Part 4

2.1K 263 2
                                    

Clarencia memasuki kedai Rosalie, seorang wanita yang sudah berumur. Ia menenteng dua keranjang dibaluti selembar kain sebagai penutupnya.
"Bibi!"

Clarencia meletakan keranjang kuenya di atas meja. Ia duduk di depan wanita yang sedang sibuk menggores kerta dengan pena bulunya. Bibi Rosalie menyipitkan matanya agar penglihatannya lebih jelas. Kacamata bulatnya hampir melorot dari hidungnya, jika saja tidak diperbaiki oleh Clarencia.

Bibi Rosalie meletakan kembali penanya, lalu menatap Clarencia.
"Bibi sedang mengirim surat untuk toko Raprica, Bibi kehabisan bahan kue." ucapnya. Ia kemudian memeriksa keranjang kue Clarencia.

"Mince Pie sebanyak empat puluh lima, kue keringnya sebanyak dua puluh bungkus, dan kue basah bertoping cokelat sebanyak tiga puluh lima potong." Clarencia menjelaskan sembari memperhatikan Bibi Rosalie yang sedang melihat-lihat kuenya.

Bibi Rosalie kemudian mengangguk-anggukan kepalanya.
"Besok datanglah kemari untuk menerima labanya. Bibi menjamin semuanya terjual habis, Bibi hanya membuat sedikit kue hari ini." celetuk wanita itu. Clarencia mengangguk dan segera beranjak.

"Aku pergi, Bibi." Clarencia memasang tudungnya dan pergi. Gadis itu bersenandung melewati bahu orang-orang yang sedang berlalu-lalang di pasar.

Anak-anak berlarian ke sana kemari dengan suka cita. Terkadang mereka mendapat teguran dari orang-orang untuk lebih berhati-hati. Dan sepertinya Clarencia akan mendapatkan hal sial itu. Segerombolan anak-anak menabrak tubuhnya dari belakang, hingga gadis itu hampir saja terjatuh. Mereka terdiam dan saling melirik. Saat Clarencia membuka tudungnya dan menatap tak senang anak-anak itu, sontak saja semuanya meneguk ludah ketakutan. Dalam hitungan detik mereka semua berlari terbirit-birit.

"Hei! Tunggu aku!" gadis kecil berumur empat tahunan itu berusaha mengejar ketertinggalannya. Pipinya bergerak-gerak seirama dengan larinya. Gaunnya yang panjang menyentuh tanah. Itu begitu menyusahkannya, hingga sesuatu pun terjadi saat ia menginjak gaunnya. Gadis kecil itu terjatuh di atas tanah lalu menangis.

Teman-temanya berhenti dan menoleh ke belakang.

"Huhuhu bantu aku berdiri." gadis kecil itu tidak bisa bangun karena tubuhnya yang berdaging. Teman-temannya mendekat. Saat tinggal beberapa langkah saja, mereka berhenti mendadak saat melihat sebuah bayangan besar di atas tanah. Serentak mereka menatap ke atas.

"Lari! Lari! Selamatkan diri!" anak-anak itu berlarian dan tidak jadi membantu gadis kecil itu. Sosok Clarencia lebih menyeramkan dari apapun!

Gadis kecil itu semakin mengencangkan tangisnya. Kepalanya yang bulat bergerak memutar ke belakang. Dengan tubuhnya yang tengkurap, ia harus membutuhkan usaha penuh untuk menoleh. Saat itu tangisnya langsung berhenti.

Gadis kecil itu memejamkan mata saat Clarencia berjongkok.
"Tolong jangan makan Milli! Tubuh Milli banyak lemaknya huhuhu." gadis kecil itu memohon-mohon.

Clarencia mengerutkan keningnya. Gadis itu membantu gadis kecil itu berdiri.
"Aaaaaa jangan makan Milli." gadis kecil itu memberontak dan ingin kabur. Tetapi Clarencia telah menangkap pergelangan tangannya yang gemuk.

"Tolong ada monster." pekik gadis kecil itu meminta tolong. Sedangkan orang-orang yang melihatnya hanya menggelengkan kepala dan melenggang begitu saja.

"Jangan makan Milli, Monster."

Wajah Clarencia langsung suram dan itu semakin membuat gadis kecil itu ketakutan.
"Apa aku terlihat seperti monster?" tanyanya jengkel. Dengan ragu-ragu gadis kecil itu mengangguk.

"Anak ini, tahu dari mana aku monster?" tanya Clarencia menghakimi. Gadis kecil itu menunduk.

"Kakakku bilang begitu." cicitnya hampir tak terdengar. Ia ketakutan.

Hai, Duke! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang