Chap 40

2.7K 91 3
                                    

Mata Anna mengerjap. Lalu tangannya terangkat menyentuh telinga dan menepuknya beberapa kali. Jelas dia salah dengar, lelaki itu pasti berbohong. Dia tidak akan pernah melakukan itu.

Tapi tiba-tiba...

Sekelebat memori yang entah milik siapa hadir di kepalanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sekelebat memori yang entah milik siapa hadir di kepalanya. Bola mata Anna membulat. Astaga, ingatan apa itu? Kepalanya langsung menggelang cepat. Lalu secepat kilat membawa tatapan tak percaya pada lelaki di hadapannya yang kini tengah menatapnya juga. Dapat Anna lihat sudut bibir lelaki itu yang terangkat seolah membenarkan apa yang ada dipikirannya saat ini.

"Berhasil mengingatnya?" Tanyanya pekat akan ejekan. Mungkin lelaki itu merasa puas melihat wajah gusar Anna.

"Kau____kau memanfaatkan ku."

Armand langsung mendengkus tak percaya. "Memanfaatkan mu? Aku bahkan tidak menyentuhmu sesuai janjiku. Jika lelaki lain, mungkin akan dengan mudah melupakan janji tapi aku tidak begitu."

"Tetap saja, kau menciumku. Kau memanfaatkan ketidaksadaran ku. Saat itu aku mabuk__"

"Tapi kau menyambutku."

Anna langsung terdiam. Dia tidak bisa membantah. Ingatan tentang semalam perlahan mulai menyatu layaknya puzzle yang sudah terpasang utuh. Kini Anna mengingat semuanya. Bagaimana Armand menciuminya dan berakhir dia yang juga menyambut lelaki itu. Jujur saja, Anna merasa malu sekarang. Jika mengingat kembali, semalam dirinya cukup agresif. Memang benar lelaki itu juga terus menciumnya tapi dia terlalu mabuk hingga tak bisa berpikir jernih.

"Kau sudah ingat sepenuhnya?"

Anna berdehem kecil, memilih tak menjawab, lalu mengalihkan pandangannya. Tak mau Armand melihat pipinya yang mungkin saja sudah memerah karena malu.

"Bagaimana dengan bagian saat kau memaki ku?"

Anna langsung menoleh, lelaki yang semula masih berdiri itu kini maju melangkah dan duduk di hadapannya.

"Aku tidak melakukan itu." Elaknya langsung. Matanya melotot tak terima seolah menganggap dirinya tak bersalah. Padahal Anna juga mengingat bagaimana dirinya memaki atau lebih tepatnya mengomel pada Armand, dan kini dia sadar betapa bodoh dan berani dirinya saat itu.

"Kau jelas menghinaku. Perlu ku ingatkan?"

"Tidak. Tidak perlu, aku minta maaf. Kau tau efek mabuk bisa membuat orang berucap omong kosong."

Setelah menimbang-nimbang, tak ada pilihan lain selain mengaku dan meminta maaf, dari pada dirinya akan terus di teror dengan perkataan dan tatapan itu, lebih baik mengakhiri semuanya dengan jalur aman.

"Jadi itu bukan berasal dari lubuk hatimu?"

"Tentu, itu semua omong kosong."

"Lalu bagaimana dengan pernyataan cintamu?"

The Billionaire PrisonWhere stories live. Discover now