17 (FA) Love Story

9.1K 983 83
                                    

🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 🦋

Hari ini mereka akan kembali ke kota. Meninggalkan Bali yang menjadi tempat di mana keduanya menuangkan segala cinta yang masing-masing mereka punya.

Keduanya berjalan bergandengan di bandara. Membawa tiga koper. Sebenarnya awal mereka datang, koper hanya dua, tapi ketika pulang malah nambah satu. Dan itu semua karena permintaan Fahyra. Ia membeli banyak sekali oleh-oleh.

"Abang, kapan-kapan kita honeymoon lagi, ya."

"Suka liburan?" Fahmi melirik ke sebelah di mana makhluk mungil itu terus menggandengnya.

"Suka. Tapi harus sama Abang. Kalo sama Bunda pasti nggak seru, soalnya Bunda kalo liburan aneh. Misal nih Fahyra mau beli bakso, Bunda pasti bilang gini, beli yang lain aja bunda bisa buat bakso yang lebih enak dari itu. Terus kalo sama Abah pasti Fahyra dijadiin model, berdiri di sana Fahyra, Abah fotoin dulu. Terus nih kalo sama Bang Jaezan, Fahyra pasti kayak anjing peliharaan, harus ngekor terus sama dia, pokoknya nggak boleh pisah dari bang Jaezan. Dan kalo sama Alea, Fahyra pusing. Dia nggak suka ayam, selalu minta temenin beli babi kecap, dan Fahyra nggak boleh makan babi kecap, jadi nggak seru. Soalnya ujung-ujungnya pasti cuma beli tahu bulat abang-abang yang pake mobil."

Tidak terasa keduanya sudah sampai di dalam pesawat. Fahyra sangar Hoby berbicara, bercerita. Bahkan ketika sudah di dalam pesawat, ia masih meneruskan ceritanya.

"Kalo sama Abang seru. Soalnya semua maunya Fahyra diturutin. Terus liburannya juga gratis, nggak keluar uang. Jadi, Fahyra bisa beli baju harga 10jt tanpa harus mikir panjang kali lebar." Ia menyengir menatap Fahmi.

Fahyra menyenderkan kepalanya di dada Fahmi. Memeluk lelaki itu dengan begitu tenang. Kemudian ia mendongak. "Rugi nggak sih dapat istri kayak Fahyra."

Fahmi langsung menoleh ke bawah. Menatap wajah polos nan lugu itu. Ingin rasanya ia jujur sejujur-jujurnya. Namun, itu hanya akan membuat pedang kedua di antara mereka. Jadi, Fahmi cukup menjawab.

"Siapa yang bilang? Nikah sama kamu itu anugrah paling berharga. Sudahlah cantik, bodynya bagus kayak model-model luar negeri, pintar goda suami, nggak bisa masak, sukanya rebahan, mulutnya nggak bisa diam, suka mancing keributan, kalau tidur selalu cosplay jam, ditambah lagi masih ngompol di kasur. Nikmat mana lagi yang kamu dustakan."

Kening Fahyra mengernyit. Ia masih berfikir soal ucapan suaminya. Awal-awal menang memuji, tapi kenapa di akhir rasanya mengejek?

"Sebentar. Ini Abang ngejek apa muji, Fahyra?"

Fahmi menggeleng. Ia merangkul pundak perempuan itu. Mencium kening Fahyra sembari merapikan hijab sang istri.

"Nggak usah dipikirin, diam aja, ya. Bentar lagi kita sampai."

"Nggak, Fahyra masih bingung. Fahyra yang salah dengar atau gimana?"

"Abang yang salah bicara. Harusnya tadi jawabnya singkat aja. Oh iya, moci dekat bandara enak, ya? Kapan-kapan kita beli lagi, ok?"

Fahyra menggaruk kepalanya yang tak gatal. Aneh sekali. Ia masih terngiang-ngiang akan ucapan itu. Ia belum paham sebenarnya.

***

Beberapa jam diperjalanan, akhirnya mereka sampai juga di rumah. Dan hari sudah sore sekali. Fahyra begitu kelelahan, pun dengan Fahmi yang sama capeknya dengan Fahyra.

Mereka merebahkan tubuh di atas kasur empuk itu. Tidak lupa kaki nakal perempuan itu mengait di tubuh suaminya.

"Abang, yok mandi."

(FA) Love Story  (SUDAH TERBIT)Место, где живут истории. Откройте их для себя