10. Akhir?

1.4K 130 3
                                    

WARNING!! BANYAK MENGANNDUNG TYPO! SILLAKAN KOREKSI

Haikal menutup mulutnya yang menguap lebar, matanya sudah memberat. Haikal baru saja menulis surat untuk semua orang, hanya tersisa beberapa surat lagi. Dia memilih menyiapkannya lebih awal takut nanti waktunya tidak sesuai perkiraan, barangkali haikal besok sudah pergi, siapa yang tahu?

"Bang Marvel, bang Taeil, bang Johny, bang Tiar, bang Jian, bang Jeno, Jeffry, Rendi. Pas, yang lain nggak usah deh, yang lain nyusul," Haikal menyimpan suratnya di laci meja.

Matanya bralih melirik jam. "Setengah satu, mereka belum puulang juga? Nengok bang jian dulu deh, baru tidur,"

Haikal beranjak dari duduknya, dia keluar dari kamar menuju kamar jian.

Haikal masuk kedalam kamar jian dengan pelan, dia takut kalau-kalau jian sudah bangun dan berakir mengusirnya dengan kasar. Terlihat jian yang masih terlelap dengan tenang, dengan kain kompres yang sudah terjatuh disampingnya.

"Udah nggak panas," Haikal mengusap lembut pada kening jian. Padangannya terjatuh pada pipi jian yang terlihat seperti ada bekas air. "Abang mimpi apa sampai nangis begini?"

Menghela nafas pelan, haikal membenarkan letak selimut milik jian. "Abang sehat-sehat ya, jangan sakit. Bentar lagi bakal gantiin haikal buat jadi bungsu, abang harus sehat terus, nggak boleh sakit. Haikal ikut sakit kalau lihat abang begini, walaupun abang kasar sama haikal, haikal tetep sayang banget sama bang jie,"  Haikal manata mata jian yang terpejam erat, tangannya menyeka kringat di pelipis jian.

Haikal mendekatkan wajanya pada telinga jian, "Haikal sayang abang, abang sehat terus ya, nanti gantian sama haikal buat jadi maknae. Haikal nggak tahu kita dulu kayak gimana, tapi haikal ngerasa kita dulu sangat dekat, intinya haikal sayang bang jie," Bisiknya lirih.

Menatap sebnetar wajah tenang jian, haikal akhinya memilih kembali menuju kamarnya.

Tepat setelah haikal keluar, Jian terbangun dari tidurnya. Dia tidak mendengar semuanya, jian hanya mendengar apa yang haikal bisikan untuknya. Untuk saat ini, jian hanya bisa diam, dia sangat bingung untuk sekedar mengucapkan sepatah kata pun. Rasanya berat sekali mulutnya untuk mengucapkan kata maaf.

"Mungkin lebih baik aku diam, mengatakan pada mereka juga percuma. Api dendam sudah menguasai mereka, mustahil mereka akan percaya. Maafkan bang jie haikal, abaang juga sayang kamu. Tapi, masih ada secuil rasa benci abang pada kamu," Pada akhirnya jian tetap pada pendiriannya, menutup mulut seolah tidak tahu apapun.
.
.
.
.
.
.

Haikal baru saja memejamkan matanya. Namun belum ada satu menit ia tertidur, badanya sudah ditarik dengan kasar. Haikal meringis keakitakan, menatap pelaku yang ternyata adalah, johny. Tidak hanya itu, disana juga terdapat Taeil, dan juga tiar yang tengah menatapnya marah, benci, kecewa.

Haikal meringis. "Shh, ke-kenapa bang?" Haikal mencoba berani untuk bertanya.

Johny menengkram baju haikal. "BENAR-BENAR PEMBAWA SIAL!!"

BRAKKK

Tubuh haikal terbanting keras mengenai dinding. Haikal semakin meringis kesakitan.

"APA YANG KAU KATAKAN PADA MEREKA, HAH! KAU CERITAKAN PRIVASI KELUARGAMU SENDIRI PADA ORANG ASING HAIKA? OTAKMU DIMANA? APA TIDAK CUKUP KAU MERENGGUT NYAWA MEREKA? APA NGGAK CUKUP?? SEKARANG APA LAGI? KAU INGIN KAMI DI PERMALUKAN DIDEPAN UMUM, KAU MENGAKU PADA ORANG ASING BAHWA KAU DISIKSA??" Nafas johny memburu, seiring dengan air liur yang ikut keluar mengenai wajah haikal.

Tiar mendekat, dia mencekam dagu haikal. "Dengar haikal, apa yang kami lakukan tidak sebanding dengan apa yang kamu perbuat. Kamu itu nggak lebih dari sampah, beban, hama dikeluarga ini,"

7 DAYS || REVISIWhere stories live. Discover now