Part 10

1.8K 244 3
                                    

"Apa kau baru saja mengataiku tua?" Kenrich mengulang perkataannya, setelah memenjarakan Clarencia di kedua tangan kokohnya.

"Tidak." Clarencia membuang muka ke samping tak mau menatap wajah Sang Duke yang terlalu dekat dengannya. Namun gadis itu harus kalah saat dagunya diputar agar menghadap Kenrich kembali.

"Ekhem Tuan, sepertinya Anda butuh istarahat." Asher menjadi penyela di antara keduanya yang saling menatap tajam satu sama lain.

"Diam!"

Sahutan serentak sontak saja membuat Asher bungkam. Lelaki itu mau tidak mau diam di tempat. Dalam hati ia menyesal telah menawarkan hal baik untuk Tuannya. Tapi sepertinya untuk kali ini atasannya itu memilih mengabaikan sarannya.

"Kau baru saja mengataiku tua? Apa kau tidak takut denganku?" Kenrich memojokan Clarencia yang sedang menatapnya sengit. Entah gadis itu sadar atau tidak dengan statusnya di sini.

Karena tak bisa mengelak lebih jauh lagi, maka dari itu Clarencia tidak akan menutupi lagi.
"Kau memang tua. Apa kau tidak sadar Tuan Duke?" ucapnya tak ramah dan cenderung blak-blakan. Jangan tanyakan lagi ekspresi Asher yang kini terkesiap. Apa ia baru saja salah dengar? Jika tidak, maka betapa kasihannya pelayan muda itu.

Aura di sekeliling mendingin seketika. Asher bahkan merinding secara tiba-tiba. Lelaki yang harus terjebak diantara mereka. Menelan ludah, ia menatap punggung atasannya sedikit ngeri.

Kenrich mengelus rahang Clarencia dengan gerakan pelan. Namun matanya tak pernah lepas dari manik amber yang menantangnya. Dengan suara yang berat ia berkata.
"Kau sangat berani. Tidakkah kau takut aku membunuhmu sekarang juga?"

Clarencia terbelalak. Dengan kasar ia menepis tangan Sang Duke dari wajahnya. Tapi bukannya terlepas, Kenrich semakin mengencangkan tangannya yang kembali meremas rahang gadis itu. Clarencia sendiri merintih lirih.
"Sebelum kau membunuhku, aku sudah memastikan aku telah membunuhmu duluan Tuan." desis Clarencia.

"Lihatlah, kau benar-benar tidak beretika. Ingat Nona Kecil, aku bisa saja menghancurkan hidupmu dengan mudah. Jika kau membuatku kesal sekali lagi, aku pastikan kau dan keluargamu akan mati ditanganku." itu bukanlah acaman dari Kenrich, tetapi pemberitahuan tentang sikapnya jika Clarencia melalukan hal itu.

Mendengar keluarganya dibawa-bawa, jiwa pembangkang Clarencia langsung keluar.
"Persetan denganmu Duke Bajingan! Jika kau ingin membunuhku, jangan libatkan keluargaku! Dasar sialan!" kata-kata kotor meluncur dari bibir kecil Clarencia yang tak terima dengan pernyataan lelaki itu. Dengan penuh emosi lutut kanannya terangkat lalu menendang ke arah selangkangan Duke.

"Arghhh." rintihan ngilu nan sakit langsung mengalir dalam diri Kenrich. Tangannya yang sedari tadi berada di sisi kepala Clarencia langsung melemas dan jatuh ke sisi tubuhnya. Karena kurangnya pertahanan tubuh yang baik, tubuh Sang Duke jatuh dan menabrak tubuh Clarencia.

Asher langsung menutup matanya dengan kedua tangan, tak ingin melihat adegan tak disengaja, dimana Kenrich atasannya yang masih melajang hingga saat ini menubruk bibir Clarencia saat keseimbangannya melemah karena rasa sakit di area privatnya.

Manik emerald itu melototi mata amber yang juga terbuka lebar tanpa berkedip. Keduanya membisu seakan tubuh mereka terpaku. Mereka sama-sama kaku dan memproses apa yang terjadi di kepala yang sepertinya tidak berfungsi dengan baik. Nyatanya pikiran mereka tidak bisa kondusif dan malahan melayang kemana-mana.

Dan kejadian itu telah membuat Louisa yang baru saja membuka pintu hampir serangan jantung. Wanita itu menutup mulutnya melihat putra semata wayangnya yang tidak pernah dekat dengan perempuan manapun selain dirinya dan Aneska, kini sedang mencium seorang gadis, tepat di samping pintu!

Hai, Duke! Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu