Part 22

1.9K 234 10
                                    

"Sial, bagaimana kalian lalai ha?!"

Para bawahan hanya bisa diam membisu sambil terus mengikuti langkah Duke yang berlari ke belakang kediaman. Di sana sunyi tak ada siapapun. Hanya tembok dengan tinggi hampir tiga meter.
"Bukannya saya sudah memerintahkan mereka berjaga?" mata tajam Kenrich menghunus ke arah Asher yang kini sudah seperti mangsa siap santap.

"Tuan, penjaga sudah saya tempatkan dimana-mana, tapi entah kenapa mereka bisa lalai seperti sekarang ini." ucap Asher.

Pengawal yang tadi berbisik di telinga Duke maju selangkah hingga sejajar dengan Asher sang tangan kanan.
"Para pengawal sekarang berada di kamar kecil Tuan. Pengakuan dari salah satu pengawal mengatakan jika mereka sakit perut secara bersamaan setelah menerima minuman penambah energi dari dua orang pelayan. Katanya itu minuman pemberian dari Tuan agar semangat bekerja." ucap pengawal itu sembari menelan ludah melihat wajah masam Sang Duke.

"Bodoh." Kenrich berucap hingga membuat semuanya ketar-ketir.

"Tahan pelayan itu dan seret ke penjara, akan ada hukuman istimewa. Sekarang dimana Clarencia?"

"Tuan, saya melihat Nona Clarencia memanjat pohon ini hingga bisa sampai di atas tembok pembatas, dia langsung turun saat saya meneriakinya." pengawal itu kembali menjawab takut-takut.

Mata Kenrich memincing semakin tajam hingga membuat mereka menunduk tak berani. Duke muda itu kemudian menatap pohon yang berdekatan dengan tembok.
"Singkirkan pohon itu, saya tidak ingin melihat selembarpun daunnya setelah saya kembali."

Kemudian ia berpindah menatap Asher.
"Ikut saya!" setelah mengatakan hal demikian, lelaki itu segera melangkah dengan kaki panjangnya menuju kandang kuda.

Dan akhirnya kedua orang itu meninggalkan pesta penting itu tanpa berpikir panjang. Sedangkan buronan yang sedang dicari-cari sedang berlarian dengan tangan yang saling bertautan dengan sosok tampan di tangah-tengah kota. Clarencia sedari tadi terus tersenyum lebar di balik tudungnya, menyembunyikan gaun cantik yang melekat di tubuhnya. Di punggungnya ada tas besar berisi gaun-gaun yang akan ia jual setelah ini. Ya, ia tidak akan kabur tanpa membawa keuntungan.

"Jadi dimana kau menitipkan Nathan?"  Clarencia bertanya resah tentang kuda jantan milik Ian yang katanya ia titipkan di suatu tempat.

Ian, sosok tampan itu menunjuk ke arah belakang sebuah rumah kecil. Akhirnya Clarencia bisa melihat keberadaan kuda cokelat yang diikat di bawah pohon.
"Mengapa meninggalkannya di sini? Bagaiamana jika dicuri? Bawa saja." tutur gadis itu.

"Aku tidak mungkin membawa Nathan di tanah kekuasaan Duke, disaat aku bahkan datang untuk membantumu kabur." Ian mengomel sembari melepas tali Nathan di batang pohon. Clarencia tidak menyahut karena ia fokus memperhatikan sekitaran.

"Bagaimana dengan gaun-gaun itu? Mau menjualnya sekarang?" tanya Ian.

"Lain kali saja, kita harus buru-buru pergi dari sini. Duke pasti sedang mencariku, aku dilihat oleh orangnya tadi." celetuk gadis itu.

"Baiklah, ayo. Kita harus segera pergi dari sini." ucap Ian.

Tanpa menunggu waktu lama, Clarencia melompat naik ke belakang Ian. Setelahnya lelaki itu memacu kuda miliknya dengan kecepatan tinggi, membelah keramaian kota lalu masuk menembus hutan.

Hai, Duke! Where stories live. Discover now