8. Bunda Jeffry

1.2K 126 2
                                    

WARNING!! BANYAK MENGANDUNG TYPO! SILAKAN KOREKSI

Ibunda jeffry, atau kerap di panggil bunda Aisyah, melangkahkan kakiknya menuju haikal. Didudukannya tubuhnya disamping haikal, tangannya terangkat untuk mengelus kepala haikal. Haikal yang pada dasarnya masih sensitif, kembali mengeluarkan airmatanya..

"Haikal, kenapa nak? Coba sini cerita sama bunda Ais,"

Haikal segera menubrukkan badanya memeluk Aisyah, "Hiks, bunda. Haikal capek, haikal sakit. Haikal pengen nyerah aja. Kenapa semua orang yang haikal sayang jahat banget sama haikal Hiks, haikal nggak tahu salah haikal salah apa, tapi mereka terus aja salahin haikal, pukul haikal. Haikal hiks, pengen benci mereka, hiks tapi rasa sayang haikal lebih besar dari keinginan haikal, hati haikal sakit nda, sakit banget pas mereka ngatain haikal pembunuh, haikal pembawa sial. Bahkan rasa sakit atas pukulan mereka sama sekali nggak lebih sakit dari semua ucapan mereka,"

"Salah haikal fatal banget, kayaknya. Sampai mereka besar keinginan untuk membunuh haikal. Haikal pengen ngelawan, tapi hati haikal seakan ngelarang,"

Aisyah mendekap tubh rapuh haikal, "Haikal dengerin bunda. Seberat apaun masalah haikal, haikal nggak boleh menyerah. Haikal harus kuat, haikal harus tabah. Ingat sayang, allah selalu ada buat haikal, allah selalu jagain haikal, dan haikal harus tahuu, Allah tidak akan menguji hambanya melebihi batas kemampuan seorang hamba. Mata mereka itu sedang ditutupi oleh kebencian yang bahkan belum jelas kebenaran atas kejadiannya, suatu saat mereka akan menyadari semua perlakuannya," Aisyah merasakan basah pada kerudungnya, tangannya tidak berhenti mengusap embut kepala haikal.

"---Yang harus haikal lakukan sekarang itu, cuma ngikutin skenario yang Allah buat. Dengan syarat haikal harus tetap sabar, Nggak boleh ada kata menyerah dan putus asa. Kalau haikal lelah, haikal bisa dateng ke bunda, buat ceritain semua yang haikal rasakan. Inget ya, masih ada Bunda, Jeffry juga Rendi yag akan selalu ada buat haikal, selalu suport haikal," Bisikan halus dan lembut penuh makna itu seakan membius haikal.

Haikal mengangguk dalam pelukannya, "Terimakasih bunda. Bunda udah mau dengerin setiap cerita haikal. Haikal beruntung banget bisa kenal kalian,"

Aisyah mengganguk, "Kalau haikal dalam masalah, haikal harus selalu ingat Allah. Haikal berdo'a, minta pertolongan allah. Bunda nggak mau denger haikal ngomong nyerah lagi. Haikal harus jadi anak kuat. Inget kata papa haikal dulu?" Aisyah mencoba menghibur haikal.

"Capek boleh, menangis pun booleh, asal jangan menyerah. Hidup itu nggak semulus jalan tol. Kita hidup itu buat dikasih cobaan, kalau cobaan ya di coba, bukan ditangisi. Laki-laki itu bakal jadi kepala keluarga, jadi harus kuat, kalu bukan kita, lantas siapa lagi?" Itu adalah kata yang selalu ayahnya katakan saat haikal selalu mengeluh, saat dirinya di bully karena buta, bahkan sering sekalu menyerah pada keadaan.

Aisyah tersenyum kecil, "Jadi, haikal harus selalu ingat pesan papa, okke?"

Haikal mengangguk kecil, tangisnya sudah mereda.

Memang hanya aisyah dan juga Devita ibunda Rendi yang selalu bisa membuatnya tenang, dengan kata-kata lembut namun penuh makna yang keluar dari mulut indah mereka.

.
.
.
.
.

Tak terasa setelah acara tangis-tangisan, haikal sekarang sudah bersama Jeffryy dan Rendi. Mereka sedang asik rebahan, dengan haikal yang tertidur berbantalan punggung rendi, rendi yang asik mabar bersma jeffry yang ada di sampingnya.

"Kalah mulu, deh!!" Rendi membanting ponselnya.

Jeffry terkekeh, "Makanya, gak usah sok ngajakin by one!!"

Jeffry mengalihkan pandangannya kearah haikal yang masih tidur dengannn tenang, "Ren, gimana kalau kita adopsi haikal aja?"

Rendi mendelik kaget, "What? Lo jadi bapaknya gue jadi maknya, gitu? Jjinja? Are you seriosly???"

7 DAYS || REVISIWhere stories live. Discover now