Part 13

1.7K 261 18
                                    

Satu kepala tertunduk lesu sedangkan sosok lain yang berdampingan dengannya tampak santai. Clarencia benar-benar tidak membayangkan jika ia akan berada di posisi ini. Ia tidak pernah terbayang akan duduk di depan mantan Duke dan Duchess yang kini sedang menatap dirinya dan lelaki menyebalkan di sampingnya ini dengan pandangan penuh selidik. Itu terlihat ambigu setelah dipergoki. Masalahnya! Itu tidak seperti yang mereka lihat. Dan kesalapahaman pun untuk kedua kalinya terulang lagi.

Clarencia sungguh ingin menghilang saja. Mereka seperti tersangka yang sudah dipergok mesum. Gadis itu melirik sedikit ke arah sosok pemuda yang diam dengan wajah tidak bersalah. Ingin sekali ia menginjak leher itu hingga patah.

Merasa diperhatikan, Duke muda itu menoleh, ikut menatapnya.
"Apa?" ia malah bertanya seperti orang bodoh yang telah lupa ingatan. Clarencia menginjak kaki Kenrich dengan kesal. Jika saja hanya mereka berdua di sini, ia pasti sudah akan melakukan sesuatu untuk pemuda satu ini. Gadis itu memelototi Kenrich yang dibalas tatapan acuh olehnya.

Henley dan Louisa yang sedari tadi memperhatikan interaksi mereka kini saling pandang. Mereka melakukan komunikasi melakui tatapan saja, hingga kemudian Henley mengangguk. Pria itu kembali menatap ke depan dengan sorot tegas. Terlihat berbeda dengan sebelum-sebelumnya.

"Ekhem."

Kenrich maupun Clarencia segera tersadar dari kegiatan tatap-tatapan itu, sesaat ketika Louisa berdehem.

"Kenrich." Henley mulai membuka suaranya. Tatapannya mengunci manik emerald putranya.

"Pernikahan Adikmu dua hari lagi. Dan setelah Aneska, maka kamu yang akan menikah." Henley berucap. Louisa di sampingnya hanya duduk menyimak seakan ia sudah tahu dan setuju dengan suaminya.

"Tidak. Aku tidak akan melakukannya dalam waktu dekat. Aku bahkan belum memiliki calonnya." Kenrich membalas ayahnya dengan cepat dan tenang.

"Calon apa? Clarencia adalah calon istrimu." Henley menyela.

Saat namanya dibawa-bawa, Clarencia langsung protes tak terima.
"Tuan, kenapa saya? Saya tidak ada hubungannya dengan Tuan Duke." tuturnya tak terima.

Louisa terbatuk tanpa sebab. Ia menatap tajam gadis itu dan beralih pada Kenrich yang terlihat setuju dengan Clarencia.
"Kalian adalah sepasang kekasih. Apa lagi?" Louisa sebal, lebih tepatnya pada putranya.

"Kenrich, aku tahu kamu sudah mengancam Clarencia supaya tidak mengakui hubungan kalian. Dasar tidak punya perasaan, Ibu dan Clarecia sama-sama perempuan, Ibu bisa merasakannya." marah Louisa.

Apa lagi ini? Kepala Kenrich ingin meledak rasanya. Pemuda itu memijit pangkal hidungnya. Ia pikir ibunya tidak akan memperpanjang kejadian malam itu.
"Ibu, ini hanya kesalahpahaman saja. Kami bukan kekasih." jelasnya. Clarecia mengangguk ikut mengiyakan. Tapi sepertinya Louisa lagi-lagi gagal dalam mencermati. Wanita itu memegang lengan suaminya.

"Suamiku, aku tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Putra kita telah melakukan hal yang salah. Dia telah mengancam Clarencia dengan sesuatu yang besar agar tetap berkilah." ujarnya dengan sedih yang mampu membuat Henley prihatin dan akhirnya ikut setuju.

Saat itu juga Kenrich dan Clarencia terdiam kaku. Sial! Ibunya semakin salah paham. Itu lah isi rutukan Kenrich. Pemuda itu sangat berharap agar ayahnya tidak terkontaminasi ibunya, tapi melihat wajah pria paruh baya itu yang sedang kini menatapnya tajam, harapan Kenrich terhempas begitu saja.

Hai, Duke! Where stories live. Discover now