24 (FA) Love Story

10K 1.3K 369
                                    

🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 🦋

"Ra, nggak seharusnya kamu lakuin itu ke dia. Abang udah berkali-kali bilang kalau Abang nggak ada apa-apa sama Khansa. Kenapa harus marah-marah ke Khansa, ha?"

Fahyra yang baru saja sampai di rumah seketika langsung malas. Ternyata Khansa lebih dulu mengadu kepada Fahmi soal yang tadi.

"Ra, kamu dengar Abang? Kenapa harus dilabrak?"

"Tanya dong ke diri kamu sendiri kenapa aku harus nurunin harga diri aku dengan labrak cewek? Itu semua karena kamu, kan. Kamu buat ulah. Aku nggak mungkin diam aja. Jangan malah bingung sendiri kayak gini. Pura-pura bodoh kamu!"

"Abang udah minta maaf. Udah berkali-kali bahkan! Abang udah ngakuin kesalahan Abang. Di mana letak salahnya lagi?"

Fahyra tiba-tiba tertawa sarkastik. "Kesalahan yang mana yang kamu akuin? Perasaan, kamu belum pernah ngomong ke aku kalau kamu selingkuh sama Khansa. Kesalahan yang mana, Ha?" Fahyra sedikit mendorong dada laki-laki itu.

"Ra?"

"Belaian aja terus selingkuhan kamu."

"Ra!"

"Kenapa? Mau marah? Kesel karena aku susah diajak ngomong baik-baik?"

Fahmi diam menatap wajah Fahyra.

"Capek tau nggak kayak gini terus. Harusnya kamu ingetin selingkuhan kamu. Kalau udah salah jangan nyolot. Aku bisa aja Jambak selingkuhan kamu. Kalau perlu aku kasi label pelakor di bajunya. Tapi kalau aku ngelakuin itu, takutnya kamu dipecat dari kampus, kuliah ku gagal, dan itu malah nambah masalah."

Fahyra duduk di bibir ranjang. Ia menatap Fahmi yang duduk di atas sofa.

"Kok bisa sih kamu kayak gini? Dari dulu, kamu punya image baik di mata aku. Nggak ada yang keliru di diri kamu dari sudut pandang ku. Semuanya sempurna. Tapi, kenapa sekarang malah kayak gini?! Kenapa harus aku yang jadi pelampiasan? Kenapa harus aku yang jadi tempat singgah? Kenapa harus nikahin aku kalau ternyata kamu nggak sayang sama aku? Kenapa harus kebahagiaan aku yang kamu renggut? Banyak tanda tanya di sini, Fahmi!"

"Kalau dari awal cuma kasihan. Nggak usah! Perasaan aku nggak semurah itu! Salah aku sendiri sebenarnya. Kenapa harus mau dijadikan pilihan," lirih Fahyra dengan wajah yang menunduk letih.

Dari atas sofa, Fahmi terus menatap Fahyra. Semua kekecewaan perempuan itu jelas tersimpan di isi kepalanya. Semua pertanyaan itu pasti berputar hebat di dalam memorinya. Hanya saja Fahyra tidak tahu apakah semua pertanyaan itu akan ada Jawabannya. Atau, apakah semua kekecewaan itu ada penyesalan dari Fahmi. Fahyra tidak bisa membaca isi hati Fahmi, sejak di mana Fahmi berbohong soal semuanya. Maka dari sana juga Fahyra kehilangan kemampuan untuk mengetahui apakah Fahmi berbohong atau tidak.

"Kenapa diam?" tanya Fahyra tiba-tiba.

Ada gelengan kecil dari laki-laki itu. Lalu, Fahmi meluruskan pandangannya. Menatap Fahyra kembali. "Bingung sama semua pertanyaan kamu," ucap Fahmi.

"Pasti. Aku udah nebak. Kamu pasti bingung sama pertanyaan aku. Sama kayak aku nanya, 'kamu cinta nggak sama aku?' Jawabnya juga pasti bingung. Karena kayaknya waktu nikah sama aku, raga kami doang yang ada. Hati kamu, pikiran kamu, itu sebenarnya ada di dia." Fahyra terkekeh kecil.

"Kamu salah paham lagi, Fahyra."

"Iya, aku salah paham terus. Karena kamu emang nggak bisa dipahami, Fahmi!" Balas Fahyra.

(FA) Love Story  (SUDAH TERBIT)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt