3. The best friend

1.9K 157 0
                                    

WARNING!! BANYAK MENGANDUNG TYPO! SILAKAN KOREKSI

Haikal masuk kedalam kelasnya dengan mata yang sangat sembab, ah kedua temannya pasti akan menanyakan hal ini. Apa yang akan akan Haikal katakan nanti. Jeffry dan Rendi itu sangat cerewet, mereka tidak akan berhenti bertanya jika belum terjawab seluruh pertanyannya.

"KAL!!!" Nah kan, baru dipikirin udah nongol anaknya.

Rendi berjalan dengan gaya songongnya menuju bangku yang sedang diduduki haikal, "Yo, whats---

---LO ABIS NANGIS HAIKAL??" Rendi meninggikan suaranya kala melihat mata haikal yang bahkan sudah seperti merem itu.

Mereka berdua lantas panik, "SIAPA YANG BUAT LO NANGIS?" Rendi dan Jeffry berteriak dengan serentak.

Haikal berdecak malas, "Nggak usah teriak bisa, kan?"

Rendi melotot mendengar itu. "Ya gimana nggak kaget, lo pagi-pagi udah sembab begitu. Kenapa si?"

"Haikal, kita berdua tuh sahabat lo, tapi lo sama sekali nggak mau cerita kalau ada masalah. Ini bukan petama kali lo berangkat dengan keadaan ngga baik-baik aja. Kadang mata lo sembab, kadang juga banyak bekas pukulan. Dan lo masih nggak mau cerita? Setidaknya jangan bikin kita khawatir, kal," Jeffry menatap Haikal dengan pandangan sendu.

Haikal terdiam mendengar ucapan Jeffry. Haikal memang tidak menceritakan tentang kehidupannya pada Jeffry dan Rendi, Haikal hanya takut merepotkan mereka. Apalagi Haikal sudah sangat sering meminta bantuan keduanya. Tepukan di bahunya membuatnya tersadar.

Tiba tiba saja tangannya ditarik Jeffry, mereka ternyata membawa haikal ke rooftop sekolah.

"Haikal, jangan kira kita nggak tahu soal problem anatara lo, dan abang-abang lo. Kita tahu lo selalu disiksa sama abang-abang lo, kita tahu lo selalu dihukum, lo nggak dikasih makan, kita tahu semuanya," Ucapan Rendi membuatnya terkejut bukan main. Dari mana mereka tahu? Haikal menjadi takut sekarang, ia takut kalau rendi dan jug Jeffry akan meninggalkannya.

"Darimana kalian tahu?" Haikal berkata dengan lirih.

Jeffry terkekeh sinis, "Lo pikir darimana pekerjaan yang lo dapet sekarang, kalau bukan gue yang nyuruh mereka buat terima lo? Lo pikir siapa yang selalu bawa lo ke rumah sakit disaat lo pingsan di depan rumah, setelah lo di pukul habis-habisan? Lo harus tahu, kita yang udah lakuin semua demi lo, kenapa? karena kalau kita langsung bilang sama lo, lo pasti bakal nolak, lo pasti bakal ngira kalau kita cuma sekedar kasihan sama lo, iya kan?" Hailikal mengangguk membenarkan, dia bungkam, tidak tahu harus berkata apa.

Rendi menghembuskan nafasnya, "Haikal, kita mohon sama lo, tolong kalau ada apa-apa langsung bicara sama kita, cerita sama kita, coba lo terbuka sama kita. Kita sahabatan bukan cuma dua atau tiga hari, lima tahun kita sahabatan tapi lo masih suka nyembunyiin masalah lo dari kita? Tolong kal, kita itu khawatir sama lo, kita takut lo kenapa-kenapa. Kita nggak suka kalau lo berangkat dengan keaaan kayak gini, lo pikir kita nggak sakit hati lihat lo gini? Lihat lo berangkat sekolah dengan keadaan lebam. Kita diem bukan berarti kita nggak tahu, kal. Kita cuma mau lo sendiri cerita langsung ke kita, tapi akhirnya juga kita yang mancing lo duluan," Rendi sudah tidak bisa melanjutkan kata-katanya, airmatanya mengalir deras mengingat betapa menderitanya sahabatnya itu. Rendi terduduk dilantai rooftop

Haikal menangis keras, ternyata selaama ini yang perduli dengannya hanyalah kedua sahabatnya. Haikal berfikir dia selalu dibawa abangnya ke rumah sakit ketika dia pingsan setelah dipukuli, tapi ternyata dugaannya salah.

"Ekal minta maaf, Ekal salah, Ekal nggak pernah cerita sama kalian. Ekal cuma takut Ekal bakal ngerepotin kalian. Ekal nggak mau bergantung sama kalian, kalian udah sering bantu Ekal. Kalian udah mau jadi sahabat Ekal aja, ekal udah bersyukur, setidaknya masih ada yang perduli sama Ekal. Ekal nggak mau tambah ngrepotin kalian dengan Ekal cerita dan minta bantuan kalian. Ekal cuma takut kalian bakal ninggalin Ekal, kalau Ekal selalu ngerepotin kalian," Haikal menangis, wajahnya tertunduk sangat dalam.

7 DAYS || REVISIWhere stories live. Discover now