05 - Frustrasi

452 10 0
                                    

SURABAYA masih terang dan gemerlap meski waktu sudah menunjukkan pukul satu pagi. Jadi, jangan heran seandainya ada yang menjuluki Surabaya sebagai kota metropolitan.

Di salah satu rumah mewah yang menyumbang gemerlap itu, Kirana duduk di kursi meja belajarnya, hanya ditemani sorotan lampu tidur, menyirnakan seluruh rasa kantuknya. Sebenarnya, dia sudah menyelesaikan PR nya, namun ia tidak bisa tertidur. Ada banyak hal yang harus Kirana pikirkan.

Terutama tentang pertanyaan yang diberikan Alvaro padanya. Sahabat? Tentu saja Kirana ingin punya sahabat seperti yang lainnya. Tapi ia tidak bisa. Lebih tepatnya ia tidak mau.

Kriinggg

Kriinggg

Bunyi notifikasi dari handphone-nya berulang kali membuat Kirana mengerang sebal. Ia mendengus ketika melihat nama Fany tertera di sana. Meyrisa Fany Adistia, satu-satunya sahabat Kirana sejak SD.

Buru-buru Kirana mengangkat panggilan itu. "Hallo?" katanya dengan nada malas.

"Udah gue duga lo belum tidur. Mikirin apa lagi?"

"Lo ngapain nelpon gue? Bukannya udah gue bilang, jangan peduli sama gue lagi."

"Terus lo pikir gue mau ninggalin lo gitu? Ran, lo harus cari teman. Apalagi yang lo raguin? Please! Jangan negative thinking terus."

"Fan, niat gue baik. Lo sebaiknya jangan mikirin gue lagi."

"Baik kata lo? Oke, jika emang menurut lo baik. Tapi apa lo baik-baik aja dengan niat lo itu? Gue tau lo butuh teman di sekolah lo Ran. Kalau gue sekolah di sana, gue bakal jagain lo. Tapi kita beda kota, beda sekolah dan lo gak boleh sendiri terus."

"Gue ngantuk Fan, gue tidur dulu. Bye."

Sambungan terputus.

Belum sempat Fany menjawab, Kirana sudah mematikan sambungan terlebih dahulu menyisakan bunyi tut-tut-tut yang menggema di telinga. Ia meletakan ponselnya di atas meja, menatap buku diary-nya dengan senyum sendu. Meski ia bilang begitu, tapi Kirana tetap tidak bisa tidur.

Kirana berjalan menuju meja samping kasurnya, ia mencari sesuatu di dalam laci meja. Setelah menemukannya, Kirana segera ke dapur mengambil air.

"Sampai kapan aku mengandalkan ini terus?" suaranya terdengar ringkih.

Kirana menggigit bibirnya keras hingga lidahnya terasa asin. Bagian belakang matanya terasa sakit karena menahan air mata, dan tangannya mengepal membentuk tinju.

• • • • •

Sementara di sisi lain Alvaro masih bertahan dengan gitarnya. Duduk di balkon sambil menyanyikan lagu favoritnya membuat Alvaro menjadi tenang.

Akhir-akhir ini banyak hal yang memenuhi kepalanya. Sungguh, ia ingin sekali bersantai seperti ini.

Alvaro tidak tahu harus melakukan apa, waktunya sudah tidak banyak untuk berpura-pura lagi. Alvaro ingin sekali memberitahu semuanya tapi ia tidak bisa.

Ting!

Alvaro menaikkan salah satu alisnya saat deringan handphone terdengar memasuki gendang telinga, pertanda ada notifikasi yang masuk. Tak menunggu waktu lama, ia langsung memeriksa dan membaca pesan yang masuk.

Mr. Jevan Adibroto
Waktu kamu gak banyak. Cepat putuskan atau kamu akan menyesal!!
read.

Pesan yang baru cowok itu dapatkan dari Mr. Jevan, hanya dibaca tanpa berniat membalas. Sudah bisa ditebak bagaimana reaksinya, tentu saja dia marah. Rahangnya mengeras, sementara tangan kanannya mengepal emosi.

"Anjing itu aki-aki, udah tua, bau tanah pula." Berbagi jenis umpatan keluar dari bibirnya.

Dia meletakkan handphone-nya di saku celana, lalu berjalan ke kamar dan merebahkan tubuh ke tempat tidurnya. Meletakkan tangan di belakang kepala, sambil menatap langit-langit kamar.

"Bangsaattt, kenapa gue jadi kayak gini?" katanya marah seraya mengacak rambutnya frustrasi. "Harusnya gue ngelawan omongan dia, goblok kok gak ketulungan?!" lanjutnya lagi memarahi diri sendiri.

Sungguh, Alvaro tidak seperti biasanya yang terlihat bijak.

• • • • •

Hayooo, tulis semua tebakan dan dugaan kalian🧐

Mau lanjut? Vote comment dulu yaa!!🌟💬

MY CHILDISH GIRL (ON GOING)Where stories live. Discover now