5. First day

1.3K 123 0
                                    

WARNING!! BANYAK MENGANDUNG TYPO! SILAKAN KOREKSI

Haikal terbangun dari tidurnya. Matanya melirik ke kanan dan kiri, haikal masih ditempat yang sama. Syukurlah, setidaknya tidak ada yang melihatnya dengan keadaan yang seperti ini. Haikal berjalan tertatih menuju kamar mandi. Dia harus terlihat lebih segar, mengingat marvel akan berangkat pagi ini.

Selang beberapa menit, haikal sudah rapi dan terlihat lebih segar, walaupun dia merasa pinggangnya sangat sakit. Haikal melirik kalender di nakas. Tangannya mengambil pensil, dan melingkari angka tiga puluh.

Haikal mengambil nafas dalam, "Tujuh hari, dimulai dari sekarang," Bibirnya tersenyum kecut.

Haikal mengganti raut wajahnya dengan senyuman manis, dia tidak mau Marvel melihat raut wajahnya yang mendung. Haikal dengan segera turun ke bawah. Terhitung sudah tiga hari ini rumah terasa sangat sepi. Haikal menatap Marvel yang keluar dari kamar sembari menyeret kopernya.

"Haikal, abang berangkat ya. Haikal baik--baik di rumah, inget pesan abang, kalau ada apa-apa langsung ngomong, ya?" Marvel mengelus rambut haikal penuh kasi sayang.

Marvel seperti merasa berat meninggalkan Haikal, seperti ada sesuatu yang mengganjal. Tapi ini sudah kewajibannya, dan lagipula haikal tidak melarangnya.

Haikal mengangguk, bibirnya terangkat membentuk senyuman, "Iya abang. Abang juga hati-hati, jaga kesehatan. Abang juga nggak boleh capek-capek, kalau capek langsung aja rehat," Haikal memberi Marvel sebuah senyuman yang membuat siapa saja bisa terpesona.

"Siap, adek manis! Kalau gitu abang berangkat ya," Marvel pun masuk kedalam mobil, dan meninggalkan perkarangan rumah.

Haikal termenung. Marvel sudah pergi, apakah keempat abangnya yang lain akan kembali menyiksanya lagi? Haikal memilih tidak memikirkannya dulu, dia harus segera ke cafe. Ah, haikal rindu bekerja, dan teman kerjanya juga.

Haikal mengayuh sepeda yang sudah usang dengan kecepatan sedang, ngomong-ngomong hari ini haikal menerima gaji nya. Besok haikal berniat membeli sepeda baru dan kebutuhan lainnya.

Haikal memarkirkan sepedanya tepat di samping piintu belakang cafe. Diantara yang lain, haikal sendiri yang berangkat menggunakan sepeda. Karena, kebanyakan dari mereka menggunakan sepeda motor atau memilih menaiki kendaraan umum.

Jika dilihat dari luar, cafe terlihat sudah lumayan ramai untuk waktu yang sepagi ini. Haikal segera melakukan pekerjaannya, mengantar pesanan pelanggan. Haikal juga termasuk karyawan termuda di cafe. Awalnya haikal hanya iseng duduk karena kelelahan dan merasa lapar, tapi siapa yang menyangka jika dia ditawari pekejaan, dengan senang hati haikal menerimanya.

"Kal, kok kelihatannya tambah kurus. Nggak makan berapa hari, kamu?" Jeno menatap tubuh Haikal yang memang terlihat lebih kurus.

"Oh, iya bang. Nafsu makan Haikal lagi turun, males banget kalau mau makan," Alibi Haikal. Sebenarnya Haikal pun tidak tahu kenapa, tapi setelah mengingat penyakitnya, Haikal jadi berfikir ini adalah efeknya.

"Lo harus makan banyak, biar tubuh gembulnya balik lagi!" Jeno dengan gemas mencubit pipi Haikal yang semakin tirus.

Haikal tersenyum tipis, "Iya bang, yaudah haikal lanjut kerja dulu, ya!" Haikal pun melanjutkan pekerjaannya setelah menikmati waktu istirahat bersama Jeno.

******

Waktu menunjukkan pukul empat sore. Haikal kini berada di panti asuhan, setelah pulang kerja dan mendapakan gaji, Haikal memilih singgah ke pani untuk memberikan nasi kotak, itu sudah menjadi kebiasaannya setiap bulan, bahkan anak-anak panti sudah sangat dekat dengan haikal.

7 DAYS || REVISIWhere stories live. Discover now