14. Last Day

1.5K 129 2
                                    

Setelah pulang sekolah tadi, haikal langsung berangkat ke cafe. Bisa dibilang ini hari terakhirnya kerja, karena, selesai dari pekerjaannya, haikal akan mengajukan surat pengunduran diri. Mungkin ini akan lebih baik, daripada diseret paksa untuk keluar oleh abangnya, lebih baik di keluar tanpa disuruh.

"Haikal , hari iini kamu bagian kasir ya, Mel nggak berangkat soalnya," Pinta jeno.

Haikal mengangguk saja. "Iya bang, Siap,"

Jeno mengangguk. "Gih sana, ganti baju!" Jeno beralu dengan membawa nampan pelanggan.

Haikal sudah siap dengan pakaian kerjanya, dia berdiri di meja kasir. Haikal bekerja dengan serius kali ini. Dia harus menyelesiakannya segera.

Saat sedang serius bekerja, tiba-tiba saja pusing melanda kepala haikal. Tanpa sadar, darah sudah keluar dari hidungnya.

"Astaga haikal, itu kamu mimisan!" Ujar slah satu pekerja,

Haikal segera menutup hidungnya dengan tissue. Dia segera berlari ke kamar mandi. Sesaat kemudian, jeno datang dengan wajah paniknya. Haikal kambuh diwaktu yang kurang tepat.

"Haikal, you oke?" Tanya jeno, terlihat jelas raut khawatir dar wajahnya.

Haikal menggeleng, ini sangat sakit. "Uhuk. Obat, tolong di tas ekal," Pintanya lirih.

Jeno dengan segera mengambil obat haikal. "Ini, minum. Pelan-pelan," Jeno dengan telaten membantu haikal meminum obat.

"Kamu sakit apa haikal?" Tanyanya khawatir.

Haikal menggeleng pelan. "Nggak papa, bang. Cuma kecapekan aja, kok." Jawab haikal tersenyum kecil.

Jeno terlihat ragu. "Beneran? Kamu pucat banget. Mau pulang aja? Biar abang izinin sama pak Zhong," Tawar jeno, tangannya mengusappunggung haikal.

Haikal menggeleng lagi. "Nggak usah. Haikal baik-baik aja, bang. Beneran, cuma kurang darah aja," Ujar haikal berusaha meyakinkan.

Jeno akhirnya mengangguk. "Yaudah. Tapi kalau ada apa-apa langsung bilang abang ya?"

Haikal tersenyum lalu mengangguk. "Iya abang jeno ganteng,"

Jeno menggelengkan kepalanya. "Dasar, udah yuk keluar," Jeno merangkul haikal keluar dari toilet.

Tiba di depan, haikal langsung diserbu pertanyaan-pertanyaan dari rekan kerjanya. Seperti,

"Haikal kenapa?"

"Haikal baik-baik aja kan?"

"Haikal sakit? Muka kamu pucat banget,"

"Kok bisa sampi mimisan?"

Dan haikal hanya menjawabnya dengan. "Haikal nggak papa. Cuma kecapekan," Tidak lupa bibirnya manampilkan senyum mataharinya.

Haikal kembali memulai pekerjaannya dengan tenang. Dia benar-benar ingin ini cepat selesai. Lelah sekali sebenarnya. Tadi pagi disekolah sudah lari-lari, ditambah lagi searang penyakitnya harus kambuh disaat dia bekerja.

"Hei bayik!" Suara itu, haikal sangat mengenalnya. Ugh, siapa lagi kalau bukan jeffry, dan tentu saja ada ekornya, Rendi.

Haikal menatap keduanya jengah. "Ngapain?"

Keduanya menyengir lebar. "Makan dong!" Jawab cepat rendi.

Haikal mengangguk. "Duduk dulu, makan apa?" Tanya haikal siap mencatat.

"Makan nasi atuh, yakali tanah!" Jawab asal rendi. Haikal menatapnya tanpa minat, datar.

Jeffry memukul keras lengan rendi. "Pabbo! Udah kal, siapin yang menurut lo enak aja. Kita duduk disana. Nanti harus lo yang nganter, nggak nerima penolakan!" Jawab jeffry dengan tegass.

7 DAYS || REVISIWhere stories live. Discover now