2. Dia yang kembali

3.1K 184 2
                                    

WARNING!! BANYAK MENGANDUNG TYPO!SILAKAN KOREKSI

Pagi ini Haikal mendapat sebuah keberuntungan, dirinya dibebaskan dari siksaan sang kakak. Haikal sempat berfikir bahwa kakaknya akan berubah dan menyayanginya tapi ucapan Johnny menghapus angannya.

'Aku sedang malas menghajarmu, jadi hari in kau bebas '

'Pergi sebelum kami berubah fikiran!'

Ah, Haikal tidak perduli dengan itu, yang penting dirinya mendapat ketenangan untuk hari ini. Tapi sepertinya ada yang aneh tadi pagi, Haikal sepertinya tidak melihat, Marvel? Sepertinya ini kali pertama Marvel absen dalam sarapan pagi, jadi Haikal merasa sedikit aneh, dimana Marvel sampai meninggalkan acara sarapannya. Sudahlah Haikal tidak perduli, toh Marvel juga tidak perduli terhadapnya, jadi untuk apa dia memikirkannya.

Bruk!

Haikal tersadar dari lamunannya saat temanya menaruh buku dimeja dengan gerakan kasar.

"Ngelamun aja daritadi, sampai di panggil nggak denger-denger. Mikirin apa sih, Kal?" Jeffry menumpu dagunya, menatap haikal yang sepertinya sedang merasa sangat bahagia, lihatlah wajahnya tersenyum secerah matahari.

Haikal merengut kesal, "Lo tuh, ganggu momen ngelamun gue aja deh, jadi buyar kan haluan gue," Halu apanya? padahal sedang memikirkan kakaknya.

Jeffry mendecih, "Halu apaan lo? Cewek mana yang lo crush-in?"

Seketika Haikal mendelik sebal, "Sembarangan! Mana ada gue haluin cewek, lagian emang kenapa kalau gue haluin cewek?"

Jefrry melotot kaget, "Lo nggak boleh deket siapapun tanpa ada surat persetujuan dari kita berdua," Jeffry melirik Rendi yang tengah asik dengan ponselny.

"Dih apaan? emang kalian siapa? Kok ngatur?!" Haikal menatap tajam keduanya yang nampak tidak perduli.

Rendi memutar bola matanya malas, "Lo tuh masih bayi, jadi masih harus dalam pengawasan kita. Jadi kalau ada apa-apa menyangkut perasaan, lo wajib lapor ke kita," Rendi melipat tangannya didepan dada tubuhnya menyender pada kursi.

"Tapikan kalian bukan orang tua gue, masa harus ijin sama lo berdua, sih?" Haikal menelusupkan kepalanya dilipatan tangan, ngambek ternyata.

"Kal, ini juga demi kebaikan lo. Kita nggak mau lo salah milih, dan buat lo akhirnya jadi semakin menderita," Jeffry mengusap bahu Haikal pelan.

Haikal tersentak mendengar pernyataan Jeffry barusan. Haikal merasa bingung, apakah Jeffry tahu bahwa dirinya sangat menderita hidup di dunia ini.

Tepukan dibahunya membuatnya tersadar, "Gak usah dipikirin, ya kalau emang lo beneran lagi deket sama cewek yaudah nggakpapa asal lo bahagia aja sama dia," Rendi mentap Haikal dengan pandangan serius.

Haikal berdecak malas, "Orang gue nggak lagi suka sama cewek, gue cuma lagi seneng aja, pokoknya seneng banget, dan nggak ada sangkut pautnya sama cewek," Haikal kembali menampilkan raut bahagianya.

"Sangkin senengnya itu senyum sampe ke telinga gitu, diabet yang liat nanti, kal," Jeffry terkekeh melihat raut wajah Haikal yang teramat bahagia.

Haikal tersenyum, "Ayo ke kantin!" Haikal berdiri dari duduknya diikuti kedua temannya.

.
.
.

Waktu masih menunjukan pukul dua siang, tapi haikal kini sudah berada di cafe. Bukan bolos, tadi katanya guru ada rapat penting, jadi dipulangkan awal.

Haikal kini sedang sibuk bolak-balik membawa nampan yang berisi pesanan pelanggan, Haikal dengan semangat dan disertai senyum mataharinya mencatat dan mengantar pesanan.

7 DAYS || REVISIWhere stories live. Discover now