bersamaan. Anna menelan ludahnya kelat, kenapa lelaki itu tidak bergerak sama sekali?

"Kenapa kau hanya diam begitu? Apa yang kau lakukan di sini?" Anna mulai di landa panik. Tangannya semakin membawa selimut itu naik.

Tiba-tiba sebuah cengiran kecil muncul di bibir Armand. Lelaki itu tertawa pelan, tidak bersuara tapi dapat Anna lihat sudut bibir lelaki itu tertarik. Terlihat sangat menyeramkan hingga membuat Anna tercenung.

Lalu dengan langkah gontai Armand berjalan mendekat, kakinya melangkah melewati pecahan gelas dan wine yang sudah membasahi lantai dan berhenti tepat di sisi kasur.

Dengan kasar langsung menarik selimut itu hingga membuat wanita itu memekik kaget.

"Apa yang kau lakukan?"  Tanyanya dengan mata yang menatap marah pada lelaki itu, mengabaikan rasa takut yang sudah menjalar ke seluruh tubuhnya. Anna melihat Armand yang membuang selimut itu ke lantai setelah itu kembali berjalan mendekatinya.

"Aku akan teriak jika kau melakukan yang tidak-tidak." ucap Anna dengan nada peringatan tapi di sambut dengan dengusan kecil dari lelaki itu.

"Siapa yang bisa menghentikanku?"

"Ibumu."

Anna dapat melihat perubahan raut wajah dari Armand. Seketika rahangnya mengeras, lalu menatapnya tajam dan dingin. "Kau sepertinya sudah mulai nyaman untuk tinggal di sini hingga melupakan asal dirimu yang sebenarnya."

Anna terdiam, tak mengerti apa yang Armand coba katakan.

"Apa yang kau katakan hingga ibuku berencana untuk menikahkan kita? Kau yang menghasut dia? Apa yang sedang kau rencanakan, hingga berpikir untuk menjadi pasangan ku?"

Anna terdiam sejenak. Dia tidak sepenuhnya terkejut dengan reaksi Armand atas berita ini. Tapi dirinya tersinggung akibat tuduhan yang tidak mendasar dari lelaki itu, menuduhnya menghasut Diana, apa dia tidak berpikir sebelum bicara?

The Billionaire PrisonМесто, где живут истории. Откройте их для себя