Part 6

1.8K 252 5
                                    

Clarencia terpisah dari Ian. Mereka berdua berjalan di lain arah tanpa mereka sadari. Kini Clarencia sadar jika kebun anggur keluarga temannya itu lebih luas dari yang ia pikirkan. Gadis itu menggenggam busurnya dengan erat. Ia mengangkat benda itu beserta panahnya ke depan,  bersiap-siap jika ia menemukan pencuri itu. Penerangan yang seadanya dari bulan tak membuatnya ketakutan sama sekali. Pasalnya ini bukan sekali dua kali ia berjalan sendirian di malam hari, sebab ia telah terlalu sering menyelinap keluar rumah secara diam-diam.

Clarencia tanpa sadar telah berjalan keluar dari kawasan kebun anggur. Kakinya terus mengikuti sosok yang berlari menerobos malam dan masuk ke dalam hutan. Gadis itu sebisa mungkin tidak menimbulkan suara. Bahkan saat tangannya sudah menarik anak tali busurnya, setitik pun bunyi tak ia ciptakan.

Clarencia fokus ke satu titik, yang sedang berjongkok puluhan meter dari tempat ia bersembunyi. Mata amber gadis itu menyipit, memusatkan fokusnya pada sasarannya. Dan saat anak panah itu meleset lalu melambung tinggi menuju sosok itu, dalam hitungan detik, sasaran telah menghilang. Clarencia tertegun, anak panahnya meluncur begitu saja. Ia telah kehilangan jejak dalam satu detik saja. Gadis itu pun semakin meningkatkan tingkat kewaspadaannya. Matanya bergerak gelisah saat tak menemukan sosok itu.

Akhirnya ia memutuskan kembali berjalan sembari memantau sekeliling. Clarencia menelan ludah saat benda dingin menyentuh lehernya. Ia bisa merasakan keberadaan seseorang melalui hembusan napas yang menggelitik tengkuknya yang terekspor. Belum sempat ia berhasil, kakinya ditendang dengan kasar hingga ia jatuh telungkup di atas tanah. Ujung pedang kini menyentuh bagian leher sampingnya, tempat dimana nadinya berada. Sial! Ia kecolongan! Clarencia benci itu. Ia telah dikalahkan bahkan sebelum bertempur! Sosok itu datang tanpa bisa ia rasakan kehadirannya.

"Kau sangat berani."

Suara berat itu terdengar bersamaan bunyi-bunyi gesekan pohon saat angin malam menerpa. Itu telah menimbulkan efek mistis dan misterius dari pemilik suara. Namun Clarencia menepis bayang-bayang itu dengan kekehan sinis.

"Kenapa aku harus takut dengan pencuri sepertimu?" ucap gadis itu sarkatis. Saat itu juga ia bisa merasakan jika pedang itu telah memulai tugasnya menggesekan dirinya pada kulitnya. Clarencia meringis kecil mendapati rasa perih mulai menyerang.

"Kau berani menghinaku?" bisik sosok yang sedang menginjak punggung Clarencia.

"Kau memang pencuri! Kenapa? Tidak suka aku mengatakan kebenarannya?" tantang Clarencia yang masih tidak akan pernah mau kalah di saat-saat genting seperti ini.

"Apa kau sedang mengatai dirimu sendiri, Nona?" ucap rendah pemilik suara.

"AKU BUKAN PENCURI! Kau yang memang pencuri! Dasar bajingan!" marah Clarencia.

"KAU BAHKAN MENCURI ANGGUR MILIK TEMANKU! Kau tidak tahu betapa resahnya mereka huh?! Tuan pencuri Anggur?!" Clarencia mulai mengomel di sela rasa sakitnya. Gadis itu sebal karena pencuri itu tidak tahu diri juga.

Pedang itu pun secara tiba-tiba lepas dari lehernya. Bahkan kaki yang menghimpit tubuhnya turun dari atas sana.
"Jadi kau bukan pencuri itu?" celetuk sosok itu. Belum sempat ia menghindar, Clarencia sudah menancapkan panahnya di paha sosok itu. Tak hanya sampai di situ, gadis itu pun menarik tubuh kekar itu, mendorongnya hingga jatuh ke tanah.

Kini gantian Clarencialah yang ada di atas. Gadis itu merebut paksa pedang yang telah melukai lehernya, dan balik menekan leher sosok itu.
"Tentu saja aku bukan pencuri! Tapi kau!" kekeh sinis Clarencia. Gadis itu puas saat ia bisa mengamankan musuhnya. Mengingat itu, ia telah membayangkan sejumlah uang yang akan ia terima setelah berhasil memberantas satu pencuri yang telah meresahkan Ian dan keluarga.

Rupanya sekuat apapun perempuan pasti akan kalah dengan kekuatan laki-laki. Itu bisa dibenarkan atas kejadian yang sedang terjadi sekarang, saat sosok itu berhasil membalikan keadaan, setelah merebut ganggang pedangnya dan membuangnya ke segala arah. Gerakan itu telah membuat kain penuh wajah sosok itu terlepas, hingga terpampanglah wajah rupawan dengan sepasang manik hijau emerald yang menghanyutkan.

Hai, Duke! Where stories live. Discover now