Chap 27

2.7K 87 0
                                    

Anna langsung bangkit dari duduknya, membuat bokong lelaki itu berhasil menyentuh lantai kabin yang berlapis karpet akibat terkena dorongan saat wanitanya berdiri secara mendadak.

Armand mendesis pelan, lalu mengusap bokongnya kasar, Kemudian ikut berdiri, juga memandang tajam wanita di hadapannya. "Apa yang sedang kau pikirkan? Pikirmu aku akan mencium mu, begitu?" Kepalanya terangkat bermaksud menantang, berusaha terlihat semeyakinkan mungkin agar Anna percaya. Walaupun apa yang Anna pikirkan memang benar adanya, jika tadi wanita itu tak bangun mungkin bibir kenyal itu sudah berhasil di kecupnya.

Anna terkesiap, matanya mendelik tak terima. Bisa-bisanya Armand menyangkal, disaat dia sudah mendapat bukti yang nyata. "Memangnya apa lagi yang ada di pikiranku jika jarak mu saja hanya beberapa senti dari wajahku."

"Bisa kau bercermin? Cokelat yang ada di pipi kananmu, aku hanya ingin membersihkannya." Jari telunjuknya menyentuh singkat nan pelan pipi kiri Anna, perempuan itu reflek menjauhkan tubuhnya. Menatap ragu pada lawan bicaranya.

Walaupun rasa tak percaya masih bersarang di otaknya tapi wanita itu langsung menyambar tas kecil yang ada di tempat duduknya dan segera mengambil cermin yang memang selalu ada di tasnya. Dan sialnya ternyata memang benar ada noda cokelat di pipinya____ tapi itu benar-benar sangat kecil mana mungkin Armand bisa melihat sampai sedetail itu.

Dengan wajah kesalnya, Anna mengusap pipinya guna membersihkan noda itu, sembari bibirnya bicara, "Mudah sekali mencari alasan." Sindirnya, Anna yakin kalau itu hanya alasan Armand. Memangnya lelaki itu sepeduli apa dengan dirinya, hingga rela bangkit dari duduknya hanya demi membersihkan pipinya ini. Sangat tidak masuk akal.

Tak mengurasi rasa cemoohnya, Armand membalas Anna dengan perkataan penuh sindiran juga, "Kau harus mengurangi kepercayaan dirimu. Kau terlalu merasa kalau kau sangat cantik, padahal tidak terlalu." Ucapnya sambil menggendikkan pundak.

"Masa bodo dengan pendapatmu, tapi sekarang aku tidak akan tidur karena aku yakin kau akan kembali memanfaatkan situasi."

"Kau yakin? Ini akan memakan waktu berjam-jam."

"Aku sangat yakin, karena alasan mu itu jauh lebih tidak meyakinkan. Membuatku merasa takut, kau itu adalah pembohong yang ulung."

"Terserah kau saja."

Anna melihat Armand yang sudah kembali duduk di kursinya. Lelaki itu mengabaikan rasa kesalnya, tidak berniat untuk mencoba membela diri lagi. Sekarang malah Anna yang terlihat seolah berhalusinasi padahal dengan jelas dapat dia rasakan wajah lelaki itu tepat di depan wajahnya.

Anna bersungut kesal, lalu ikut duduk di kursinya. Mengalihkan pandangannya berusaha menghindari tatapan meledek dari Armand di seberangnya. Memandang asal ke arah depan, hanya diam, tanpa memikirkan apapun. Beberapa menit berlalu, hingga sialnya apa yang ia hindari pun kembali datang, matanya memang tidak bisa di ajak kompromi, dia tidak mungkin menjilat ludahnya sendiri, baru beberapa menit dia bicara soal tidak akan tidur, tapi sekarang sudah merasa mengantuk lagi.

Kepala Anna menggeleng, nyaris menyerah melawan kantuknya ini tapi Anna masih terlalu takut jika benar Armand melakukan sesuatu padanya bukan hanya itu, ia juga tidak ingin lelaki itu kembali meledeknya. Tidak ada ponsel yang bisa ia mainkan, tidak ada buku juga yang bisa ia baca. Apa lagi yang bisa ia lakukan? Ide baru tiba-tiba hadir si pikirannya, mungkin minuman dengan rasa asam bisa mengusir rasa kantuknya. Tangannya pun terangkat, memanggil salah satu staf yang tengah berdiri, Anna tak yakin tapi kelihatannya dia bisa menolong.

"Bisa aku minta segelas minuman yang bisa mengusir rasa kantuk?"

"Bagaimana dengan orange jus miss?"

Anna mengangguk setuju dengan sarannya. Pramugari itu pun akhirnya segera bergerak membuatkan pesanannya.

The Billionaire PrisonWhere stories live. Discover now