17. Rain untuk Rian

2.1K 215 8
                                    

...Happy Reading...

"Tidak perlu terlalu khawatir, pasien hanya terkena demam, daya tahan tubuhnya melemah membuatnya mudah terserang penyakit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tidak perlu terlalu khawatir, pasien hanya terkena demam, daya tahan tubuhnya melemah membuatnya mudah terserang penyakit."

Ray tersenyum tipis dan mengangguk saat dokter menjelaskan setelahnya keluar karna pasien yang lain membutuhkannya.

Ceklek..

"Bagaimana Ray?" Rian yang pertama kali membuka suara setelah sang dokter keluar.

"Neo nggak apapa kan?"

"Hanya demam." Juan, Jian, dan Rian merasa lega mendengarnya karena saat tiba di rumah sakit Neo sudah pingsan dengan wajah yang sangat pucat.

"Boleh masuk kan?" Jian bertanya dan dijawab anggukan oleh Ray membuat sikembar itu berebut siapa yang masuk terlebih dahulu.

"Ray, kita perlu bicara." Ray berhenti karena Rian mencekal tangannya saat ia akan masuk ke ruangan.

Di sini mereka, di kursi depan ruangan Neo cuaca yang masih hujan deras membuat Rian sulit mencari tempat untuk 'berbicara'.

"Lo berubah Ray?" Ray melirik Rian dengan ekor matanya, pertanyaan singkat yang sangat sulit dijawab. Sebenarnya ia tahu jawabannya namun suranya sangat sulit untuk keluar.

"Siapa Rain?" Rian tersentak saat Ray tiba tiba menanyakan sesuatu yang ia simpan sejak dahulu. Ray hanya mengalihkan topik tapi tidak juga ia sedikit penasaran saat Rian mengatakan 'Neo gabakal jadi Rain' dan ia tidak pernah mendengar Rian yang m3mbahas tentang nama itu.

"Bukan siapa-siapa." Ray menoleh, mendapati Rian yang tengah menunduk dalam.

"Selain gw yang harus cerita, lo juga harus cerita."

Kepala Rian terangkat membuat matanya bersitatap dengan manik Ray. Beberapa saat hanya hening sampai akhirnya Rian tersenyum tipis, terlihat netra hitamnya terbaluti air bening.

"Dia orang yang buat gw egois." Ray menatap sahabatnya yang sedikit pendiam tetapi ia tau Rian tengah membawa beban berat di pundaknya.

"Dia seperti Neo, gw juga sama kaya lo bedanya alasan kita membenci." Ray mencoba mengartikan ucapan yang keluar dari mulut Rian, sedangkan Rian menunduk menatap telapak tangannya.

"Gw benci karena dia yang buat gw ngak terlihat, gw juga benci ke diri gw sendiri. Gw ngak mampu nyelametin dia, gw bodoh, lolol harusnya gw bisa." Ray memegang kedua bahunya Rian.

"Buat alasan supaya gw ngak benci lagi ke Neo."

Rian mengangkat kepalanya, tangannya meraih sebuah foto dari dalam dompet hitamnya.

Kenapa Harus Neo?Where stories live. Discover now