4. Sepenggal ingatan

1.5K 142 2
                                    

WARNING!! BANYAK MENGANDUNG TYPO! SILAKAN KOREKSI

Haikal terbaring lemah di kamarnya dengan Marvel yang sama sekali tidak beranjak dari duduknya, tangannya menggenggam erat tangan mungil Haikal, matanya berkaca-kaca meihat adiknya lemah seperti ini.

"Haikal, bangun dek. Maafn abang, abang telat dateng, kalau abang datang cepat pasti nggak akan gini, kejadiannya. Maaf, Haikal," Marvel mengelus rambut haikal dengan sayang.

"Abang," Haikal terbangun dari pingsannya, mendapati Marvel yang tengah menangis dalam diam.

Tangan Haikal terangkat, menghapus air mata yang keluar dari mata sang kakak, "Jangan nangis. Ekal nggak papa," Haikal tersenyum sendu.

Marvel menggeleng, "Maafin abang. Abang gagal buat jagain Ekal, lagi." Matanya kembali basah.

Haikal menggenggam erat tangan Marvel, "Abang udah jadi abang yang terbaik buat Ekal, abang kan spidermannya Ekal." Haikal mengingat saat dulu, Marvel yang selalu mengatakan bahwa dia adalah spiderman yang akan selalu menolong Haikal. Marvel adalah penggemar berat sspiderman.

Marvel tersenyum mengingat itu, "Abang bakal selalu jagain Ekal, sampai kapanpun. Sekali lagi, maafin abang," Marvel mengecup kepala haikal dengan sayang. Haikal mengangguk menjawabnya.

Tanpa mereka sadari, berdiri sosok laki-laki di depan pintu kamar Haikal yang tidak tertutup rapat.

"Maaf," Air matanya mengalir tanpa diminta.

******

Pagi kembali menyapa. Haikal sudah rapi dengan seragamnya, ini adalah hari jum'at, Haikal akan pulang cepat. Cafe juga tutup setiap jum'at, dan pulang sekolah Haikal akan menemui dokter Hendry untuk menanyakan hasil test.

Haikal berjalan menuruni anak tangga. Saat tepat berada di bawah, Haikal merasakan suasana yang begitu sunyi, semua orang tidak ada di ruang makan seperti biasanya. Haikal jadi berfikir semuanya sudah muak melihatnya karena kejadian semalam.

"Ah, apa yang aku pikirkan," Haikal menggeleng pelan.

Haikal menoleh, menatap pintu kamar yang terbuka. Disana terdapat marvel yang sudah siap dengan pakaian kerjanya. Marvel menghampiri haikal dengan senyum tulus yanng mengembang.

"Haikal berangkat sama abang, ya?" Tanya marvel.

Haikal mengangguk mengiyakan, "Tapi, kemana yang lain?" Haikal mengedarkan pandangannya. Terasa sangat sepi.

Marvel tersenyum tipis, Haikal masih saja menanyakan mereka padahal mereka selalu saja menyakitinya, "Mereka sudah berangkat dari pagi, ada meeting katanya, kalau Jian nginap di rumah temannya semalam," Alibi marvel. Jujur saja, Marvel tidak tahu kemana mereka sepagi ini.

Haikal mengagguk paham, "Yaudah, yuk bang!"

Haikal memasuki kelas dengan wajah yang bersinar, bibirnya membentuk senyuman manis. Haikal menghampiri kedua temannya yang sedang asik bercanda. Ya, siapa lagi kalau bukan Jeffry dan Rendi.

"Hei, ngobrolin apa, nih?" Haikal mendudukan dirinya di samping rendi.

"Eh, kal. Pulang sekolah keluar yuk, abis sholat jum'at, gimana?" Rendi menatap Haikal yang berada di sampingnya.

Haikal terlihat berfikir sejenak, "Gue nggak bisa, udah ada janji sama bang Marvel," Haikal mencoba memberi alasan, dia akan pergi ke rumah sakit setelah jum'atan nanti.

"Ah, nggak asik jep, batalin aja!" Ucap Rendi lesu.

Haikal mengernyit heran, "Loh? Kok batal?"

"Nggak ada lo, nggak asik! Lain kali aja deh, tapi lo harus ikut!" Jeffry menunjuk Haikal disertai tatapan tajamnya.

7 DAYS || REVISIWhere stories live. Discover now