1.HAIKAL ASGAF

8.3K 305 5
                                    

Sinar matahari pagi menyeruak masuk melalui celah jendela, mata cantik yang terpejam itu kini perlahan mulai terbuka, menguap lebar tanpa menutup mulutnya, Haikal, pemuda itu turun dari ranjangnya, berjalan masuk ke dalam kamar mandi, dan bersiap untuk bersekolah.

Haikal keluar dari kamar mandi dalam keadaan yang sudah segar, dia harus segera bergegas pergi ke sekolah sebelum para abangnya bangun.

Apa kalian fikir haikal bahagia?

Apa kalian berfikir bahwa hidupnya tenang?

Maka aku akan menjawab, tidak tahu! tanyakan sendiri padanya.

Haikal berlari menuruni anak tangga, dia menatap meja makan yang masih kosong. Haikal menghela nafas pelan, "Setidaknya tidak ada hinaan untuk pagi ini," dia segera berjalan keluar rumah untuk menuju ke sekolah.

Haikal sadar ini masih terlalu pagi, tapi demi menghindari cacian dan makian dari para abangnya, dirinya memilih berangkat lebih awal, Tapi haikal juga sadar bahwa saat malam nanti dia akan lebih tersiksa karena menghindari abangnya pagi ini.

Selang beberapa menit, ia kini sudah sampai di sekolahnya, dan benar saja masih cukup sepi, akhirnya dia memilih untuk duduk di roftoop sekolah.

Haikal menghisap putung rokoknya sembari menatap kosong kedepan, "Sampai kapan akan seperti ini," tubuhnya disenderkan pada sandaran kursi, "Lelah sekali, Tuhan. Kapan ini akan berakhir, bukankah setiap cerita pasi memliki akhir? jadi aku mohon cepat akhiri cerita ini, jika bukan karena wasiatnya, aku mungkin lebih memilih untuk mundur dan kembali kepadamu," membuang nafas kasar, terkekeh miris atas apa yang dialaminya di dunia yang katanya itu peu dengan kebahagiaan.

"KAL!"

Satu suara dari belakang membuatnya terlonjak kaget, tubuhnya beralih menghadap kebelakang, disana terlihat dua orang remaja berjalan menghampirinya, Haikal tersenyum tipis, "Tumben cepet datengnya?" Haikal mematikan rokoknya. Tangannya mengambil permen yang disodorkan oleh temannya itu. "Thanks Ren,"

Rendi, remaja itu menganggukan kepalanya diiringi senyum tipis, "Jangan kebanyakan rokok, gak baik," Ucapnya sambil menepuk pelan pundak haikal.

"Mau bolos?" Jeffry menatap kedua temannya dengan penuh tanya.

Haikal menggeleng pelan, "Nggak dulu, bentar lagi ujian kita harus mulai serius, yuk kelas bentar lagi bel!"

Mereka pun brjalan briringan menuju kels dengan diiringi canda gurau. Haikal dikenal sebagai pribadi yang baik, ramah juga rajin, itu yang membuatnya banyak disukai dan dikenal.

.
.
.
.
.

Bel pulang sekolah berbunyi nyaring memasuki gendang telinga siswa dan siswi, mereka berbondong bondong keluar kelas untuk segera pulang. Begitu juga dengan Haikal dia kini sedang bersiap untuk pulang menggunakan sepeda ontel kesayangannya itu, itu merupakan kendaraan Haikal satu satunya.

Haikal mengayuh sepedanya dengan kecepatan penuh, dia harus segera sampai di cafe untuk memulai kerja paruh waktunya. Sepedanya berhenti tepat di depan cafe yang sedang ramai pengunjung, Haikal segera memasuki cafe lewat pintu belakang.

"Kal, buru ganti seragam, hari ini kita bakal lembur kayaknya, pengunjung lagi rame banget," Jeno berucap dengan membawa nampan berisi pesanan pengunjung, "Nggak papa kan, kalau lembur?"

Haikal menggangguk mantap, "Nggak papa bang, justru Ekal seneng, jadi bonusnya banyak hehe," Jawabnya enteng, dia pun mulai mengganti seragamnya.

Haikal pun mulai mengantar pesanan para pelanggan dengan senyum mataharinya yang tidak pernah luntur, saat dirinya berjalan kearah meja pelanggan, matanya membulat sempurna melihat sosok yang sangat amat dikenalinya, "Bang John," Gumamnya, dia segera bergegas membalikkan tubuhnya, "Kak Mel! Tolong anterin ini ke meja 10, Ekal mendadak kebelet!" Haikal menyerahkan nampan itu kepada Melita dengan terburu buru ia segera berlai ke belakang.

7 DAYS || REVISIWhere stories live. Discover now