Dua Belas

3.6K 1K 103
                                    

Tidak ada angin tidak ada hujan Mbak Ratna meneleponnya.

"Dari tadi susah banget telepon awakmu, Rin," omel Mbak Ratna.

"Aku baru kelar meeting sama Bu Ida, Mbak. Ada apa? Kok tumben sampeyan telepon aku," balas Jerini. Sejak dia tidak lagi menjadi tim Cakra, otomatis hubungannya dengan Mbak Ratna terputus.

"Urusan bosmu—"

"Bosku sing endi—bosku yang mana—, Mbak ? Bu Ida barusan santuy-santuy aja, nggak ada apa-apa—"

"Bukan bos yang itu, Rin. Bos brondongmu iku, Bos Cakra—"

"Bukan bosku lagi dia itu, Mbak. Wes tak pecat—sudah aku pecat," Jerini ngakak.

"Hus! Nggak sopan!" Mbak Ratna ikut tertawa. "Pokoknya kamu harus ke sini sekarang."

"Untuk?"

"Penting. Urgen. Aku tunggu!"

"Lho? Kok?"

Sayangnya Mbak Ratna sudah memutus obrolan secara sepihak. Idih! Masa iya gue masih harus ngurusin kerjaan Cakra?

Terus terang sejak pertemuan terakhir mereka dengan Menik minggu lalu, Jerini belum bertemu Cakra sama sekali karena sengaja menghindar. Upaya yang ternyata tak perlu karena sepertinya pria itu lagi tidak berada di kantor. Haish! Lalu kenapa sekarang Mbak Ratna bahas urusan dia? Ogah banget. Karena sampai sekarang pun Jerini juga nggak tahu bagaimana harus bersikap bila tiba-tiba ketemu muka dengan Cakra. Obrolan malam itu terasa absurd bagai mimpi.

Tapi kali ini Jerini sadar tidak ada gunanya menghindar lagi. Bahkan kalau bisa, lebih cepat kelar urusannya akan lebih baik. Jangan sampai nekat bikin gara-gara sama mbak satu ini, karena kalau sudah jengkel, you know lah, nasibnya bakal gimana menghadapi amukannya!

Setelah meninggalkan pesan pada Intan tentang ke mana dia akan pergi, Jerini bergegas keluar dari ruangan menuju ke tempat Mbak Ratna. Dan terkejut melihat keberadaan Dewi di sana.

"Mbak—"

"Rin, sini!" panggil sang corporate secretary itu. "Nih, tolong jelasin sekali lagi sama Dewi tentang step by step-nya mengurus dokumen business trip punya Pak Cakra dan staf."

"Tommy emang ke mana?" tanya Jerini refleks. Karena setahu Jerini Tommy adalah penggantinya untuk mengurus semua kebutuhan perjalanan bisnis Cakra. Memang sejak kapan diganti oleh Dewi?

"Tommy nggak masuk. Cuti sakit," jawab Mbak Ratna.

"Jadi Mbak Dewi yang gantiin?" tanya Jerini lagi sambil menatap perempuan yang sedang meliriknya dengan ogah-ogahan. Nih orang kenapa sih? Dari pertama bertemu vibes-nya sudah ngajak musuhan padahal kenal saja tidak.

"Dia berencana menggantikan Tommy buat business trip berikutnya."

"Kalau emang begitu, tinggal telepon ke Tommy aja, dan tanya gimana-gimananya," ucap Jerini menahan kesal. Berasa nggak guna banget dia datang jauh-jauh ke sini ngurusin yang seperti ini. "Saya sudah jelasin semua ke Tommy, Mbak Dewi."

Jerini berusaha keras agar tidak ngegas pada staf tambahan di ruangan Cakra ini. Meskipun dia masih jengkel oleh perlakuan Dewi saat dia terakhir kali muncul di ruangan mereka.

"Tommy nggak masuk. Masa kamu nggak paham sih?" sahut Dewi ketus.

Ini orang punya masalah apa sih? Duile! Kesambet kok ya setiap ketemu begini. "Tapi Tommy masih bisa ditelepon, kan? Soalnya saya sudah—"

"Kenapa aku ndak boleh nanya kowe? Emang kowe sopo?" tantang Dewi dengan nada menantang.

Ya ampun! Apa sih masalah Dewi yang membuatnya begitu antipati? Padahal mereka bahkan tidak pernah berkomunikasi maupun terlibat satu urusan. "Begini, Mbak Dewi. Saya sudah menjelaskan semuanya pada Tommy, sesuai permintaan Pak Cakra. Kalau Mbak Dewi minta penjelasan lagi, itu sama aja kayak saya yang nggak menjalankan tugas dengan baik."

Cinta yang SederhanaOnde as histórias ganham vida. Descobre agora