11. Lama Pensiun

1.3K 111 1
                                    

Haikal terbangun dengan nafas terengah-engah. Matanya menatap sekeliling. Dia masih di kamarnya. Meraup kasar wajahnya, haikal menghembuskan nafas panjanng.

"Mimpi buruk, sial!"

Hidup bertahun-tahun, haikal baru pernah merasakan mimpi yang sangat amat menakutkan. Terlihat sangat nyata. Haikal melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

Lima belas menit berlalu, haikal keluar dengan keadan yang sudah segar. Menatap dirinya di pantulan cermin. Haikal kembali teringat dengaan mimpi semalam, sungguh dia merasakan bahwa itu sangat nyata, bahkan tubuhnya ikut merasakan sakit.

"Apa mungkin, itu akan terjadi nanti? Aku di dipukul, diusir, tertabrak. Apa mungkin itu gambaran kejadian yang akan datang?" Monolognya pelan.

Haikal menghela nafas pelan. "Kenapa terasa sangat nyata. Bahkan aku jjuga merasakan sakitnya. Apa mungkin jika mereka tahu tentang penyakitku, mereka sama sekali tidak perduli sama dengan dimimpi,"

Terdiam untuk sesaat, haikal kembali mengingat mimpi semalam. Sampai akhirnya mattanya beralih menatap laci meja yang muncul dalam mimpinya.

Haikal segera menghampiri meja dan membuka laci itu.

Benar saja, didalam laci terdapat foto-fotonya bersama semua keluarganya, sama persis seperti dimimpi. Haikal mengmbil satu foto yang menarik perhatiannya.

Foto yang sama seperti mimpinya.

Dua anak kecil yang memiliki wajah persis.

Sebelah kanan ada haikal.

Sebelah kiri. Entahlah haikal tidak tahu.

Siapa dia?

Apa mungkin adiknya?

Sahabatnya?

Atau mungkin.....

"Kakak?" Suara haikal melirih.

Sekelebat ingatan muncul brgitu saja.

Haikal memejamkan matanya dengan erat.

"Haikal ini kakak,"

"Haikal kesayangan kakak,"

"Sayang haikal banyak-banyak!"

Haikal meringis. "Sshh. Kakak? Jadi, Ekal ada satu kakak lagi? Tapi siapa? Haikal nggak ingat. Namanya? Wajahnya? Seperti apa? Dan, kenapa mereka nggak pernah bilang kalau haikal ada satu kakak lagi,"

Haikal kembali mengingat, Kelima abangnya sangat sering menyebut nama dia, saat haikal sedang dipukuli.

"Kamu udah bunuh dia, haikal!"

"Jadi, dia yang dimaksud abang itu, kakak? Haikal juga bunuh dia? ARRGHHH kenapa nggak bisa ingat, hiks," Haikal kembali menangis.

Darah dari hidungnya kembali menetes. Dengan segera haikal menyekanya, mengambil beberapa butir pil yang dianggap bisa meredakan rasa sakitnya.

"Baiklah haikal, ayo bersikap seperti biasanya. Lupakan semuanya, itu hanya mimpi. Mimpi adalah bunga tidur, jangan diingat terus," Haikal meremat punggungnya yang terasa sangat sakit, ingatkan haikal pada penyakit ginjalnya.

Haikal menggeleng pelan, "Ayok, kamu kuat aikal. Harus kuat. Belum saatnya kamu menyerah,"

Haikal berjalan pelan keluar kamar. Sampai di depan kamar johny, Haikal mendengar mereka sedang berbicara, Johny dan taeil. Karena penasaran, haikal akhirnya berhenti di samping pintu.

"Anak itu bekerja di Neo cafe," Itu suara taeil.

Haikal yakin, mereka sedang membicarakannya.

"Bukankah, itu cafe milikmu?" Sahut Johny.

7 DAYS || REVISIOnde histórias criam vida. Descubra agora