CHAPTER 1 [M]

533 36 68
                                    

Pada kedip pertama ia begitu hati-hati. Yang utama kali dirasa ialah sakit di sekujur tubuh. Lenguhnya seperti tak mau keluar. Kerongkongan terasa kering kerontang, dan kelopak mata amat berat ketika sekali lagi mencoba disingkap. Tangan mengalami kesulitan untuk digerakkan kendati hanya jemari. Ini bukan ia yang terbangun dari tidur biasa. Mungkin tubuh merasakan kehangatan selimut membungkus, tetapi badannya seperti tertahan di tempat. Kemudian plafon bercorak putih persis di ataslah yang ditemui, ada lampu menyala menyilaukan. Dan saat pandangnya menurun, dinding bersih diapit sofa biru tua lengkap dengan meja kaca menjadi atensi lain. Bunga mawar merah tengah merekah dalam vas ditata di tengah meja itu. Ia bergulir ke samping kiri di mana mendapati pintu yang mendadak dibuka secara pelan. Muncul sosok asing dengan peralatan kebersihan berupa baskom berisi air dan handuk terselempang di lengannya. Perempuan itu memakai pakaian berwarna putih bersih, rambutnya yang hitam diikat tinggi, lalu laju kaki dipercepat tetap hati-hati sewaktu tanpa sengaja lini pandang mereka bertemu.

“Anda telah sadar.” Suatu kalimat retoris. Tampak pendar lega di mata legam itu dan tingkahnya kebingungan sebelum menaruh baskom bawaan di atas meja kaca di sana. Berlanjut menjanjikan bahwa ia akan segera kembali dan berlalu pergi dengan pintu hanya setengah tertutup.

Ia merasakan kesunyian merangkap, ruangan itu kembali dijejaki tatap, mengobservasi sedikit demi sedikit. Sembari halau pening dan rasa ingin bergerak tetapi sulit. Tidak banyak yang matanya tangkap, nuansa putih abu-abu kebiruan. Jam dinding berdetak sesuai aturan dan menunjuk pada pukul sembilan lebih sepuluh menit.

Tidak lama perempuan tadi kembali, dan tanpa seorang diri lagi. Sosok lain menyusul masuk. Lalu dapat didengarnya perempuan itu berbicara, “Tuan Rutledge, perlu saya panggilkan dokter?”

"Tidak. Kembalilah saat kupanggil nanti."

Begitu obrolan singkat tersebut berakhir, langkah seorang bernama panggilan ‘Rutledge’ itu mendekat ke ranjang. Ketukan kakinya tidak cepat pula lambat, tempo yang natural. Mata di sana berbinar menyuarakan ketegasan serta otoritas memandang. Saat sampai ia menekuk lutut guna menyejajarkan kondisi dengan ranjang yang rendah.

Kebingungan merongrong. Siapa pria itu dan di mana keberadaannya sekarang? Semua tampak asing bahkan dirinya sendiri membuat bingung. Kepala terasa pening dan lenguh kemudian sukses keluar kendati lirih sekali. Pria tersebut masih menyorot dengan matanya yang hitam pekat.

“Sudah puaskan tidurmu?” Tiada kecemasan yang tersuarakan. Dan dunia seperti tengah berputar-putar. Tidur? Ia sendiri merasa tidak terbangun dalam kondisi habis terlelap biasa. Demi Tuhan, rasa sakit dan pegal yang ditemuinya pertama kali. Sebelum perempuan tadi, sebelum pula mata gelap itu yang menatap seperti predator. Nama Rutledge bahkan tidak termakan dalam kepala untuk ingatan yang mencoba ia timbulkan. Oh, sial, peningnya luar biasa.

“Jangan memaksa kehendak, Sayang. Bahwa kau tidak bisa mengingat memang seperti kelucuan. Tetapi tenang saja, itu hanya sementara dari efek kecelakaan yang kuperbuat.” Taehyung Rutledge sempat mengerang marah sewaktu letusan peledak itu tidak turut menewaskan target. Akan tetapi, setelah menelaah dari kecacatan rencana tersebut, tiada rugi baginya sebab ia tetap mendapatkan impiannya sebagai sandera. Merogoh saku untuk segala biaya keperluan operasi dan perawatan selama berbulan-bulan, untuk Taehyung bukanlah apa-apa bila dikaitkan pada rencana baru yang telah dimatangkan beberapa bulan terakhir, sembari menunggu perempuan di ranjangnya ini sadarkan diri.

Tangan Taehyung yang dingin mengelus kulit halus pipi ciptaan itu, merasakan uangnya bekerja di sana. Lalu sebuah penolakan ringan membuat ia tersenyum, atas apa yang baru dikatakan, bila perempuan ini terbangun dari kecelakaan yang diperbuatnya. Sebagai tanda bahwa Taehyung Rutledge sosok yang berbahaya. Raut ketakutan di sana termakan jelas, hingga tawanya yang lirih terpublikasi.

𝐓𝐚𝐫𝐠𝐞𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang