3. gelas yang hancur

2K 175 12
                                    

...Happy Reading...

"Gw gak peduli, GARA-GARA NI ANAK GW

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Gw gak peduli, GARA-GARA NI ANAK GW.. gw-"

"Ray!" Ray menatap remaja seumuran yang memanggilnya.

"Dia saudara kandung lo." Ray tidak mengubris remaja itu karna ia masih tersulut emosi, entah mengapa saat menatap netra hitam milik Neo rasa amarah selalu datang.

"Dia idiot, dia yang buat keluarga ini berantakan. Lo nggak akan ngerti, lo-"

"Iya, gw gak akan ngerti, karna gw Rian bukan Ray!" Ray membuang muka, enggan menatap semua, matanya terpaku pada lukisan di belakang sofa. Hanya lukisan abstrak hitam putih.

"Kalian boleh pulang."

"Weh.. kit-" Rian menarik tangan Juan dan Jian, dua saudara kembar yang sayangnya otaknya rada-rada.

Ray menatap Neo yang sesengukkan.

"Harusnya ayah buang lo."

"Hiks.. adek hiks.. ndak boleh ngomong gitu.. hiks.. hiks.. hua.. yayah.."

Ray yang gelap mata mengambil bantal sofa dan membekap kepala Neo yang tengah menangis, Neo memberontak tangannya mencoba melepaskan bantal karna udara pernapasannya menipis.

"ADEN.. DEN RAY UDAH DEN!" Mbak Asih berteriak histeris sembari berlari mendekati dua anak majikannya.

"Den Ray sudah!" Ray tidak mengubris bahkan tubuh Neo sudah tidak bergerak.

"RAY!" Suara keras dari pintu masuk membuat Ray melepaskan bantal yang membekap Neo, Mbak Asih dengan segera menyingkirkan bantal yang menutupi wajah Neo.

"Ada apa ini?!" Pertanyan penuh tekanan dari Ares.

"Aden, Den Neo nggak gerak!" Ares yang mendengar segera mendekati Neo yang pucat pasi, Ares dengan cepat membaringkan Neo dan menekan dadanya guna mengembalikan nafas Neo yang terhenti.

Tiga kali percobaan akhirnya nafas Neo kembali, Ares segera membwa Neo ke kamarnya.

Ares keluar setelah membaringkan Neo, Ares memandang sekeliling, melihat siapa yang ia cari Ares segera mendekati sosok pemuda yang tengah bermain ponsel tanpa rasa bersalah.

Srek..

"Apa yang lo lakuin, balikin ponsel gw!"

Ares menjauhkan ponsel yang hampir terjangkau Ray, membuat pemiliknya menggeram marah.

"Lo ngapain, mau jadi pembunuh hah?!" Ray menatap tajam Ares.

"Gak usah sok peduli, munafik lo bang. Lo juga pengin anak idiot itu mati kan?" Ray tersenyum remeh saat Ares hanya diam.

"Ngak usah bertingkah peduli, kalo sebenarnya lo juga membencinya." Ares hanya diam bahkan saat ponsel di tangannya berhasil diambil Ray.

"Bang, gw tau sebenci apa lo sama si idiot." Ray berbisik sebelum melengang pergi.

Kenapa Harus Neo?Where stories live. Discover now