07 - Perempuan Murahan

495 17 3
                                    

Hi, Sweetieee!!🙆🏻‍♀️💜

Kalian apa kabar? Btw, mungut cerita ini di mana?

Yang baru nemu cerita ini selamat membaca dan semoga terhibur. Buat yang baca ulang, jangan spoiler please.

Happy reading!

• • • •

BEL pulang berbunyi. Murid-murid keluar, sedangkan Kirana baru saja diperbolehkan keluar dari UKS setelah insiden di lapangan basket tadi.

Sebelum Kirana benar-benar keluar dari UKS, gadis itu mengedarkan pandangannya mencoba mencari siapa saja yang mungkin ia kenal. Tapi nihil, tidak ada seorang pun di sana selain adik kelasnya yang berjaga di UKS. Bahkan ia tidak menemukan Alvaro.

Wajar saja jika sekarang area sekolah sudah sepi. Semua murid berbondong-bondong untuk cepat pulang, mungkin masih ada beberapa anak yang menunggu jemputan.

Tanpa membuang waktu lagi Kirana melangkahkan kakinya menuju kelas. Gadis itu melewati kelas Alvaro yang sudah mulai sepi, hanya menyisakan beberapa anak yang sedang piket. Namun matanya tidak sengaja bertatapan dengan cowok di pojok sana. Alvaro.

Laki-laki yang memakai hoodie berwarna abu-abu itu tengah sibuk membereskan seluruh buku beserta alat tulisnya yang masih berceceran di atas meja. Tidak memperdulikan Kirana yang tengah menatapnya.

Dengan segera, Kirana berlari menuju kelas dan mengambil tas nya. Gadis itu ingin membicarakan tentang insiden tadi.

Baru saja Kirana akan melangkahkan kakinya keluar dari kelas, tiba-tiba Alan memegang pergelangan tangan Kirana. Sontak Kirana menarik tangannya.

Sedangkan Alvaro yang tak sengaja melihat kejadian itu mendengkus kesal dan langsung pergi menuju ke tempat parkir.

"Sorry, gue tadi yang lempar bola, lo nggak apa-apa kan?" tanya Alan. Wajah laki-laki itu tampak cemas.

Enggak apa-apa gimana?

"Iya, gue nggak apa-apa. Udah, santai aja," jawab Kirana sambil memejamkan matanya. Kepalanya terasa pening sesaat. Bagaimana tidak? Hantaman bola itu sangat keras.

"Kepala lo sakit banget, ya?"

Menurut lo, kalo orang dilempar bola basket di kepala gimana?

"Enggak kok, gak sakit," balas Kirana senyum terpaksa. "Ya sakitlah pake nanya!"

"Sekali lagi sorry ya, Ran," kata Alan dengan tampang merasa bersalah.

"Iya, gak apa-apa. Gue juga salah karena berdiri di tengah-tengah. Maafin gue," ucap Kirana sambil tersenyum tipis ke arah Alan, lalu melangkah pergi menuju parkiran.

• • • • •

"Alvaro tungguin ih, jangan ninggalin. Buset dah, jalannya cepet amat." Gerutu Kirana sambil mempercepat langkahnya.

"Ran cuma mau nanya. Kenapa Varo mau nolongin Ran? Katanya Varo juga yang gendong Ran. Kenapa? Varo gak mau Ran kenapa-kenapa ya? Varo pasti udah suka ya sama Ran, iya kan?" cerca Kirana bertubi-tubi.

Alvaro tidak menyahuti, ia hanya diam melanjutkan langkahnya menuju parkiran sekolah.

"Varo, makasih ya, udah bantu bersihin darahnya Ran. Makasih banyak. Varo kalau udah suka sama Ran bilang aja, jangan malu," lanjutnya.

Alvaro mengambil kunci motornya lalu memakai helm-nya. Tentu saja Kirana tidak menyerah, ia berhenti di depan motornya Alvaro.

"Minggir atau gue tabrak."

"Varo jawab dulu pertanyaan Ran."

"Minggir."

Kirana terdiam. Wajah dingin milik Alvaro benar-benar membuatnya bingung.

"Ran gak tau sebenarnya apa yang terjadi. Kenapa Varo mau nolongin Ran? Kenapa Varo peduli sama Ran dan sekarang Varo berubah? Sebenarnya Varo suka sama Ran atau nggak?" tanya Kirana.

"Jawab ih, jangan diem aja. Kalau Varo jawab, Ran gak akan ganggu lagi."

Alvaro menghela napas berat. Ia membuka helm-nya dan menatap Kirana dalam. "Lo mau dengar alasannya?" Kirana mengangguk cepat.

"Baiklah, akan gue jawab. Gue nolongin lo karena gue liat lo udah sekarat. Gak mungkin gue biarin orang yang udah sekarat gitu aja, bahkan jika itu bukan lo sekalipun, gue bakal tetap nolongin orang itu. Gue kasian sama lo Kirana, lo bisa ngaca gak sih? Gak semua orang bisa deket sama gue. Dan lo? Lo gak punya apa-apa sampai gue harus nerima lo."

Kirana terdiam.

"Gue kasian sama lo, Kirana. Ngejar laki-laki yang gak pernah suka sama lo, bersikap kekanak-kanakan dan melakukan apapun semau lo. Dulu gue kira lo emang butuh perhatian, tapi gue sadar. Lo bukan butuh diperhatiin, tapi lo suka nyari sensasi," balas Alvaro.

"Ingat, gue gak pernah suka sama lo dan gak akan. Bagi gue, lo itu cuma perempuan murahan yang ngemis-ngemis cinta dan kasih sayang. Jadi, jika lo ngira gue nolongin lo karena gue suka, lebih baik buang jauh-jauh pikiran itu. Karena itu gak akan terjadi, puas lo? Sekarang minggir, gue mau pulang." Usir laki-laki itu, kemudian ia memakai helm, menyalakan mesin motornya, dan berlalu meninggalkan area sekolah.

Sakit hati. Itu yang dirasakan Kirana saat ini. Kalimat Alvaro benar-benar menusuk hatinya.

Mencari sensasi? Demi apapun Kirana tidak pernah berpikir untuk itu. Ia hanya ingin mendapatkan balasan dari orang yang ia cintai. Merasakan rasanya dilindungi, dikasihi, dan disayangi. Hanya itu saja. Tapi ia merasa, Alvaro sudah keterlaluan.

Kirana memegangi kepalanya yang mendadak pusing. Ia terkejut saat melihat darah jatuh ke bajunya dan dengan cepat Kirana mengeluarkan tissue lalu menutupi hidungnya.

"Tuhan, jangan sekarang," gumamnya pelan. Gadis itu berusaha mati-matian menahan air matanya agar tidak keluar, ia tak mau dianggap lemah. Toh, ini cuma mimisan dan pusing sedikit.

Selama ini Kirana memang terlihat kuat, tapi kenyataan nya dirinya rapuh. Kirana tidak sekuat yang orang lain lihat.

• • • • •

GIMANA CHAPTER INI?

GIMANA PERASAAN KALIANN??

JANGAN JADI SIDERS!!💀🏴‍☠️

Mau lanjut? Vote comment dulu!!💋💋

MY CHILDISH GIRL (ON GOING)Where stories live. Discover now