CHAPTER 16 [M]

146 15 17
                                    

Dalam lingkup ruang pandang Choi Jimin dapat disimpulkannya atas maksud utama Jina memberi momentum ia untuk mengenalkan bentuk pelatihan lain yang bahkan sebelumnya tidak diterima. Kim Jina tidak lagi menarik. Selayak perempuan pengganggu lainnya. Dan Taehyung Rutledge mungkin akan kembali ke masa di mana ia menghancurkan kehidupannya sendiri. Reminisensi mungkin terulang.

Jane Fletcher merupakan bencana awal, dan Kim Jina barangkali bagai gempa susulan.

Dari terkaan, mulanya Jina memang tidak menunjukkan sesuatu yang membahayakan. Perempuan tersebut murni tanpa kebohongan, itulah yang membuat Jimin kebobolan. Seharusnya Jimin bisa mengerti ini, selain Anne Rutledge dan kedua ibu mereka, semua wanita adalah sampah. Kontur mereka melulu manipulatif sehingga gampang memperdaya. Wanita yang Jimin kenal selalu mengandalkan tubuh mereka sebagai alat. Lebih dari pengandaian, ‘tubuhmu merupakan pelurumu’.

Untuk bisa mendapat izin menemui Jimin, Jina hanya perlu trik yang beruntungnya disetujui. Jimin menyadari dari awal ia dihubungi. Rutledge jelas sedang di luar pengawasan. Ia langsung memerintahkan beberapa orang mereka untuk membawa Jina ke tempat ini. Arena tembak outdoor. Kemudian alih-alih memberi senjata, ia perintahkan perempuan itu duduk.

Dipandang Jina yang kelesah. Tujuan awal bisa diterkanya bila perempuan ini hanya ingin bicara, bukan seperti alasan konyol untuk memintanya melatih.

Maka Jimin memberi kebijakan, “Bicaralah.”

Ada yang mencegat kata-katanya langsung keluar. Jimin lebih kentara menunjukkan keengganan, pria tersebut sesuai praduganya benar-benar menganggap Kim Jina sebagai penghalang mereka. Ini semua berkat tindakan Rutledge yang menyimpang, kendati Jina ingin berterima kasih atas itu. Dan sebagai risikonya ia mesti menerima kebencian Jimin. Pria itu telah memandangnya lain. Tidak ada lagi wajah ramah atau senyum menawan. Hanya ada sosok jemawa sekaligus merendahkan. Jimin mungkin juga menganggap ia sebagai percik di antara pertikaiannya dengan Rutledge. Apa mereka bertengkar?

Rautnya yang dingin membuat segan, tetapi ia harus. Jina merasa perlu meluruskan. Apakah ketika Rutledge memilihkan nasibnya untuk tetap hidup juga memancing hal serupa ini? Ia ingat Jimin pernah membicarakannya. Waktu itu ia tidak dalam kondisi sadar, dan sekarang ia benar-benar sadar dan melihatnya bahkan turut menanggung. Namun ini mungkin terasa sangat menyebalkan untuk Jimin. Jina sudah berupaya untuk tidak egois.

Ia memikirkannya sepanjang malam, “Aku akan menggantikan, kepala ayah dengan milikku sendiri.” Jina sudah terlalu ingin mengakhiri ini segera. Pandangan mengabur dan tetap harus terlihat baik. Kim Jina mungkin bukan siapa-siapa, tetapi dengan wajah Jane ia tahu bisa bertindak lebih.

Atmosfer terasa lebih menyudutkan, Jimin tidak merespons secara cepat. Jina mulai memikirkan kalimat lain untuk dikatakan selanjutnya.

“Kau memintaku untuk memutus kepalamu?” Dibutuhkan hampir dua menit akhirnya Jimin memberi tanya, dan itu peluang bagus ketimbang Jina tidak mendapat balasan apa pun. “Atau itu hanya pengibaratan?”

“Aku tidak peduli jika aku akan mati di sana, Jimin. Bagiku, bisa mendatangi Kim Jungkook menjadi tujuan utama. Dan aku butuh bantuan menyingkirkan Jane untuk itu.”

“Dan kau akan memanfaatkan wajah itu untuk merayunya sebagai Jane? Menunggunya lengah, sebelum kemudian membidiknya secara mudah?” Tawa Jimin di akhir kalimat tidak mengejutkan. Pria itu pasti sangat kesal.

Jina telah memikirkan persoalan itu juga. Jimin tidak salah menebak bahwa ia akan menunggu kelengahan. Kim Jina tidak pandai soal pembunuhan. “Kau ingin membuatku disalahkan atas lenyapnya dirimu jika kau gagal ya? Rutledge telah menentang keterlibatanmu semenjak ia menyimpang dari rencana. Sekarang, selain telah menghambat, kau mau bunuh diri!”

𝐓𝐚𝐫𝐠𝐞𝐭Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα