Part 14

1.6K 243 12
                                    

"HEI HEI HEI!"

Sosok tegap baru saja turun dari atas kuda. Dengan penuh energik ia memeluk Duke Atley yang terlihat biasa saja, berbeda dengan sang tamu.
"Apa yang kau lakukan di sini?" pertanyaan ketus dan tak ramah itu keluar dari mulut Kenrich yang sukses membuat wajah pemuda yang baru saja mengurai pelukan itu cemberut.

"Kau jahat sekali. Aku ini sahabatmu yang baru saja pulang mengembara. Tidakkah kau merindukanku sobat? Kita sudah tidak berjumpa hampir setahun." sosok itu merangkul bahu Duke Atley yang begitu risih dengan kehadirannya.

"Dan kau menerorku dengan surat setiap harinya." Kenrich berdecih dan melepas paksa tangan pemuda itu, yang terus bertengger di bahunya. Sang Duke pun melirik Asher, yang setia berdiri di belakangnya.

"Siapkan kamar untuknya." perintahnya mutlak. Tanpa menunggu waktu lama lagi, Asher segera melaksanakan tugasnya dengan dan meninggalkan atasannya bersama pemuda berkulit gelap itu.

Pemuda itu mengikuti Kenrich kemana ia pergi dari belakang. Merasakan keberadaan seseorang, Sang Duke berbalik dan menemukan makhluk hitam yang sayangnya sangat manis itu. Duke Muda itu menatap datar ke arahnya.
"Jangan mengikutiku, cari keberadaan Asher yang sedang menyiapkan kamar untukmu." ketusnya.

Bukannya pergi, pemuda itu malahan tersenyum aneh yang menurut Kenrich sangat menjijikan. Ya, berbeda pendapat lagi jika kaum perempuan yang melihat fenomena satu itu.

"Kau ini jahat sekali. Hei aku yang seharusnya bersikap seperti itu. Aku selalu mengirimmu surat setiap hari, tapi satupun tidak ada yang kau balas. Aku jadi berpikir jika sebenarnya kau tidak membacanya." pemuda itu mulai mendumel sembari terus mengintili Kenrich yang kembali berjalan ke arah kediamannya yang terletak di sisi bagian timur.

"Ya." balasan singkat itu telah berhasil membuat pemuda itu menganga. Dengan cepat ia menyamakan langkah mereka dan kembali membuka suara.

"Kau yang benar saja. Aku bahkan telah menulis berlembar-lembar setiap harinya. Jariku bahkan sampai kram." pemuda itu mulai protes.

"Itu urusanmu." dengan tak berperasaan Duke Atley menjawab.

"Kau jahat sekali. Kenrich, kau benar-benar menyebalkan. Aku telah menulis dengan sepenuh hati tentang setiap apa yang aku lakukan di hitungan detik sekalipun. Wahhh kau benar-benar jahat sekali padaku." pemuda itu mengelus dada merasa telah dihianati.

"Berisik. Apa kau tidak punya rumah dengan ke sini setelah pulang mengembara?" sinis Kenrich yang akhirnya sampai di kediamannya.

"Kita kan teman." pemuda itu telah kembali seperti semula seperti kejadian tadi tak pernah terjadi.

"Kau tahu tidak. Aku menemukan sesuatu yang unik. Kau tahu apa? Ayo tebak." dengan sok misteriusnya pemuda itu berkata sembari menaik-turunkan alisnya. Duke Atley meliriknya cuek.

"Nyamuk." Kenrich meninggalkan pemuda yang melongo tiba-tiba di depan pintu ruang pribadinya. Sosok itu tak lama tersadar lalu kembali mengelus dada.

"Sabar-sabar." kalimat itu ia ulang berkali-kali. Dengan wajah memelas ia ikut duduk di samping Duke Atley. Pemuda itu mengedarkan pandangan ke segala arah, lebih tepatnya ke dinding-dinding berisi koleksi minuman milik temannya itu. Dengan semangat ia mendekati salah satu rak yang selalu ia konsumsi jika ke tempat ini. Ia mengambil dua buah botol dan kembali.

Lucas Valentino, dia satu-satunya yang bisa bertahan dengan sikap Kenrich. Nama lelaki itu tidak asing lagi bagi semua rakyat di kerajaan Victory. Lucas adalah anak tertua dari Marquess dan Marchioness Valenetino yang melepas kedudukannya sebagai pewaris ke tangan adiknya sendiri, dan memilih menjadi pengembara. Dan setelah hampir satu tahun pergi ke negeri entah berantah, Lucas akhirnya pulang ke kerajaan Victory. Pemuda itu langsung menuju kediaman Duke Atley dan hingga sampai lah di sini. Dengan wajah sumriah, ia kembali mendekati Sang Duke dan duduk di sebelahnya. Lucas meletakan dua botol anggur fermentasinya.

Hai, Duke! Where stories live. Discover now