Chap 4

6.2K 145 0
                                    

Aku hanya ingin merasakan
hidup yang sebenarnya.

///////////////////////////

Suara fantopel yang beradu dengan lantai marmer terdengar sangat jelas di telinga. Armand berjalan gagah melewati beberapa staff yang sedang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.

'Bail' adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Awalnya saat kakek Armand atau Adam Bail, mendirikan perusahaan, mereka bergerak di bidang teknologi. Namun setelah ayah Armand, Renald Bail memerintah, visi dan misi perusahaan pun berubah. Renald malah tertarik membawa perusahaan ke bidang jasa. Biarpun begitu, Bail tetap menjalankan berbagai macam teknologi dan juga bekerja sama dengan berbagai perusahaan lainnya.

Armand masuk ke ruangannya. Ruangan yang luasnya seperti kontrakan petak tiga itu di desain dengan sangat elegan. Dindingnya bercat putih dan abu-abu.  Ada sofa yang di sediakan di sana beserta tv dan juga proyektor yang menggantung. Terkadang jika Armand terlalu malas atau sedang sibuk-sibuknya dengan berkas-berkas, maka dia akan mengadakan rapat langsung di ruangannya.

Setelah Armand duduk di kursi, tak lama Tao datang dengan file ditangannya.

"Kau selalu lupa untuk mengetuk pintu." Omel Armand.

"Kau selalu lupa kalau aku bukan tipe orang seperti itu. Tidak untukmu bro." Balas Tao. Tao menaruh file itu di meja dan Armand pun langsung meraihnya.

"Pembangunan di Bali akan segera rampung. Aku sudah membawa daftar nama yang akan datang ke acara peresmiannya."

Armand mengangguk.

"Kenapa kau menyuruhku melakukan tugas ini, bukankah ini adalah tugas sekertarismu?"

Armand menggeleng pelan. "Kau tidak memasukkan nama Bryan kan?" tanya Armand, Tao langsung menggeleng.

"Segera rilis berita ini. Aku mau membuat Bryan merasa kalau dia dikucilkan."

"Bryan adalah orang yang terlalu percaya diri, dia selalu merasa kalau semua orang menginginkannya. Aku ingin membuat Bryan menyadari kalau dirinya bukanlah apa-apa jika dia berurusan denganku." sambung Armand.

"Bagaimana jika dia mengamuk?"

"Itu akan semakin menyenangkan." Ucap Armand dengan smirk diwajah. Tao hanya bisa terdiam. Tidak terlalu terkejut dengan cara kerja temannya itu. Armand dan Tao sudah mengenal sejak lama, jadi sifat dan tingkah laku Armand sudah pasti Tao hafal.

"Hotel di Bali, kau yang urus."

Mata Tao reflek membesar mendengar penuturan Armand.

"Kenapa mengirimku ke sana? Kau bisa menempatkanku di tempat lain." Ucap Tao tak terima.

Tao mendesah kesal. Kenapa Armand tidak menempatkan dirinya di negara lain, kenapa harus di Bali?

"Bukankah tipe wanita mu tinggal di sana? Aku memberimu kesempatan untuk mencari pengganti. Kau lihat kan, bagaimana dermawannya aku?"

Tao berdecih, kepalanya menggeleng. "Bukan kedermawanan yang aku lihat. Kau malah menyuruhku untuk kembali tenggelam dalam masa lalu." Ucap Tao.

"Selamat bersenang-senang." Armand tetap tak peduli soal penolakan Tao. Dia pun bangkit dari duduknya. Dengan senyum lebar Armand mengantar Tao sampai kepintu, menyuruhnya untuk pergi.

—————

"ANNA!" teriak seorang wanita menggema di sebuah rumah.

Anna yang tengah berjalan masuk tak menghiraukan panggilan itu. Anna berjalan santai menuju kamarnya. Dia baru saja menyelesaikan kuliahnya hari ini. Masa bodo dengan teriakan dari nenek lampir yang paling buruk sepanjang masa itu, Anna tidak peduli.

The Billionaire PrisonTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon