Chap 10

5.3K 127 2
                                    

"Ada apa?" Anna menanyakan langsung maksud Armand mengajaknya bicara. Walaupun hatinya sedikit mewaspadai tentang apa yang Armand katakan atau lakukan tapi Anna tetap tak ingin membiarkan lelaki ini melihat kegugupan nya itu.

Armand menatap lekat mata Anna lalu mengambil nafas panjang sebelum berucap. "Aku ingin kau tetap bungkam soal dari mana asal kau sebenarnya. Jika ibuku bertanya, jawab saja aku membawamu dari rumah pamanmu Daniel."

Kening Anna mengkerut, ucapan Armand reflek membuatnya berpikir. 'Rumah pamanmu' itu artinya Armand tahu kalau dia memiliki paman dan dia tinggal di sana. Apa selama ini lelaki di hadapannya ini mengintainya? Menyelidiki apapun tentang dirinya? Dan dengan semua pengamatan yang Armand lakukan, Anna yakin kalau lelaki itu pasti sudah berencana untuk membawanya.

"Biar ku tebak, ibumu yang menyuruhmu untuk mencariku, karena aku adalah anak dari sahabat lamanya, jadi kau yang membeliku di club itu bukanlah suatu kebetulan" Anna mengatakan asumsinya yang mana membuat Armand menarik ujung bibirnya, memandang rendah ke arah Anna.

"Itu tidak membuat status mu berubah di sini. Kau tetap menjadi wanita yang ku beli, dan sudah menjadi tugas mu untuk selalu menurutiku." serunya. Anna langsung dibuat terdiam. Kepalanya mendongak menatap tajam ke arah Armand. Tatapan tak menyenangkan terlihat di sana tapi Armand tak mau ambil pusing soal itu.

"Dengarkan aku. Kau hanya perlu diam, jangan lalukan apapun. Kau tidak perlu menuruti perkataan ibuku, dan apapun yang akan kau lakukan kau harus meminta ijinku terlebih dulu padaku."

Anna diam saja mendengar segala perintah dengan nada penuh peringatan yang Armand lontarkan. Entah apa yang begitu lelaki itu khawatirkan, Anna juga masih belum mengetahuinya sampai sana. Memikirkan ibu Armand yang terlihat sangat senang karena bertemu dengannya, membuat Anna berpikir sekaligus merenung.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Armand tiba-tiba menyerukan pikirannya, penasaran melihat raut wajah Anna yang terdiam dengan kening yang mengkerut.

"Kau pun harus tahu?" tanya Anna dengan nada sindiran.

"Tidak perlu berpikir apapun. Kau hanya perlu diam, jangan berpikir apapun dan jangan lakukan apapun."

Anna mendengkus, bibirnya terperangah tak menyangka dengan yang lelaki itu katakan. Sepertinya lelaki di hadapannya ini memang suka langsung menyerukan apa yang ada di pikirannya dan tanpa menyaringnya terlebih dahulu.

"Aku sangat membencimu, itu yang aku pikirkan" Anna berseru tajam.

"Itu bagus, aku juga sangat membencimu." Armand menyeru dengan nada yang tak kalah menyebalkan lalu pergi berlalu keluar kamar.

—————-

"Anna, bagaimana kabarmu selama ini? Aku sudah mencarimu kemana-mana. Apa kau baik-baik saja? Lalu dimana kau tinggal?"

Anna melirik bingung mendapat rentetan pertanyaan itu. Bibirnya tersenyum tipis, sudah lama sekali dia tidak mendapat perhatian seperti ini. Sedari awal duduk di sofa ini, Diana terus menggenggam tangannya tanpa mau melepaskannya.

"Aku tinggal bersama pamanku tante, tapi sekarang aku sudah tidak tinggal di sana lagi." Anna menjawab dengan nada ragu. Matanya melirik sekilas ke arah lelaki yang kini tengah duduk bertumpu kaki di hadapannya.

Armand tidak melepaskan tatapannya dari Anna walau sebentar. Entah kenapa dia masih sedikit cemas takut kalau ibundanya ini bertindak di luar kendalinya.

"Itu bagus. Aku memang ingin mengajakmu untuk tinggal di sini."

Armand terkesiap. Lihat kan, baru sebentar mengobrol ibunya itu sudah bicara melantur.
Anna yang mendengar saran dari Diana pun reflek melotot. Tentu itu adalah ide buruk dan akan selalu menjadi mimpi buruk baginya.

The Billionaire PrisonWhere stories live. Discover now