7. Rumah Jeffry

1.3K 125 5
                                    

WARNING!! BANYAK MENGANDUNG TYO! SILAKAN KORESI

Pagi kembali menyapa. Haikal sudah bangun tentu saja. Dia kini sedang duduk di kursi meja belajarnya. Haikal mengingat kejadian semalam, diamana dia dipeluk oleh seorang Jiandra maheswara. Hangat, itulah yang haikal rasakan. Jika mengingat hal tersebut, bibirnya tidak berhenti tersenyum. Walaupun haikal tidak begitu berhrap bahwa jian akan berubah seperti marvel, yang penting haikal tahu, masih ada secuil rasa perhatian dalam lubuk hati jian.

"Hari kedua, semoga lebih baik," Haikal kembali melingkari kalender dengan angka tiga puluh satu.

Menghela nafas pelan, haikal akhirnya beranjak keluar dari kamar. Saat sudah berada di bawah haikal tidak mendapati siapapun. Dia pun memilih keluar rumah, rencananya dia akan berkunjung ke rumah jeffry, mereka sudah janji saat di sekolah temo hari.

"Hah, kayaknya emang kita itu nggak bisa dipisakan deh, meng. Buktinya pas mau beli yang baru, uang haikal dirampok, di keroyok lagi. Masih nggak ikhlas sebenarnya," Haikal menatap sepeda bututnya yang diberi nama cimeng.

Ingat sekali haikal dengan kejadian kemarin, dirinya diramok, bahkan di keroyok. Sampai rumah pun masih di serang oleh kakaknya sendiri, bahkan sampai hampir dibunuh.

"Harusnya, bang tiar nggak usah nahan bang johny buat bunuh ekal. Kalau gini kan ekal kudu nunggu beberapa hari lagi, padahal udah capek banget sama hidup. Kalau bunuh diri nggak dosa mah, udah dari dulu mungkin," Haikal menaiki sepedanya dan berjalan meninggalkan rumah. Dan tanpa sadar, ada taeil yang sedari tadi menatapnya juga mendengarkan curhatan haikal dengan si cimeng.

Taeil memandang punggung haikal yang semakin menjauh, "Dia di rampok? Johny hampir membunuhnya? Apa yang terjadi selama aku nggak di rumah," Taeil melenggang pergi.

*******

"Apa yang terjadi semalam?" Taeil metap tiar yang ada didepannya.

Tiar mengernyit, "Apa?"

Taeil berdecak, "Ck, haikal. Bener dia dirampok? Dan johny hampir membunuhnya?"

Tiar tersentak medengar penuturan sang kakak, "Mungkin haikal bohong soal dirampok, supaya nggak diukul johny. Dan kalau soal hampir membunuhnya, itu memang benar. Johny marah besarr semalam, da mencekik hakal sampai anak itu sama sekali nggak bisa bernafas, bahkan sampai batuk darah, dan ya, akupun coba menghentikan,"

Taeil menghembuskan nafas kasar, "Dia sama sekali nggak bohng soal di rampok, uang yang seharusnya untuk membeli sepeda baru di rampas preman bahkan sampai di keroyok,"

Tiar melotot kaget, "Darimana abang tahu?"

"Kalaupun dia berbohong, nggak mungking sampai cerita sendiri dengan sepedanya yang butut itu, dia seolah mencurahkan isi hatinya pada benda mati yang menemaninya bertahun-tahun. Jika kamu melihat johny lepas kendali, tahan dia," Tiar mengangguk menjawabnya.

"Apa kita sangat keterlaluan pada anak itu? Aku takut jika suatu saat, dia akan mmbenci kita," Tiar menunduk dalam.

Taeil tersenyum kecut, "Dia memang sudah membenci kita," Ucap taeil yang mengingat perkataan jian semalam.

Tiar menoleh, "Benarkah? Apa kita memang harus memaafkannya, bang?"

Taeil menggeleng, "Biar saja sepeti ini. Biar waktu yang akan menjawabnya,"

Benar, waktu yang akan menjawab semuanya.

"Enam hari lagi ulang tahun mama, dan juga tepat hari kematian papa dan dia. Apa kita harus membawa haikal keluar lagi? Aku takut jika johny akan lepas kendali. Johny tidak pernah bisa mengontrol emosinya jika menyangkut masalah itu," Tiar mengingat saat tahun lalu, johny mengamuk setelah ppulang dari makam, dia melihat haikal yang tengah tertidur di kamarnya. Disaat semua orang bersedih, haikal malah enak-enakan tertidur, itu yang dipikirkan johny.

7 DAYS || REVISIWhere stories live. Discover now