17. Matahari Bercerita

1.3K 130 1
                                    

"Sial! Dimana anak itu!?" Johny menggeram marah.

"Ada apa john?" Taeil datang dari arah dapur dengan membawa dua gelas kopi.

Johny membuang nafas kasar. "Anak sialan itu belum pulang juga, kak!"

"Lalu?"

Johny mendengus. "Kau tahu kak, aku tidak suka jika anak itu bersikap seenaknya. Anak itu semakin dibiarkan semakin menjadi!"

"Urusannya denganmu apa, john? Bukankah kau tidak perduli dengannya!?" Taeil menyesap kopinya yang masih panas.

"Aku memang tidak perduli!" Johny berdecih sinis. "Sekalipun anak itu mati dipnggir jalan,"

Tiar menggeleng heran. "Kenapa kau sangat membencinya john? Padahal dulu kau yang paling menyayanginya,"

"Aku memang menyayanginya. Tapi, itu dulu, sebelum kejadian itu terjadi,"

Taeil memejamkan matanya. "Sebenarnya aku merasakan sesuatu yang janggal john,"

Johny mengernyit, "Apa maksudmu?"

Taeil menegakkan tubuhnya yang tadi bersandar. "Kau tidak sadar? Selama ini ketika kita membahas dia, haikal akan berteriak bahwa dia tidak tahu dan selalu bertaanya dia siapa. Aku merasa ada yang aneh disini, aku jugga menyadari, sikap haikal setelah kejadian lima tahun lalu sangat berbeda,"

"Apa menurutmu ada yang papa sembunyikan dari kita, kak?"

Taeil mengangguk kecil. "Aku menduganya seperti iu,"

"Hah!"

Taeil dan Johny kompak menoleh, tampak tiar datang dengan keadaan yang berantakan serta wajah yang dipenuhi oleh lebam. Tiar duduk tapat dismaping johny.

"Kenapa dengan wajahmu?" Tanya johny penasaran.

Tiar terdiam beberapa saat. Dia menatap kedua kakaknya lekat-lekat. "Aku tahu kalian sedang mneunggu anak itu pulang. Aku ingin anak itu dibiarkan untuk malam ini," Ucap tiar lirih.

Johny megerutkan kening. "Kenapa? Kau juga ingin menjadi seperti marvel?"

Tiar menggeleng. "Bukan gitu bang. Haikal ada dirumah sakit. Tadi dia telah menolongku dari musuh, sampai akhirnya punggungnya terkena pukulan balok besar karena melindungi ku. Dan kata dokter tadi, punggungnya sediit retak. Jika kalian menyiksanya malam ini, dia bisa saja langsung mati. Dia pulang telat juga karena ku," Tiar bergumam diakhir kalimat.

Taeil dan Johny kaget dibuatnya. "Musuh? Siapa?" Tanya johny cepat.

Tiar menghela nafas kasar. "Jung corp,"

Johny mengepalkan tangannya. "Mereka memang tidak pernah puas! Kurang ajar!"

"Haikal, dimana sekarang? Kau meninggalkannya sendirian? Sedangkan kau thau sendiri musuh kita sedang berkeliaran!" Suara taeil naik satu persen, entah kenapa dirinya sedikit khawatir.

"Dia pandai berkelahi," Jawab tiar singkat.

Taeil membuang nafas panjang. "Ini bukan soal berkelahi, Tiar. Kau bilang punggungnya retak, kan? Dan kau juga tahu nak itu sangat keras kepala, dia pasti sudah keluar dari rumahh sakit dengan keadaan mengenasan sekalipun," Taeil memijat pangkal hidungnya. "Dia tidak mungkin bisa berkelahi dengan kedaan punggungnya yang retak. Untuk berjalan pun mungkin dia membungkuk. Astaga!" 

Johny menyipitkan matanya mentap taeil. "Kenapa kaau seolah-olah khawatir begitu pada anak itu kak?"

"Aku tidak perduli, john. Ini masalah Reputasi! Bagaimana jika musuh kita memanfaatkan keadaan ini, dan mereka menyebar luaskan pada media? Keluarga kita mungkin akan hancur!" Taeil beranjak dari duduknya bergegas keluar rumah untuk mencari haikal. Walaupun memang ada sedikit rasa khawatir, tapi tiar segera menyangkal itu.

7 DAYS || REVISIWhere stories live. Discover now